Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Snapchat, Aplikasi Unik Pesaing Berat Instagram

Kompas.com - 18/11/2013, 10:00 WIB
Restituta Ajeng

Penulis

KOMPAS.com — Dominasi Facebook sebagai media berbagi foto dan video pribadi mulai tergeser, setidaknya di negeri asalnya, Amerika Serikat. Sekarang, ada aplikasi lain yang lebih menarik perhatian anak-anak muda di sana. Namanya, Snapchat.

Snapchat adalah aplikasi untuk berbagi foto yang unik. Cara kerjanya sederhana.

Penggemar film Mission Impossible pasti tahu bahwa setiap kali Ethan Hunt, sang jagoan, menerima perintah atau pesan rahasia terkait misi yang harus dia tangani, pesan tersebut secara otomatis akan hangus dan hilang tanpa jejak setelah dibaca olehnya. Nah, cara kerja Snapchat pun semacam itu.

Pengguna bisa mengambil foto atau video yang ingin dikirimkan melalui Snapchat, mengatur berapa lama foto itu bisa dilihat oleh si penerima, lalu mengirimkannya kepada teman. Maksimal waktu yang disetel untuk melihat pesan foto atau video itu adalah 10 detik. Setelah waktu tersebut habis, pesan akan dihapus secara otomatis dari ponsel si penerima.

Snapchat dikembangkan oleh dua anak muda, Evan Spiegel (22 tahun) dan Bobby Murphy (24). Saat ini, Spiegel menjabat sebagai CEO dan Murphy sebagai CTO di Snapchat. Dalam blog perusahaan, Spiegel berkisah tentang awal mula pengembangan Snapchat.

Spiegel dan Murphy bertemu di Standford University pada tahun 2009. Saat itu, Spiegel adalah mahasiswa baru di jurusan Desain Produk, sementara Murphy tengah mengejar gelar sarjana Matematika dan Ilmu Komputer.

Proyek pertama mereka adalah “Future Freshman”, sebuah situs web untuk membantu para siswa SMA dan orangtua mereka untuk mengikuti proses penerimaan mahasiswa perguruan tinggi. “Website itu gagal menarik perhatian, tetapi kami belajar tentang satu hal yang penting—kami senang bekerja sama,” tulis Spiegel dalam sebuah posting-an di blog tersebut.  

Pada April 2011, Spiegel dan Murphy mulai berpindah fokus ke urusan mobile photo-sharing. Karena saat itu sudah ada banyak aplikasi photo-sharing yang menarik, maka mereka merasa perlu mengembangkan sebuah aplikasi yang berbeda dari yang pernah ada.

Sebelum mengembangkan Snapchat, mereka sempat mendengarkan curhat orang-orang tentang fitur "tagging" di Facebook yang terkadang merepotkan. Karena internet merupakan ruang yang sangat terbuka, siapa pun bisa melihat foto kita di jejaring sosial.

Spiegel dan Murphy mendengar cerita-cerita lucu tentang kerepotan para pengguna Facebook menghapus tagging foto-foto mereka di jejaring sosial sebelum melakukan wawancara kerja. Ada pula orang-orang yang tidak suka namanya di-tag pada foto yang menampilkan wajah mereka yang sedang tampak jelek atau berjerawat. Selain itu, banyak juga orang yang berpendapat bahwa foto-foto "nyeleneh" sebaiknya hanya dilihat oleh orang-orang terdekat saja.

Akhirnya, mereka pun mendapat ide membuat aplikasi mobile photo-sharing yang bisa menghapus foto secara otomatis. Dengan aplikasi ini, para pengguna bebas berfoto dengan ekspresi seaneh dan selucu mungkin, lalu menunjukkannya hanya kepada orang-orang tertentu. Dan yang terpenting, foto-foto itu tidak akan tersimpan dalam memori ponsel siapa pun.

Pada September 2011, Snapchat akhirnya diluncurkan di AppStore. Tak butuh waktu lama bagi Snapchat untuk menjaring pengguna. Pada Januari 2012 saja, jumlah foto yang masuk dalam lalu lintas aplikasi mobile tersebut mencapai lebih dari 5 juta per hari.

Versi untuk Android yang dirilis pada November 2012 menambah jumlah pengguna Snapchat. Pada bulan Mei 2013, tercatat 150 juta foto diunggah setiap harinya melalui Snapchat.

Karena keunikannya, Snapchat masuk dalam daftar 10 aplikasi paling top di AppStore. Banyak investor pun tertarik untuk mendanai startup (perusahaan rintisan) tersebut. Pada Juni 2013, Snapchat mendapatkan dana investasi senilai 60 juta dollar AS dari Institutional Venture Partners.

Nilai valuasi Snapchat pun telah mencapai 800 juta dollar AS, atau lebih tinggi daripada nilai valuasi Instagram ketika dibeli oleh Facebook sebesar 1 miliar dollar AS tahun lalu. Nilai valuasi Instagram saat itu “hanya” 500 juta dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com