Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kelam Nokia Sungguh Menyakitkan

Kompas.com - 30/11/2014, 09:27 WIB
Didit Putra Erlangga Rahardjo

Penulis

KOMPAS.com - Nokia sebagai jawara di industri perangkat elektronik baru saja melalui fase paling kelam di sepanjang sejarahnya. Dimulai dari penjualan divisi ”handset” kepada Microsoft sehingga merek, seperti Asha dan Lumia, pun harus dilepaskan. Tidak berhenti di sana, Microsoft memutuskan untuk melebur nama Nokia dan memilih untuk merilis produk tersebut dengan nama Microsoft Devices.

Ponsel ataupun perangkat tablet yang beredar saat ini dipasarkan dengan nama Asha atau Lumia, tanpa nama Nokia. Beberapa inisiatif Nokia untuk meraih pasar di luar ekosistem awal, seperti Nokia X yang memanfaatkan sistem operasi Android, juga dihentikan.

Namun, hal tersebut bukanlah berarti akhir dari perusahaan asal Finlandia tersebut. Mereka membuat kejutan dengan kembali masuk ke pasar gawai dengan mengumumkan N1, sebuah sabak elektronik yang dijalankan oleh sistem operasi Android terbaru, yakni Lollipop. Inilah bantahan mereka terhadap tudingan bahwa Nokia telah usai.

”Mereka sungguh salah,” ujar Kepala Bagian Produk Nokia Sebastian Nystrom, dalam presentasi singkatnya di acara Slush 2014 yang digelar di Helsinki, Finlandia.

Penggunaan sistem operasi Android memang jadi kejutan sendiri, karena selama ini Nokia setia dengan sistem operasi Windows Mobile, sementara inisiatif NokiaX yang sudah dihentikan itu pun hanya terbuka untuk ekosistem di luar Google.

Kehilangan divisi handset juga memaksa Nokia untuk bekerja sama dengan Foxconn dalam mengerjakan lini produksinya.

Nokia juga memahami kutub industri elektronik dunia yang kini sudah bergeser ke arah Asia dengan mematok tanggal rilis pada kuartal I-2015, lebih tepat lagi diluncurkan di Tiongkok sebelum Imlek.

Strategi tersebut diprediksikan bakal efektif dalam mendongkrak angka penjualan produk yang akan dilepas dengan harga 250 dollar AS.

Dengan harga jual 250 dollar AS atau sekitar Rp 3,1 juta, harga N1 memang lebih terjangkau dibandingkan dengan produk dari Apple, yakni iPad Mini 3, yang sama-sama memiliki bentang layar 7,9 inci dan ketajaman 2048 x 1536 piksel. iPad Mini 3 dijual dengan harga 399 dollar AS atau sekitar Rp 4,9 juta.

Apabila disandingkan akan sulit membedakan dua produk tersebut, karena keduanya memiliki desain yang hampir serupa, lubang pengeras suara di bawah serta tombol suara dan colokan penyuara telinga di sisi.

Hanya saja, N1 lebih tipis dengan ketebalan 6,9 milimeter dibandingkan dengan iPad Mini 3 yang setebal 7,5 milimeter.

Menggandeng Intel, N1 memiliki prosesor 64 bit dengan empat inti berkecepatan 2,3 gigahertz dan memori 2 gigabyte. Salah satu catatan adalah kamera belakang 8 megapiksel yang tidak terlampau istimewa, tetapi bisa menangkap detail hingga definisi tinggi.

Colokan USB

Hal baru yang diperkenalkan Nokia adalah penggunaan colokan USB tipe C yang dapat dibolak-balik, berbeda dengan colokan USB saat ini yang hanya menggunakan satu sisi. Meskipun remeh, fitur ini belum ditemui di perangkat elektronik mana pun.

Peluncur aplikasi Z Launcher buatan Nokia bakal menjadi pendamping setiap pemilik N1. Pengoperasian peluncur ini terbilang sederhana, karena aplikasi yang kerap dijalankan selalu tampil di depan, untuk memanggul aplikasi lain juga bisa dengan menuliskan huruf di atas layar.

Saat ini, Z Launcher sudah bebas diunduh di Play Store bagi pengguna ponsel Android lainnya meski tidak menutup kemungkinan bagi pemilik N1 untuk memakai layanan peluncur aplikasi lainnya.

Nokia juga dipastikan memboyong HERE Maps, layanan navigasi yang tidak kalah ketimbang milik Google, yakni Google Maps. Keunggulan yang dimiliki HERE Maps adalah pengoperasian secara luring sehingga memudahkan mereka yang berada di daerah luar jangkauan sinyal seluler asalkan mengunduh file peta sebelumnya.

Penjualan N1 di Tiongkok pada bulan Februari 2015 bakal menjadi penentu apakah Nokia yang menganut strategi barang premium dengan harga terjangkau bakal diterima oleh pasar.

Inilah peluang bagi Nokia untuk kembali menapaki puncak kejayaan mereka kembali meski hal tersebut tidak mudah mengingat sudah banyak para jawara yang enggan digeser, seperti Xiaomi atau Samsung.

Inilah awal yang baru bagi Nokia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com