Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2013, 10:16 WIB
Badan Keamanan Nasional AS (NSA) menyadap pusat data Yahoo dan Google, demikian menurut bocoran intelijen Edward Snowden.

Dalam laporan yang disampaikan Washington Post disebutkan bahwa jutaan data dikumpulkan tiap hari dari jaringan internal perusahaan internet raksasa tersebut.

Namun, laporan ini dibantah oleh Direkur NSA Jenderal Keith Alexander yang mengatakan tidak memiliki akses ke komputer Google dan Yahoo.

Kepada Bloomberg TV, Keith Alexander mengatakan, "Kami tidak memiliki otorisasi untuk masuk ke server dan mengambil data perusahaan AS."

Bagaimanapun ini bukanlah bantahan pertama atas klaim spionase yang dilakukan badan ini.

Pengumpulan informasi

Dalam dokumen bocoran Snowden terbaru disebut bahwa NSA menyadap data dalam satu waktu saat melintasi kabel optik dan perlengkapan jaringan lain yang tersambung dengan pusat data Google dan Yahoo.

Penyadapan ini mengumpulkan sejumlah informasi mulai dari metadata hingga teks, audio, dan video, yang kemudian disaring dengan program NSA yang bernama Muscular, dioperasikan bersama rekan NSA dari Inggris, GCHQ.

Sebelumnya NSA sudah memiliki "pintu masuk" ke akun Google dan Yahoo melalui sebuah program yang disetujui pengadilan bernama Prism.

Pengungkapan penyadapan terbaru ini muncul beberapa jam setelah delegasi pejabat intelijen Jerman tiba di Washington untuk berbicara dengan Gedung Putih menyusul klaim yang menyebut AS menyadap telepon genggam Kanselir Angela Merkel.

Angela Merkel menanggapi serius isu penyadapan ini dengan mengirim dua orang penasihat utamanya, yaitu penasihat kebijakan luar negeri Cristoph Heusgen dan koordinator intelijen Guenter Heiss, untuk membicarakan masalah ini.

Pekan depan, kepala badan spionase Jerman juga akan berkunjung ke Washington.

Pertemuan ini dianggap sebagai upaya untuk membangun kembali kepercayaan dan bagaimana badan intelijen kedua negara mungkin atau tidak untuk bekerja dalam satu harmoni.

Kepala badan intelijen AS selama ini membela kebijakannya mengawasi para pemimpin negara asing sebagai kunci operasi, tetapi hal ini justru memicu kemarahan dari para sekutu yang turut disadap, seperti Jerman, Perancis, dan Spanyol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com