Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejaring Sosial di Mata Seorang Tukang Becak

Kompas.com - 08/02/2010, 15:44 WIB

KOMPAS.com - Mungkin bukan sebuah pilihan yang membanggakan bagi sebagian besar masyarakat kita. Namun, keputusan menjadi tukang becak adalah yang paling mungkin bagi saya waktu itu, selain cepat bisa memberikan hasil, pekerjaan itu tidak perlu syarat macam-macam seperti halnya mencari pekerjaan yang lain.

Apalagi dengan hanya berbekal ijazah SMA dan tidak punya bekal keterampilan apa-apa akan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Selain itu, sebelum tahun 1990-an di kota Yogyakarta profesi tukang becak masih cukup lumayan menghasilkan uang untuk membantu menghidupi keluarga.

Dalam perjalanan waktu saya merasa ingin lebih dari sekadar tukang becak dan mengikuti saran seorang teman, saya mulai melirik untuk mengangkut para turis yang banyak berkunjung ke Kota Gudeg itu. Bekal bahasa Inggris dari sekolah SMA sudah cukup mampu untuk berkomunikasi dengan para turis asing dan ini yang membedakan tukang becak lulusan SMA dengan mereka yang tidak makan sekolahan.

Satu kelebihan lainnya adalah bekal memahami kemajuan zaman. Sekalipun hanya seorang tukang becak, saya mulai tertarik dengan bidang komputer. Saya mulai menggandrungi dunia internet pada tahun 1994, ini juga berkat dorongan seorang langganan saya dari Amerika yang sering berkunjung ke Yogya.

Bule itu meminta saya untuk membuat alamat e-mail agar memudahkan komunikasi dan dia mengajak saya ke warnet untuk membuat account e-mail. Sejak saat itu saya rajin ke warnet di kala senggang untuk belajar ngenet, saya mencoba mengakses apa saja, mulai dari membuka situs porno, main catur, sampai mencari kawan.

Berikutnya mulai meningkatkan dengan ikut melakukan chatting di mIRC dan Yahoo Messenger. Dari situ saya mulai mendapatkan banyak teman, baik di Indonesia maupun dari luar negeri, dan rata-rata mereka menganggap bercanda apabila saya mengatakan profesi saya adalah becak driver.

Dari teman-teman itulah saya mulai mengenal jejaring sosial, entah sudah berapa banyak yang saya ikuti, bahkan account dan password hanya beberapa yang masih saya ingat. Beberapa jejaring sosial yang masih saya ikuti sekarang antara lain Friendster, Flixster, Hi5, Tagged, Twitter, dan Facebook.

Semula Friendster bagi saya merupakan pelengkap dari chatting karena di situ ditampilkan profil dan foto-foto. Pada setiap chatting kami berbagi Friendster dengan kenalan baru sehingga ada sekitar 432 orang di situ. Namun, lama-kelamaan membosankan juga setelah muncul yang aneh-aneh dan account palsu sekadar untuk ngerjain orang lain.

Pelopor

Friendster dianggap sebagai pelopor jejaring sosial yang muncul pada tahun 2002 dan mencapai puncaknya dua tahun kemudian, baru meredup setelah muncul Facebook. Orang akan merasa ketinggalan zaman kalau waktu itu tidak ikutan Friendster, tetapi meredup setelah muncul banyak account palsu, mudah dibobol, dan fiturnya sangat terbatas yang lebih terfokus pada buletin.

Sampai akhirnya muncul jejaring sosial yang baru dan ngetren sejak Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS. Dia menggunakan jejaring yang baru itu untuk mendapatkan dukungan dan saya juga ikutan bergabung dengan Facebook. Dan ternyata Facebook lebih oke dan menarik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com