KOMPAS.com - Tak terasa sudah 28 tahun lalu Tim Berners-Lee mengajukan proposal World Wide Web untuk pertama kalinya pada 1989 lalu. Sang "bapak internet" asal Inggris ini menulis sebuah surat terbuka dalam rangka ulang tahun ke-28 World Wide Web, 12 Maret kemarin.
Di dalamnya, Berners-Lee menyebutkan bahwa jaringan web sebenarnya sudah menyerupai visi yang diangankannya dulu. Orang-orang dari berbagai belahan dunia kini memanfaatkan web untuk berbagi informasi dan berkolaborasi, menembus batasan geografis, ataupun budaya.
Tapi setahun belakangan dia mengaku gundah melhat perkembangan yang terjadi di jagat maya. Sebab, menurut Berners-Lee, ada tiga tren negatif yang bisa menghalangi potensi web sebagai alat berguna untuk seluruh umat manusia.
Berita palsu
Pengelola media sosial dan search engine, ujar Berners-Lee, mencari uang dari link yang diklik pengguna. Oleh karena itulah mereka mengembangkan algoritma khusus dengan mempelajari perilaku dan preferensi masing-masing pengguna. Tujuannya supaya bisa menyajikan link yang sesuai kesukaan si pengguna dan besar kemungkinannya untuk diklik.
"Ini berarti misinformasi atau berita palsu yang mengejutkan, atau dirancang agar sesuai dengan bias pendapat kita bisa menyebar layaknya kebakaran hutan," kata Berners-Lee dalam suratnya di World Wide Web Foundation itu, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Senin (13/3/2017).
Bagaimana mengatasi peredaran berita palsu? Berners-Lee berpendapat jawabannya tak lain berada di tangan para pengelola media sosial dan search engine, seperti Facebook dan Google.
Untungnya, kedua raksasa internet itu belakangan telah menyadari peranan layanannya yang ditunggangi penyebar hoax. Keduanya telah mulai menerapkan upaya-upaya memerangi berita palsu.