Gara-garanya, tentara Israel mengandalkan aplikasi peta Waze di smartphone saat melintasi perbatasan Israel dalam tugas administratif.
Dikutip KompasTekno dari Tech Crunch, Kamis (3/3/2016), truk yang dikendarai dua tentara Israel tersebut dilempari batu dan bom molotov saat memasuki wilayah Palestina, oleh para penduduk setempat.
Saat bom molotov mengenai truk, keduanya lalu melarikan diri. Salah satu tentara berhasil menghubungi markas pusat dan meminta bantuan.
Tentara satunya lagi meninggalkan smartphone di truk karena buru-buru melarikan diri. Di smartphone itu nampak aplikasi Waze yang sedang diaktifkan.
Waze setelah diakuisisi oleh Google pada 2013 lalu mengklaim telah menyertakan fitur rute-rute berbahaya dan rawan konflik, dan akan menyarankan untuk dihindari.
Namun menurut keterangan Waze, fitur itu tidak diaktifkan oleh tentara Israel saat kejadian.
"Dalam kejadian itu, fiturnya sedang dimatikan, sopir truk jadi menyimpang dari rute yang direkomendasikan sehingga masuk ke daerah terlarang," demikian terang Waze.
Waze juga menyoroti bahwa sebenarnya ada papan penanda di tepi jalan yang memberi informasi bahwa mereka memasuki wilayah Palestina.
"Setiap sopir harus memerhatikan rambu dan marka jalan dan mematuhi hukum setempat," jelas pihak Waze.
Dalam konflik yang terjadi Senin lalu, satu orang warga Palestina dilaporkan tewas dan 10 lainnya luka-luka saat pasukan Israel berusaha mengambil truk yang ditinggalkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.