Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontingen Indonesia Dapat Pelajaran Berharga dari Lomba Sains Internasional

Kompas.com - 14/05/2016, 11:57 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

PHOENIX, KOMPAS.com - Meski tidak semua mendapatkan gelar juara, Vice President Corporate Affair Intel Foundation, Rosallin "Roz" Hudnell mengatakan bahwa seluruh finalis ajang Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) 2016 adalah pemenang, termasuk kontingen Indonesia.

"Walau beberapa di antara finalis ada yang tidak menjadi juara, berpartisipasi di sini adalah suatu pencapaian. Perjalanan kalian tidak sampai di sini, teruslah melakukan penelitian," kata Hudnell saat memberi sambutan di acara penutupan Intel ISEF 2016 di Phoenix Convention Center, Jumat (13/5/2016) pagi waktu setempat.

Wartawan KompasTekno, Reska K. Nistanto, melaporkan langsung dari tempat acara.

Mendapat pelajaran berharga

Seperti pesan Hudnell, pelajar-pelajar Indonesia yang berlaga di kompetisi sains dan teknologi internasional itu pun terlihat tetap bersemangat dan mengaku mendapat pelajaran berharga.

Ditemui seusai acara, Quinita Noronha, salah satu finalis asal Indonesia, mengungkapkan bahwa baginya ajang Intel ISEF bisa membuka wawasan bagaimana siswa-siswa di luar negeri melakukan penelitian.

"Dapat pengalaman ketemu temen baru dari berbagai negara, tahu inovasi pelajar lain yang lebih keren, lebih detail, dan maksimal dalam menggali datanya," katanya dengan wajah antusias.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Millah Mu'azzah. Millah yang bersama Chabib meneliti burung langka Trulek Jawa itu mengatakan peserta dari negara-negara maju memiliki data dan fasilitas yang lebih komplit.

Reska K. Nistanto/KOMPAS.com Sepvina Mutikasari (kiri dan Quinita Noronha (kanan) yang membuat proyek kacamata pendeteksi nilai mata uang bagi penyandang cacat di ajang Intel ISEF 2016 di Phoenix, Arizona, 8-13 Mei 2016.
Sementara rekan Quinita Noronha, yaitu Sepvina Mutikasari yang bersama-sama membuat penelitian kacamata sebagai alat bantu mengenal nilai mata uang bagi penyandang tuna netra menyoroti tingkat kemajuan penelitian dari peserta lain.

"Kalau dibandingkan dengan kita kan sama-sama masih SMA, mereka (peserta negara lain) sudah kayak tingkat kuliah, bisa uji lab, ambil sampel DNA, utak-atik robot, harusnya kita juga seperti itu," tutur Sepvina.

Dukungan dari pemerintah sudah maksimal

Pun demikian, semua merasa gembira dan tetap semangat melanjutkan penelitian-penelitian. Dukungan dari pihak pemerintah, dalam hal ini LIPI dan Kemendikbud, pun diakui ilmuwan-ilmuwan muda Indonesia finalis Intel ISEF ini, sudah maksimal dalam memberikan pendampingan.

"Apa pun hasil dari Intel ISEF ini. Mereka (para finalis) adalah anak yang hebat dan luar biasa. Karena mereka sudah mewakili ribuan karya penelitian yang telah diseleksi di negaranya," ujar Rizal Alfian, pendamping tim Indonesia dari pihak Kemendikbud.

Menurut Alfian, kompetisi hanyalah salah satu bagian dalam upaya mencari bibit atau kader yang unggul. "Yang paling utama adalah pada aspek pembinaan yang perlu diperluas dan peningkatan kualitas penelitian di level sekolah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com