BARCELONA, KOMPAS.com - Antrean panjang mengular dari sudut kiri booth Samsung, di arena Mobile World Congress (MWC) 2016, Fira Gran Via, Barcelona, beberapa hari lalu.
Kala itu masih pukul 10 pagi, ketika jurnalis KompasTekno tiba di arena dengan luas lebih dari tiga kali lipat JIExpo Kemayoran tersebut.
Sebagian pengantre tentu datang lebih awal. Mereka tak hendak menyambangi sisi dalam booth Samsung, di mana flagship teranyar Galaxy S7 dan S7 Edge dipamerkan. Mereka sedang menunggu giliran merasakan pengalaman realitas virtual atau lebih acap disebut virtual reality (VR).
Sejam hilir mudik, KompasTekno kembali ke booth Samsung untuk menemukan antrean yang semakin panjang. Kali ini dengan wajah-wajah pengantre baru.
Menuju era VR
VR adalah masa depan industri teknologi. Setidaknya hal itu yang disepakati para "raksasa" semisal Samsung, Facebook, Apple, Sony, dan LG.
Masing-masing vendor rela menggelontorkan investasi rata-rata puluhan juta dollar AS untuk mewujudkan kemampuan visual bak nyata tersebut.
Terminologi "masa depan" pun dibuat spesifik. Kurang lebih lima tahun dari sekarang, atau pada 2020 mendatang, VR diproyeksikan sebagai kebutuhan masyarakat modern seperti halnya smartphone hari ini.
Pada 2020 memang dijadikan tahun penuh harapan untuk industri teknologi. Digadang-gadang sebagai era awal "Internet of Things", 2020 bukan cuma milik VR.
Pakar teknologi memprediksi 2020 juga harapan untuk machine learning, driveless car, dan segala macam rupa yang selama ini cuma eksis di film-film sci-fi.
Penguatan ekosistem (vendor, jaringan internet, masyarakat)
Hingar-bingar VR sudah terasa sehari sebelum kunjungan KompasTekno ke ajang MWC 2016. Tepatnya pada acara peluncuran Galaxy S7 dan S7 Edge, Minggu (21/2/2016) di Centre de Convencions Internacional, Barcelona.