Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Data Penting Disandera Penjahat "Cyber"

Kompas.com - 24/05/2015, 08:15 WIB
Deliusno

Penulis

KOMPAS.com - Ada sebuah jenis program jahat atau malware baru yang mengintai para pengguna komputer. Pola yang baru dimulai pada akhir tahun 2013 lalu itu dinamakan Ransomware oleh para ahli keamanan.

Sama seperti namanya, Ransom, malware ini akan menyandera data korban dengan cara melalukan enkripsi data penting. Jika data korban dienkripsi oleh Ransomware, maka data tersebut akan diacak sedemikian rupa sehingga pengguna tidak bisa melihat data aslinya. Hanya dengan menggunakan password tertentu saja, data yang sudah terenkripsi tersebut dapat dikembalikan seperti semula.

Sebelum melangkah lebih jauh, tahukah Anda apa itu enkripsi? Enkripsi sendiri dapat diartikan sebagai pengacakan informasi. Teknik ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, saat perang Dunia terjadi.

Kala itu, untuk mengirim informasi, setiap negara membutuhkan gelombang radio. Gelombang itu sendiri sangat rentan dibajak sehingga negara tersebut diharuskan memikirkan sebuah cara mengirimkan pesan yang aman.

Cara tersebut dinamakan enkripsi. Melakuk teknik tersebut, pesan-pesan yang dikirimkan akan diacak oleh sistem. Jika pesan yang dikirim dibajak, si pembajak hanya akan mendengar sebuah kata-kata acak tanpa arti.

Akan tetapi, si penerima pesan dengan alat yang dimilikinya bisa langsung mendekripsi atau mengembalikan pesan seperti semula tanpa adanya kesulitan berarti.

Nah, Ransomware bekeja seperti itu. Data-data penting milik pengguna akan dienkripsi oleh Ransomware sehingga tidak memiliki arti apapun bagi korban. Jadi data secara fisik tetap ada di komputer, tetapi telah dirubah sedemikian rupa sehingga tidak bisa dibuka tanpa proses dekripsi.

Sebagai contoh, sebuah dokumen bertuliskan kata "Hallo" bisa dienkripsi menjadi kata "7c36rtKL7zDiF0OGTvp +6Y0MRMAi2jJAtm74wI7VwBoBM5e +RURhNAPzb0 /lOo6CHRUh5wM9cc5zzhkDgX53gtQBzhBMbiUHwpa30BzGRig=" oleh Ransomware.

Untuk mengembalikan atau dekripsi data tersebut dibutuhkan sebuah password. Korban dipastikan akan kesulitan menebak password karena pembuat Ransomware sudah memastikan kata kuncinya sangat panjang dan sulit ditebak.

Satu-satunya cara untuk mengembalikan data penting tersebut adalah dengan membayarkan sejumlah uang yang diminta penjahat cyber tersebut dan barulah ia akan mendapatkan passwordnya. Intinya pembuat Ransomware ingin menyandera data berharga supaya korbannya bersedia membayar untuk mengembalikan datanya.

Adapun jenis data yang di incar oleh Ransomware sangat banyak. Beberapa di antaranya, seperti dikutip KompasTekno dari Vaksincom, Sabtu (22/5/2015), data penting laporan keuangan, skripsi, database perusahaan, gambar, foto, hasil desain, presentasi, hingga film.

Pelopor Ransomware yang sukses dan sangat terkenal diketahui bernama Cryptolocker. Mereka menjalankan aksinya pada September 2013 dan disebarkan memanfaatkan jaringan Zeus Bot Net. Karena tingginya korban, hal ini menarik perhatian FBI dan pada pertengahan 2014, server penampung password untuk korban-korban Cryptolocker berhasil dideteksi dan dikuasai oleh FBI.

Lalu kunci dekripsi dibagikan secara gratis dan dengan bantuan Fireeye dan Fox IT dan bisa diakses melalui www.decryptolocker.com.

Jika Anda menjadi korban Cryptolocker, silahkan hubungi vendor antivirus untuk mendapatkan bantuan dekripsi file. Namun jika terinfeksi sejak awal 2015, kemungkinan besar bukan Cryptolocker yang menginfeksi komputer tapi Ransomware lain.

Menurut catatan Vaksincom, Ransomware pasca Cryptolocker yang banyak memakan korban sampai hari ini adalah CTBLocker (Curve Tor Bitcoin), Cryptowall, dan Teslacrypt.

Vaksincom bakal menggelar seminar dengan tema ini pada Selasa, 26 Mei 2015 di Jakarta Design Center. Informasi mengenai seminar bertajuk Age of Ransomware, Surviving Internet Banking threat & Bulletproofing your digital asset with T-FA dapat dilihat di http://virusicu.com/seminar/0515/ctblocker.html. KompasTekno merupakan media partner seminar tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com