Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apple Dicap "Pengecut" soal Timah Indonesia

Kompas.com - 05/08/2013, 10:09 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Pekerja menunjukkan batuan yang mengandung timah di tambang PT Timah di Tanjung Pesona, Kecamatan Sungai Liat, Bangka, Indonesia, hari Kamis, 30 Agustus 2012.

KOMPAS.com — Menyusul Samsung yang telah lebih dulu memberi pernyataan pada April lalu, lima produsen besar smartphone telah memberi pengakuan soal pemakaian timah dari Pulau Bangka dalam produk-produknya.

Mereka adalah Nokia, Sony, BlackBerry, Motorola, dan LG Electronics. Masing-masing menyatakan memakai bahan baku timah dari Pulau Bangka yang mengalami kerusakan lingkungan dan sosial akibat aktivitas pertambangan.

Satu nama yang masih absen dari daftar adalah Apple, yang belum memberi pernyataan langsung sehubungan dengan persoalan tersebut.

Akibatnya, produsen gadget iPhone dan iPad ini menuai kritik dari organisasi pemerhati lingkungan Friends of the Earth (FoE) yang mendesak para pelaku industri agar memperbaiki keadaan di Pulau Bangka.

"Sikap pengecut Apple yang menolak berterus terang kepada pelanggan yang peduli tentang hal ini bertentangan dengan para pesaingnya dan berlawanan dengan komitmen CEO-nya sendiri untuk menjadi lebih transparan soal rantai pasokan Apple," kecam Direktur Kebijakan dan Kampanye FoE, Craig Bennett, dalam keterangan tertulis yang diterima oleh KompasTekno.

FoE mengatakan bahwa Apple tidak menghiraukan 24.000 e-mail dari anggota organisasi itu yang menanyakan apabila Apple menggunakan bahan timah yang diambil dari Pulau Bangka.

"Apple telah menolak menjawab pertanyaan dari konsumennya sendiri tentang Bangka walaupun perusahaan itu kemungkinan besar memang memakai timah yang diambil dari daerah tersebut," tulis FoE dalam situsnya.

Sebelumnya, pada 25 Juni lalu, Bennett sempat mengirim surat kepada CEO Apple Tim Cook untuk menyampaikan imbauan bahwa sikap Apple soal ini "tak pantas dipertahankan", terutama mengingat Cook mengklaim bertekad menjadi lebih transparan tentang rantai pasokan Apple dalam industri.

Di sisi lain, Bennet memuji para pelaku industri di luar Apple yang telah memberi respons positif terhadap tekanan FoE dan menyatakan bakal berkolaborasi dalam mengatasi masalah pertambangan timah di Pulau Bangka.

Sedang menyelidik

Apple sendiri bukannya sama sekali tidak merespons tekanan dari FoE soal timah Bangka.

Pada Maret lalu, produsen gadget yang terkenal selalu menjaga ketat rahasia industrinya ini bekerja sama dengan Philips, lembaga pemerintah Belanda Sustainable Trade Initiative (IDH), dan Electronics Industry Citizenship Coalition (ElCC) untuk mendirikan Kelompok Kerja Timah Bangka yang mewadahi para pelaku industri dalam menyikapi pertambangan timah di pulau tersebut.

Nokia, Sony, BlackBerry, Motorola, dan LG Electronics belakangan telah turut bergabung dalam Kelompok Kerja Timah Bangka ini.

Dalam pernyataan pertanggungjawaban pasokan komponen di situsnya, Apple menyatakan telah mendanai studi pertambangan untuk mempelajari situasi di Pulau Bangka secara lebih mendalam.

Tambang timah merusak lingkungan

Pulau Bangka beserta tetangganya, Pulau Belitung, menyumbang sekitar sepertiga pasokan timah dunia. Timah yang ditambang sebagian dipakai untuk bahan solder pada produk elektronik, termasuk gadget mobile seperti smartphone dan tablet.

Sayangnya, aktivitas pertambangan di Pulau Bangka dan Belitung disebut telah menghasilkan kerusakan yang tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kondisi masyarakat setempat.

Petani di Pulau Bangka dilaporkan tak bisa bercocok tanam karena kondisi tanah menjadi asam setelah hutan dibabat untuk pertambangan. Sementara nelayan makin sulit mencari ikan menyusul hancurnya biota laut yang disebabkan limpahan lumpur tambang.

Keadaan di tambang timah juga tidak aman untuk para pekerja yang terlibat di dalamnya. Pada 2011 lalu, data kepolisian mencatat setiap minggu rata-rata satu orang petambang meninggal dunia akibat kecelakaan. Di lokasi tambang liar juga kerap ditemukan pekerja yang masih anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com