Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Pelaku Industri Kreatif Soal Maskot Asian Games

Kompas.com - 01/01/2016, 17:41 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah memperkenalkan maskot Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang, 18 Agustus - 2 September 2018.

Namun maskot Asian Games berupa burung cenderawasih dengan kostum pencak silat yang diberi nama Drawa itu mendapat banyak kritikan dari masyarakat, menyangkut desain yang ala kadarnya alias asal jadi.

Banyak netizen yang mengkritisi melalui berbagai media sosial, seperti Facebook dan Twitter, setelah Drawa diperkenalkan pada Minggu (27/12/2015) lalu.

Kritikan-kritikan itu beberapa di antaranya datang dari para penggiat industri kreatif seperti komikus dan animator.

Komikus Faza Ibnu Ubaydillah Salman (populer dengan julukan Faza Meonk) berpendapat, tidak semua aspek dari maskot tersebut bisa dinilai negatif. Ia bahkan memuji pemilihan karakter yang dianggapnya sudah cukup baik ini.

"Bisa dilihat ketika di-remake oleh desainer-desainer lain, (maskot ini) jadi terlihat bagus," ujar pencipta karakter populer Si Juki ini saat dihubungi oleh KompasTekno, Kamis (31/12/2015).

Oleh karena pemilihan karakternya yang sudah tepat itu, Faza justru berpendapat maskot itu memang harus direvisi. Agar eksekusinya bisa lebih ciamik, dengan dasar karakter tetap burung cendrawasih.

Sementara animator sekaligus pendiri studio animasi Main Studio Andi Martin mengatakan, maskot Asian Games 2018 buatan Kemenpora tidak memiliki nilai jual. Padahal, nilai jual ini sangat vital terkait dengan licensing dan merchandising.

"Kalau desainnya tidak bagus, merchandise-nya siapa yang mau beli?" ujarnya saat dihubungi secara terpisah, Jumat (1/1/2016).

Masih ada waktu untuk revisi

Jika dibandingkan dengan logo Asian Games sebelum ini, Faza menilai maskot Drawa ini sebenarnya masih jauh dari kata layak.

Oleh karena itu, mengingat waktu penyelenggaraan yang masih cukup lama, Faza menyarankan agar pemerintah melakukan revisi terhadap maskot ini.

"Menurut saya jelas harus direvisi karena maskot merupakan representatif dari event itu sendiri," katanya pembuat komik dengan karakter "Juki" ini.

Kemenpora pun menanggapi positif kritikan-kritikan di tengah masyarakat tersebut. Hanya selang tiga hari, Kemenpora menggelar rapat bersama dengan Badan ekonomi Kreatif pimpinan Triawan Munaf, yang tujuannya untuk merevisi maskot Asian Games 2018.

Namun, revisi tersebut akan dilakukan secara tertutup. Menurut siaran pers Kemenpora tanggal 31 Desember 2015, Bekraf akan mengundang sejumlah kalangan profesional tertentu di bidang ekonomi kreatif untuk turut berkontribusi sesuai keampuannya.

Kemenpora menegaskan, revisi maskot Asian Games 2018 bukan dalam bentuk sayembara terbuka, tetapi akan ditunjuk pihak tertentu yang dianggap memiliki kredibilitas di bidang maskot.

Revisi sebaiknya terbuka

Proses revisi yang dilakukan oleh antar kementerian atau lembaga ini menurut Andi dikhawatirkan tidak akan mengubah banyak. Ia pun mendesak agar Kemenpora melakukan sayembara terbuka.

"Dengan begitu kan jadi terbuka, prosesnya kelihatan, publik bisa tahu dan kalau perlu mereka bisa vote," ujarnya.

Ia pun mencontohkan apa yang telah dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) saat membuat sayembara desain logo MRT (Mass Rapid Transit).

"Kalau pemerintah (Pemprov-red.) aja bisa melakukan kayak Ahok kemarin, seharusnya Kementerian bisa melakukan hal yang sama," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com