Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Facebook Dituding Eksploitasi Remaja Galau

Kompas.com - 03/05/2017, 11:40 WIB
Oik Yusuf

Penulis

KOMPAS.com - Namanya remaja, sekali waktu pasti pernah galau. Ada kalanya juga menumpahkan perasaan di media sosial. Fenomena wajar ini belakangan diduga sengaja disasar oleh Facebook, sang pemilik jejaring sosial terbesar, untuk kepentingan pengiklan.

Dugaan tersebut muncul dari bocoran dokumen internal Facebook di Australia yang isinya dilaporkan oleh media di Benua Kangguru itu.

Dokumen menyebutkan bahwa Facebook menggunakan tool untuk memonitor posting kalangan pengguna mudanya, mulai umur 14 tahun hingga 20-an, saat sedang merasa “stres”, “gelisah”, atau “gagal”.

Dari sini bisa diperoleh sejumlah besar data untuk menganalisis sentimen para pengguna terkait, termasuk kapan saja mereka merasa senang, sedih, dan lain-lain.

“Senin hingga Kamis adalah waktu membangun kepercayaan diri; akhir pekan itu waktunya untuk menyebarkan pencapaian,” sebut penggalan kalimat dalam dokumen bocoran dari sebuah riset tersebut, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari laman News.com.au (3/5/2017).

Data “sentiment analysis” tadi kemudian bisa digunakan oleh pengiklan untuk menyasar para pengguna muda di Facebook saat mereka sedang galau dan butuh dukungan.

Facebook membantah tudingan pihaknya sengaja mengeksploitasi kegalauan pengguna muda. Tapi jejaring sosial itu kemudian meminta maaf dan berjanji akan melakukan investigasi terhadap permasalahan terkait, yang diduga melanggar kebijakan Facebook sendiri soal riset pengguna.

Facebook mengakui bahwa riset tersebut benar-benar ada, tapi fungsinya bukan seperti yang dituduhkan. “Tujuannya untuk membantu para pemasar untuk mengerti cara pengguna mengekspresikan diri di Facebook,” sebut perusahaan pimpinan Mark Zuckerberg ini.

Sebelumnya, pada 2012, Facebook pernah menuai kemarahan lantaran “memainkan” perasaan pengguna. Sebanyak 700.000 pengguna dijadikan subjek penelitian tanpa sepengetahuan mereka.

Ketika itu, sebuah algoritma khusus digunakan untuk hanya menampilkan posting bernada positif atau negatif di lini masa pengguna. Tujuannya untuk mengetahui apakah mood seseorang bisa dipengaruhi, misalnya apakah menjadi makin sedih kalau banyak melihat posting negatif.

Baca: Facebook dan Google Jadi Korban Penipuan Online

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com