Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengadilan di Belanda Menangkan Hacker

Kompas.com - 18/07/2008, 23:25 WIB

LONDON, JUMAT - Selama ini kegiatan hacker identik dengan aktivitas bawah tanah sehingga hasil kegiatan mereka hanya dipertukarkan di bawah tangan. Namun, dalam sebuah kasus di Belanda, pengadilan Arnhem, bagian timur Belanda, membebaskan hacker untuk memublikasikan secara luas hasil temuannya.

Pada Oktober nanti, para hacker dari Universitas Redbound akan membeberkan teknik membobol chip buatan NXP yang banyak dipakai hotel dan sistem transportasi publik di Eropa. Salah satu klien terbesar NXP adalah Oyster yang menggunakannya pada sistem transportasi kota London. Chip tersebut dipakai sebagai pengganti karcis yang hars digesek saat masuk atau keluar halte.

NXP yang berada di bawah afiliasi Philip, Belanda meminta pengadilan untuk melarang hacker menjalankan niatnya karena berisiko meningkatkan kriminalitas jika publik tahu cara membobol sistem keamanan. Namun, alasan tersebut dianggap tidak kuat.

Keputusan pengadilan menyimpulkan bahwa kerusakan pada NXP bukan karena publikasi artikel, namun pembuatan dan penjualan chip yang kelihatannya terlalu dini. Pengadilan juga membebaskan pihak univesitas untuk menyebarluaskan informasi tersebut karena dianggap sebagai kebebasan berbicara. Informasi tersebut juga bernilai ilmiah dan menjadi hak publik sehingga dapat membantu pembuatan sistem keamanan yang lebih baik.

Pihak Universitas Redbound telah memberitahukan teknik membobol keamanan tersebut kepada pemerintah Kota London dan pihak NXP. Cara tersebut dapat dilakukan dengan mudah menggunakan peralatan standar yang dijual di pasaran. Namun, pihak universitas menunda publikasinya karena tuntutan hukum.

Christophe Duverne, senior vice president NXP menyatakan dampaknya akan sangat luas. Menurutnya pemboblan hardware seperti chip berbeda dengan software yang segera dapat ditanggulangi dengan merilis patch atau program penambal celah keamanan. Kelemahan pada chip mungkin harus dengan diganti dan membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk mengubahnya.

"Untuk memberi tahu masyarakat, saya kira hal tersebut masih bisa diterima, namun membeberkannya secara rinci termasuk algoritmanya tidak memberi keuntungan apa-apa kepada masyarakat," ujarnya.          

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com