Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Obituari

Mengenang Robert Morris, Salah Satu "Bidan Unix"

Kompas.com - 04/07/2011, 16:08 WIB

KOMPAS.com - Robert Morris, ahli kriptografi yang turut membantu mengembangkan sistem operasi komputer paling aman saat ini, Unix, meninggal dunia di usia 78 tahun pada 19 Juni 2011 lalu. Istri Robert, Anne Farlow Morris mengatakan suaminya meninggal dunia karena mengidap komplikasi Demensia.

Semasa hidupnya, Robert dikenal sebagai pemikir orisinal dalam dunia ilmu komputer. Ia pernah melakukan penelitian rahasia seputar cyberwar yang merusak sistem pemerintahan Saddam Husein dalam bulan-bulan menjelang perang Teluk Persia tahun 1991.

Robert Morris dilahirkan di Boston tanggal 25 Juli 1932. Ia adalah putera dari Walter W. Morris dan Hellen Kerry Moris. Ia memperoleh gelar sarjana dalam matematika terapan dari Universitas Harvard.

Dimulai tahun 1970, ia bekerja di perusahaan Bell Laboratories. Awalnya ia bekerja mendesain perangkat lunak khusus yang dikenal sebagai compiler, yang mengkonstruksi instruksi programer ke dalam mesin yang dapat dibaca langsung dan dieksekusi oleh komputer.

Ia kemudian bekerja dengan kelompok riset Unix di Bell Laboratories. Ia adalah seorang kontributor utama dalam kedua fungsi numerik dari sistem operasi dan kemampuan keamanan, termasuk sistem password dan sistem enksipsi. Unix kini menjadi salah satu sistem operasi terkemuka di dunia dan menjadi dasar pengembangan sistem operasi berikutnya. Variasi dari perangkat lunak Unix, misalnya, kini memberikan dasar pengembangan Linux juga untuk iOS yang digunakan pada iPhone, Macintosh OSX, serta sistem operasi Android buatan Google.

Minatnya dalam keamanan komputer diperdalam pada akhir tahun 1970 saat ia terus mengeksplorasi kriptografi, studi dan praktek melindungi informasi dengan mengubahnya menjadi kode. Dengan peneliti lain, ia mulai bekerja membuat sebuah makalah akademis yang menguraikan tentang sistem enkripsi yang dilakukan lebih awal di Jerman.

Sebelum makalahnya dipublikasikan, Robert mendapat panggilan dari National Security Agency Jerman. Agency mengundangnya untuk berkunjung dan ketika ia bertemu dengan pejabat setempat, ia justru diperintahkan untuk tidak mempublikasikan makalah akademis yang telah disusunnya tersebut karena berisi tentang kerentanan sistem kriptografi modern yang ada di Jerman.

Ia menuruti perintah pejabat tersebut dan sejak tahun 1986 ia bergabung dengan National Security Agency tersebut dan bertugas melindungi komputer pemerintah dan proyek yang melibatkan pengintaian elektronik serta perang online. Meskipun tidak pernah secara rinci menyebutkan proyek-proyek apa yang dilakukannya selama bekerja, namun ia pernah menyampaikan kepada wartawan bahwa ia telah membantu FBI dengan bukti-bukti encoding yang telah dienksipsi olehnya.

Sayangnya, tahun 1988 ia tersandung kasus yang terkait dengan ulah anaknya, Robert Tappan Moris. Mahasiswa pascasarjana dalam ilmu komputer di Cornell University ini menulis sebuah program yang kemudian dikenal sebagai worm komputer. Meskipun perangkat lunak yang dikembangkannya dimaksudkan untuk jaringan tersembunyi, namun hasil percobaannya menimbulkan kemacetan lebih dari 10 persen dari 50.000 komputer pada saat itu.

Kejadian itu membuat Tappan bersembunyi di rumah orang tuanya sebelum akhirnya menyerahkan diri ke Biro Investigasi Federal (FBI). Ia dihukum dibawah Undang-Undang kejahatan komputer, dijatuhi hukuman percobaan dan diperintahkan membayar denda 10.000 dollar AS dan melakukan pelayanan masyarakat.

Setelah kasus tersebut Robert tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai ilmuwan kepala badan keamanan nasional dan pensiun tahun 1994. Setelah melanjutkan pendidikan dan menerima gelar doktor ilmu komputer dari Universitas Harvard, Robert bergabung menjadi anggota Massachusetts Institute of Technology hingga akhir hayatnya. Robert meninggal dunia pada 19 Juni 2011 di Lebanon dalam usia 78 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com