Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Teknologi Cegah Pilot Jatuhkan Pesawat?

Kompas.com - 28/04/2015, 20:44 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com — Peristiwa kecelakaan Germanwings 4U9525 memunculkan kembali perdebatan di tengah pengamat dan pelaku dunia penerbangan, mampukah teknologi mencegah pilot sengaja menjatuhkan pesawat?

Dengan mengandalkan sepenuhnya terhadap teknologi, bisakah kesalahan-kesalahan yang kemungkinan bisa ditimbulkan oleh pilot atau kopilot (manusia) bisa dieliminasi?

Mantan pilot US Airways, Chesley B "Sully" Sullenberger mengatakan pendapatnya tentang hal ini. Menurut dia, pandangan seperti itu sudah jamak atau umum dijumpai di tengah masyarakat yang saat ini akrab dengan teknologi.

Namun, pada saat bersamaan, pandangan seperti itu, menurut Sully, juga membawa anggapan yang salah terhadap pengetahuan dasar tentang apa yang bisa dilakukan pilot dan apa yang bisa dilakukan oleh teknologi dalam suatu penerbangan.

"Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya pilotlah yang selalu menerbangkan pesawat," ujar Kapten Sully seperti dikutip KompasTekno dari blog-nya di halaman LinkedIn resminya, Selasa (28/4/2015).

"Pilotlah yang mengambil keputusan terkait penerbangan, seperti memilih jalur dan ketinggian jelajah," ujar mantan pilot yang lolos dari maut dalam kejadian US Airways dengan nomor penerbangan 1549 yang ditching (mendarat di air) di Sungai Hudson, New York, pada Januari 2009 itu.

Sully berpendapat, walau teknologi berperan dalam membantu mengontrol pesawat, pikiran manusialah yang menentukannya. Teknologi juga terbatas, serta hanya bisa melakukan apa yang telah diprediksi sebelumnya dan diprogram sedemikian rupa agar prediksi seperti itu tidak terjadi.

Dengan demikian, menurut Sully, belum ada yang bisa menggantikan pikiran manusia dalam sebuah penerbangan.

Berkaca dari US Airways 1549

Sully pun mencontohkan kejadian US Airways penerbangan 1549, penerbangan yang memunculkan namanya sebagai salah satu pilot yang berhasil menyelamatkan 155 orang dalam pesawat di sungai setelah kedua mesin mati akibat birdstrike (menabrak burung).

Diceritakan oleh Sully, ia baru melihat sekawanan burung tersebut, 100 detik setelah pesawat tinggal landas dari bandara La Guardia, New York.

"Sekitar dua detik kemudian, kami menabraknya, padahal jaraknya waktu itu masih sekitar dua kali panjang lapangan bola," ceritanya.

Namun karena pesawat sangat kencang, sekitar 316 kaki per detik (346,74 km per jam), maka tidak cukup waktu atau jarak bagi pesawat Airbus A320 yang diterbangkannya bermanuver menghindari sekawanan burung itu.

Beberapa kawanan burung yang tertabrak saat itu ada yang tersedot ke kedua mesin jet A320 sehingga praktis kedua mesin terbakar dan mati karena kemasukan benda asing.

"Saat itu, saya dan kru hanya memiliki waktu 208 detik untuk melakukan hal yang belum pernah dilatih, dan harus melakukannya dengan benar untuk kali pertama," kata Sully.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com