Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli Pesawat Tanpa Awak, Google Mau Apa?

Kompas.com - 16/04/2014, 10:00 WIB
Aditya Panji

Penulis

KOMPAS.com - Pesawat tanpa awak atau populer disebut drone, bukan sekadar mainan orang-orang kaya dan penyuka teknologi. Alat yang bisa dikendalikan dari jarak jauh ini dianggap memiliki nilai masa depan, baik dari sisi bisnis, atau mungkin juga sisi kemanusiaan, sehingga membuat perusahaan sekelas Google dan Facebook mau mengakuisisi produsen drone.

Google baru saja mengakuisisi produsen drone Titan Aerospace, Senin (14/4/2014), dengan harga yang tidak diungkap.

Perusahaan asal Moriarty, New Mexico, Amerika Serikat, itu baru berusia dua tahun dan tentu saja masih merintis. Titan Aerospace dipimpin oleh Vern Raburn sebagai CEO. Ia pernah menjabat sebagai CEO perusahaan peranti lunak antivirus Symantec dan terlibat pada masa awal pembangunan Microsoft.

Sebanyak 20 karyawan Titan Aerospace tak henti melakukan penelitian dan pengembangan yang menciptakan inovasi hebat.

Pesawat tanpa awak yang menyerupai capung itu diklaim mampu terbang selama 5 tahun tanpa harus turun ke darat dan mengisi bahan bakar. Mereka memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi. Panel-panel surya diletakkan pada bagian sayap dan ekor. Ukuran pesawatnya macam-macam, tergantung tipe.

Titan Aerospace Solara 60, misalnya, bisa mengarungi jarak 4 juta kilometer dengan bergantung pada tenaga surya. Ia mampu bertahan selama 5 tahun di ketinggian 20 kilo meter dari permukaan bumi.

Tipe ini merupakan "satelit atmosfer" yang memiliki banyak kemampuan serupa dengan satelit sungguhan. Drone seberat 160 kilo gram ini mampu membawa aneka peralatan seberat 32 kilo gram.

Sebarkan internet

Dengan kemampuan mengangkat bobot tersebut, Google berharap pesawat itu dapat membawa alat kamera dan peralatan komunikasi nirkabel agar dapat memancarkan sinyal internet ke daerah yang masih "offline."

Inilah misi utama Google membeli Titan Aerospace: menyebarkan akses internet ke daerah yang belum ada akses internet.

Google sebelumnya juga memiliki proyek dengan misi serupa, yang disebut Project Loon. Hanya saja Project Loon memanfaatkan balon udara yang terbang tinggi untuk memancarkan sinyal internet.

Google akan menggabungkan kedua tim sehingga teknologi Titan Aerospace dan Project Loon dapat mengembang tugas komunikasi. Kolaborasi teknologi ini diharapkan bisa menghasilkan algoritma pemrograman komputer untuk memantau arah angin hingga memprediksi cuaca, memotret bumi dengan resolusi tinggi untuk fitur navigasi dan pemetaan Google Maps.

"Titan Aerospace dan Google berbagi optimisme mendalam tentang potensi teknologi untuk meningkatkan dunia," tulis Google dalam sebuah pernyataan. "Ini masih hari-hari awal, tetapi satelit atmosfer itu bisa membawa akses internet bagi jutaan orang, dan membantu memecahkan masalah, termasuk membantu bencana alam dan kerusakan lingkungan seperti deforestasi."

Google memang punya banyak uang untuk mengakuisisi sebuah perusahaan dan mereka memang telah merelakan beberapa dari uang itu untuk "dibuang." Mungkin beberapa akuisisi ada yang bersifat spekulatif. Beberapa ada yang berhasil dan menjadi sumber pendapatan.

Kendati demikian, usaha Google menyebarkan internet dengan drone nampaknya tidak akan berjalan mulus begitu saja. Regulator di Amerika Serikat masih mengkaji penggunaan drone di udara untuk kepentingan komersial karena mereka juga mempertimbangkan lalu lintas di udara dan pemanfaatan spektrum frekuensi. Janjinya, aturan ini bakal rampung pada 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com