Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai Hari Ini, Uber Bisa Deteksi Sopir Pegang Ponsel dan "Ngebut"

Kompas.com - 07/09/2016, 07:20 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan layanan transportasi berbasis online Uber meluncurkan sejumlah fitur baru pada Rabu (7/9/2016). Fitur baru ini membuat aplikasi Uber bisa mendeteksi sopir mengendarai mobil sambil memegang ponsel, mengukur kecepatan, dan membaca pola pengereman kendaraan.

Untuk sementara, fitur tersebut baru diterapkan pada mobil saja, belum sampai ke layanan ojek motor UberMoto. Selain itu, fitur ini baru terlihat dari aplikasi pengemudi dan belum muncul di aplikasi penumpang.

Uber memanfaatkan data yang dikumpulkan dari sensor pada ponsel pengguna, antara lain proximity sensor dan GPS. Dari data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui perbedaan antara pergerakan ponsel saat dipegang oleh pengemudi dan saat diletakkan pada wadah (mounting) ponsel di dashboard mobil.

“Jika aplikasi mendeteksi ponsel tersebut terindikasi berada di tangan pengemudi, maka akan muncul peringatan dan meminta pengemudi meletakkannya ke wadah di dashboard,” ujar Lead Safety for Public Policy Uber, Dorothy saat bincang dengan sejumlah media di Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Selain peringatan tersebut, sensor dan GPS pada ponsel pengemudi juga dipakai untuk menganalisis kecepatan kendaraan. Fungsinya, bila pengemudi memacu kendaraan terlalu cepat, maka aplikasi akan memunculkan peringatan.

Agar bisa memberikan peringatan kecepatan dengan efektif, Uber mempelajari dan menerapkan peraturan mengenai batas kecepatan tertinggi dan terendah dalam suatu kota. Pasalnya, masing-masing kota dan negara punya peraturan dan perilaku berbeda terkait hal ini.

“Kami juga bisa menganalisis kecepatan pengemudi dan membandingkannya dengan kecepatan aman di suatu kota. Jika pengemudi terlihat melampaui kecepatan tersebut, maka akan muncul peringatan untuk mengurangi laju kendaraannya,” imbuh Dorothy.

Pilot Project

Fitur canggih ini, menurut Dorothy, baru dijalankan sebagai pilot project. Tujuannya memetakan perilaku berkendara pengemudi Uber dan mengarahkannya supaya lebih aman.

Perusahaan ride sharing tersebut sudah melaksanakan proyek ini sejak awal tahun 2016 di San Francisco dan kini berniat mengimplementasikannya ke berbagai negara lain. Khusus untuk Rabu (7/9/2016) ini, fitur tersebut akan dirilis ke dalam aplikasi pengemudi di Jakarta, Indonesia; Bangalore, India; serta Singapura.

Baca juga: Pelajaran dari Kasus Argo Kuda Uber di Jakarta

Dari data sensor dan GPS, Uber pun menyusun sebuah statistik untuk menganalisis perilaku mengemudi di suatu kota tertentu. Dalam statistik ini antara lain diperlihatan cara pengereman kendaraan, apakah kasar atau halus.

Inti dari semua pengumpulan data, statistik dan fitur tersebut adalah berusaha untuk membuat pengemudi Uber berkendara dengan cara yang aman.

“Misinya adalah memprediksi dan mengurangi kecelakaan di jalan. Namun saat ini belum ada efek tertentu pada akun pengemudi yang melanggar peringatan dari aplikasi. Kami baru sekadar memberi peringatan saja,” ujar Dorothy.

“Kami pun masih berupa pilot project, mengumpulkan data dan memahami mana yang normal dan tidak normal di jalanan kota tertentu. Apa yang mestinya dilakukan driver kami, apa yang tidak. Kami mendefinisikan cara mengerem yang kasar dan bagaimana rem yang halus, lalu behaviour seperti apa yang aman,” pungkasnya.

Baca juga: Mengapa Uber Rugi sampai Rp 16,8 Triliun?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com