Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Project Zero" Samsung dan Keajaiban Sungai Han

Kompas.com - 10/03/2015, 09:15 WIB
Ary Wibowo

Penulis

KOMPAS.com — Di tepi Sungai Han, pasangan muda berjalan tergesa-gesa. Si laki-laki berpakaian santai mengenakan celana pendek, sedangkan si perempuan mengenakan kaus merah muda. Mereka tak ingin ketinggalan menikmati eksotisme sungai berbalut cahaya senja.

Langit biru bersih berubah menjadi temaram kemerahan. Deretan kursi kayu beserta puluhan taman di tepian membuat panorama terlihat semakin menawan. Taburan kerlap-kerlip lampu aneka warna di bawah Jembatan Banpo muncul di kala gelap mulai menggelayut. Pemandangan yang membuat mata dan hati selalu kepincut.

Han adalah sungai besar di Semenanjung Korea dan merupakan sungai terpanjang keempat setelah Sungai Amnok, Duman, dan Nakdong. Empat provinsi—tiga di Korea Selatan (Korsel), yakni Gangwon, Gyeonggi, dan Seoul, serta satu di Korea Utara (Korut), yakni North Hwanghae—dilewati sungai sepanjang 494 kilometer itu.

Perjalanan panjang sejarah Korsel tidak bisa dilepaskan dari Sungai Han. Hugh Dyson Walker dalam karyanya, East Asia: A New History (2012), menyebutkan, pada abad 1 SM hingga 7 SM, tiga kerajaan besar di Semenanjung Korea, Goguryeo, Paekche, dan Silla, saling berebut menguasai lembah Sungai Han yang letak geografisnya dinilai cukup strategis untuk proses perdagangan.

Stephen LY Gammons dalam The Korean War: The UN Offensive, 16 September-2 November 1950 (1995) menuturkan, ketika Perang Korea (1950-1953) meletus, Sungai Han pun menjadi salah satu basis tentara PBB dan Amerika Serikat. Selain itu, menurut Gammons, Sungai Han juga berperan sebagai "pintu masuk" saat terjadi migrasi besar-besaran penduduk Korea Utara yang mengungsi ke selatan.

Spirit

Pasca-perang, kondisi pesisir Sungai Han menjadi mengerikan. Tumpukan debu menyelimuti daratan. Desa-desa dipenuhi puing reruntuhan rumah dan bangunan. Puluhan juta warga miskin telantar, anak-anak kecil mengais-ngais mencari makan. Kala itu, perekonomian Korsel karut-marut dan mereka seperti berada di ambang kehancuran.

Dok. Britannica.com
Tentara Amerika Serikat saat berada di jalanan Kota Incheon, Korea Selatan, ketika terjadi Perang Korea, September 1950.

"Mari bekerja keras untuk kehormatan bangsa kita. Bersama-sama kita akan ciptakan bangsa yang makmur dengan rumah-rumah yang dipenuhi oleh senyuman lebar," demikian ucapan lantang Presiden ketiga Korsel, Park Chung-hee, saat berpidato di depan ratusan pekerja asal Korsel di Jerman Barat pada 1964 (The Park Chung Hee Era, editor Pyong-guk Kim, Ezra F Vogel).

Pernyataan Park Chung-hee tersebut kemudian menjadi spirit bagi para pemimpin dan masyarakat Korsel untuk membebaskan diri dari masa kegelapan. Dalam bahasa Profesor Park Sang-il dari Seoul National University of Technology and Science, "Jika tidak menjadi manusia yang unggul, kami akan mati." (Kompas edisi 4 Oktober 2014).

Russel Gugeler dalam Korea 1988: A Nation at the Crossroads mengungkapkan, pada 1960 hingga 1980-an, produk domestik bruto (PDB) Korsel hanya 64,4 miliar dollar AS. Namun, berkat kerja keras dan tidak malu berguru kepada negara-negara maju seperti AS dan Jepang, Korsel berangsur-angsur bertransformasi menjadi negara industri maju di Asia, bersaing ketat dengan para "guru"-nya, dan jauh melewati Indonesia yang sama-sama merdeka dalam satu masa.

Lihat saja PDB Korsel pada 2014 yang mencapai 1,308 triliun dollar AS dan berada di peringkat ke-14 dunia, sementara Indonesia 868,34 miliar dollar AS. Data setahun sebelumnya menyebutkan pendapatan per kapita penduduk Korsel mencapai 25.977 dollar AS, ketika Indonesia hanya 3.590 dollar AS. (Kompas edisi 20 Oktober 2014).

Mukjizat

Pertumbuhan pesat ekonomi Korsel itu diistilahkan sebagai "mukjizat Sungai Han". Istilah tersebut berasal dari istilah wirtschaftswunde (mukjizat ekonomi) Sungai Rhein, yang dipopulerkan pada 1956 oleh surat kabar asal Inggris, The Times, ketika melihat perkembangan pesat perekonomian Jerman setelah Perang Dunia II.

Baik Jerman maupun Korsel sama-sama yakin untuk menjadi pemenang. Mereka tidak boleh selalu hanya menyandarkan diri pada bantuan dari luar, selain pada kemampuan mereka sendiri. Keyakinan itulah yang akhirnya memunculkan semangat pantang menyerah, rajin, pandai menahan diri, serta cerdik melihat situasi.

"Seperti pada lomba lari, jika kita ingin cepat berlari, kita harus memastikan selalu berlari di samping pelari cepat. Ketika dia kelelahan, kita punya kesempatan untuk menyalip," ujar Rezky Seok-gi Kim, Direktur Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta.

"Pelari cepat itu Jepang, dan setiap orang Korea Selatan punya semangat untuk mengalahkan Jepang karena faktor sejarah, yakni penjajahan Jepang terhadap Korea." (Lihat: "Revolusi Mental" ala Korea, multimedia Kompas.com).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
'Fanboy' Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

"Fanboy" Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

e-Business
WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

Software
Steam Gelar 'FPS Fest', Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Steam Gelar "FPS Fest", Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Game
AMD Umumkan Prosesor Ryzen Pro 8000, Bawa AI ke Laptop dan Desktop

AMD Umumkan Prosesor Ryzen Pro 8000, Bawa AI ke Laptop dan Desktop

Hardware
Samsung S22 Series, Tab S8, Z Fold 4, dan Z Flip 4 Kebagian Galaxy AI Bulan Depan

Samsung S22 Series, Tab S8, Z Fold 4, dan Z Flip 4 Kebagian Galaxy AI Bulan Depan

Software
Kominfo Sebut Game Bermuatan Kekerasan Bisa Diblokir

Kominfo Sebut Game Bermuatan Kekerasan Bisa Diblokir

Game
Siap-siap, Microsoft Selipkan Iklan di 'Start Menu' Windows 11

Siap-siap, Microsoft Selipkan Iklan di "Start Menu" Windows 11

Software
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com