Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Instagram Jadi Galeri Karya Visual Seniman Muda Indonesia

Kompas.com - 13/04/2015, 16:41 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Liat tuh, awannya lagi Instagram banget!"."Iya, ini makanya mau difoto".

Begitu cuplikan obrolan sepasang remaja di salah satu komik karya Reza Mustar alias Azer. Menurut dia, media sosial tak ubahnya tren yang melekat dalam keseharian masyarakat saat ini. Dari situ, muncul pola-pola tertentu pada penggunaannya.

Misalnya pola penggunaan Instagram seperti yang diilustrasikan Azer. Sepasang remaja tak cukup puas menikmati awan indah. Mereka "harus" membidiknya untuk kemudian dipublikasikan ke akun Instagram. Adapula pola memotret makanan sebelum dimakan untuk dipamerkan di akun Instagram.

Nah, "keseharian" inilah yang menjadi benang merah komik-komik ciptaan Azer. Tak melulu soal tren media sosial, namun juga kondisi politik, sosial, budaya, dan pengalaman pribadinya. Semuanya dibungkus dengan guyonan bernada satir dalam akun Instagram @komikazer.

Kenapa Instagram?

Dok. Pribadi Azer Azer, komikus di balik akun @komikazerq
Sejak 2013, Azer aktif menggunakan Instagram. Platform tersebut dijadikan galeri yang menghimpun karya-karya pria lulusan IKJ ini. Jika dibandingkan dengan media sosial lain, Azer menganggap Instagram lebih mumpuni dalam konteks publikasi karya.

Pasalnya, Azer pernah menjadikan blog personal sebagai platform utama menyalurkan karya-karyanya. Tapi, respon yang diterima tak sebanyak di Instagram. Kecenderungan masyarakat sekarang yang lebih intim dengan gawai dibandingkan komputer dianggap Azer sebagai pemicunya.

Blog hakikatnya dibuka di komputer, sedangkan Instagram adalah layanan yang aksesnya lebih fokus pada gawai. Nyatanya, saat hijrah ke Instagram, karya Azer lebih bisa diterima dan menjadi viral.

Kekuatan Instagram sebagai platform berkarya juga dirasakan seniman sekaligus ilustrator Eko Meinanto. Sejak 2013 akhir, Eko membuat akun Instagram @mnnt_.

@mnnt_ Eko Meinanto, seniman dan ilustrator (@mnnt_)
Menurutnya, Instagram lebih praktis, sederhana, dan mengandalkan pendekatan visual. Sehingga, karya-karya visual akan sangat terakomodir di dalamnya.

Lebih spesifik, Eko melihat Instagram sebagai wadah yang aksesnya terbuka sehingga tak ada eksklusivitas bagi orang-orang tertentu dalam menikmati karya. "Kalau di Facebook kita harus berteman dulu baru bisa lihat karya orang," kata dia.

Sebenarnya, di Tumblr, blog, dan behance, setiap orang bebas melihat karya siapa saja tanpa ada pembatasan akses. Tapi, Eko menganggap wadah-wadah tersebut tak cukup. Soalnya, hanya golongan-golongan tertentu yang aktif di Tumblr dan kawanannya.

"Berbeda dengan Instagram yang jangkauan penggunanya tak terbatas. Gue pengen orang-orang yang awam (pada seni visual) juga bisa nikmatin karya gue," ia menuturkan.

Peluang-peluang yang muncul dari Instagram

Ramainya khalayak Instagram membuka peluang bagi Azer dan Eko. Bahasa sederhananya, popularitas membawa berkah. Dari yang awalnya menggunakan Instagram hanya untuk publikasi karya, fungsinya melebar jadi wadah tukar pendapat. Dari situ, keduanya kerap berkawan dengan orang-orang baru, hingga mendatangkan peluang kerja.

Lewat @komikazer, Azer mendapat banyak tawaran freelance dari merek-merek yang segmentasinya anak muda, agensi iklan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com