Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merger, Akuisisi, atau Tumbang

Kompas.com - 19/12/2008, 11:07 WIB

Oleh Moch S Hendrowijono

INDUSTRI telekomunikasi seluler pada tahun 2008 masih menjanjikan pertumbuhan pada pendapatan dan pelanggan walau tidak sebaik sebelumnya. Pendapatan rata-rata dari tiap pelanggan (ARPU–”average revenue per user”) menurun, yang menyebabkan beberapa operator merevisi targetnya.

Diawali tahun 2009 akan terjadi penurunan mutu pelanggan, jauh lebih buruk dibandingkan ketika seluler merupakan industri yang gemerlap. Makin banyak churn pelanggan—berpindah ke operator lain—selain selektif dan ”pelit” karena banyaknya tawaran ber- HP murah dari operator lain.

Bagaimanapun industri seluler, baik itu bergerak (mobile) maupun tetap (fixed wireless), masih menduduki peringkat teratas dalam lalu lintas uang. Dengan jumlah nomor pelanggan mencapai lebih dari 160 juta akhir tahun 2009, lalu lintas uang mencapai Rp 67 triliun dengan ARPU sebesar Rp 35.000, yang turun dari Rp 90.000 pada tahun 2000.

Banyak pengamat yakin bahwa jumlah nomor aktif yang beredar akan lebih dari 160 juta mengingat pertumbuhan pelanggan operator GSM besar di atas 30 persen setahun terakhir. Telkomsel saja, yang akhir Desember ini akan memiliki pelanggan hampir 65 juta, akhir tahun depan pelanggannya akan menjadi 90 jutaan. Jika asumsi pangsa pasar Telkomsel masih 50 persen saja, jumlah nomor aktif akan sedikitnya 180 juta.

Perilaku hemat masyarakat malah salah kaprah karena untuk mengejar tarif murah mereka memiliki dua-tiga ponsel sehingga pelanggan nyata sejatinya saat ini hanyalah 70 juta dari 135 juta nomor aktif. Pada akhir 2009 nanti pelanggan murni seluler hanya sekitar 100 juta dari 225 juta penduduk Indonesia.

Perang tarif promosi mewarnai industri tahun 2008 yang akan berlanjut pada tahun 2009 tanpa satu operator pun bisa mengeremnya walau mereka tahu perang itu akan menghancurkan industri.

Saat ini beberapa operator menghibur diri. Walau ARPU turun, mereka masih bisa mempertahankan pertumbuhan minute of usage (MoU). MoU naik akan membuat utilisasi prasarana tinggi, baik itu base transceiver station (BTS), menara-menara, base station controller (BSC), maupun master switching center (MSC).

Melakukan efisiensi dan menekan biaya menjadi tren mulai tahun 2009 kalau operator ingin bertahan, antara lain dengan merekrut pekerja kontrak atau outsourcing. Padahal, ini membuat manajemen menganggap karyawan adalah alat produksi, bukan aset perusahaan. Positifnya, hanya karyawan yang bermutu yang bisa bertahan atau mempunyai ”harga” yang sewaktu-waktu bisa saja dibajak operator lain.

Ke depan, industri seluler tidak lagi gebyar karena operator harus mengencangkan ikat pinggang akibat pendapatan yang menurun. Justru kini pelangganlah yang mulai dimanjakan dengan tawaran tarif murah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com