Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Big Data, Internet Indonesia Jangan "Lelet"

Kompas.com - 22/11/2012, 15:02 WIB

Dok. Penyelenggara Kiri ke kanan: Azhar Hasyim, Direktur e-Business Ditjen Aplikasi Telematika, Kementerian Kominfo; Gidion Barus, Division Head of Data Center and Managed Services, Indosat; Harry K Nugraha, Director Strategic Business Development, Intel Indonesia; Teguh Prasetya, founder Indonesian Cloud Forum.


KOMPAS.com — Indonesia tidak boleh lagi menjadi negara dengan koneksi buruk. Masalahnya, akan terjadi tren lonjakan data alias Big Data yang membutuhkan bandwidth besar.

Hal itu dikemukakan Teguh Prasetya, Founder Indonesia Cloud Forum, dalam diskusi "Big Data Trend" yang digelar di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (22/11/2012).

Teguh berpendapat, tren Big Data ini membutuhkan jaringan akses yang memadai. "Bandwidth tidak boleh kurang dari 2 Mbps, baik lewat fixed atau mobile," ujarnya.

Menurut dia, setidaknya ada dua hal yang menjadi faktor ledakan data: makin maraknya penggunaan social media oleh konsumen dan lonjakan dari sisi enterprise data.

Data dari social media adalah data yang tidak terstruktur, seperti konten, teks, audio, video, dan gambar. Adapun enterprise data sifatnya lebih terstruktur. Mulai dari data klien, produk, hingga transaksi perdagangan.

Peluang Big Data

Pada kesempatan itu, Teguh memaparkan Big Data Market Forecast 2012-2017 dari Wikibon. Menurut prediksi itu, pada tahun 2012 pasar Big Data dunia mencapai 5,1 miliar dollar AS.

Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan. Pada 2017 diperkirakan pasarnya akan mencapai 53,4 miliar dollar AS.

Harry K Nugraha, Director Strategic Business Development Intel Indonesia, di acara yang sama mengatakan bahwa Big Data adalah peluang sekaligus potensi.

"Apa yang kita lihat pertumbuhannya itu bukan dari jenis data terstruktur, tetapi dari data tidak terstruktur, seperti dari social data di Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Itu menjadi tantangan sekaligus peluang," ujar Harry.

"Menyimpan dan mengelola data sebesar ini yang menjadi tantangan utama. Masalah akan tetap ada, tetapi jika kita mulai lakukan pembangunan, kita sudah lebih antisipatif untuk what's next-nya," ucap Harry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com