Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Puzzle" Industri Startup di Indonesia Belum Lengkap

Kompas.com - 23/10/2015, 13:42 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia selalu dinilai sebagai tempat yang penuh dengan potensi, mulai dari soal gadget hingga bakat-bakat terpendam di dunia usaha rintisan digital atau startup. Sayangnya, kebanyakan masih sebatas potensi saja tanpa ada ekosistem yang tepat untuk mematangkannya.

Pendapat itu diungkap Chief Executive Kibar Kreasi Yansen Kamto saat berbincang bersama KompasTekno, Rabu (21/10/2015).

Yansen menyoroti masalah ekosistem yang ideal untuk menumbuhkan startup jagoan dan berkualitas tinggi. Dunia wiraswasta digital ini, menurutnya, jauh berbeda bila dibandingkan dengan industri musik.

Bayangkan, ujarnya, bila orang ingin menjadi penyanyi maka dia bisa dengan mudah mencari sosok idola, memilih guru vokal atau alat musik yang sesuai harapannya, masuk ke studio rekaman, menghasilkan karya dan tinggal berusaha mempublikasikan karya tersebut. Ekosistem industri musik sudah lengkap dan terbentuk.

"Tapi kalau ngomongin industri digital teknologi. Misalnya, gue anak UI Fasilkom mau lulus, terus mau bikin startup, terus mau ke mana? Gue mau latihan coding di mana, ada nggak? Nggak ada. Semua nggak ada. Analoginya pakai industri musik saja, orang akan mengerti," pungkasnya.

Menurut Yansen, ekosistem startup memiliki sebuah struktur yang mesti disadari dan dibangun oleh para pelaku industrinya.

Misalnya, mulai dari memperkenalkan apa itu startup dengan mengadakan roadshow, kemudian workshop, hackathon, bootcamp, inkubasi dan terakhir baru memikirkan tahap funding.

Ia menambahkan, salah satu puzzle yang melengkapi rangkaian pembinaan soal pembuatan startup dapat dilihat pada kompetisi NextDev yang digelar Telkomsel. Ini bisa dikatakan sebagai tahap bootcamp, yaitu ketika finalisnya diberikan pembinaan mengenai desain, pengembangan dan distribusi aplikasi.

"NextDev itu salah satu puzzle dari pembinaan ini. Kita butuh puzzle ini lebih lengkap lagi, perlu kita tambahkan dan kembangkan lagi. Dan tentunya, Telkomsel itu nggak bisa kerja sendiri," terang pria berkepala plontos itu.

"Tanpa terstruktur saja NextDev sudah bisa seperti ini, kalau pembinaan ini mau diperdalam harus dipikirkan next step-nya, setelah ini akan dibuat apa," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com