Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pendiri Sekaligus CEO WhatsApp Jan Koum Mundur

Koum awal pekan ini mengumumkan telah meninggalkan Facebook, perusahaan yang membeli WhastApp senilai 19 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 200 triliun pada 2014 lalu.

“Sudah hampir satu dekade sejak Brian (Acton) dan saya memulai WhatsApp. Ini adalah perjalanan luar biasa dengan orang-orang terbaik. Tapi sekarang saatnya bagi saya untuk move on,” tulis Koum dalam sebuah pesan perpisahan di akun Facebook miliknya.

Koum merupakan imigran asal Ukraina, Uni Soviet yang pindah ke Amerika Serikat untuk memulai hidup baru. Koum bertemu dengan Acton pada 1997 saat keduanya sama-sama bekerja di Yahoo.

Acton dan Koum mendirikan perusahaan WhatsApp Inc. pada Februari 2009 di California. WhatsApp awalnya merupakan penyedia layanan update status di ponsel, sebelum kemudian berubah menjadi pesan instan.

Kini, WhatsApp adalah aplikasi pesan instan terbesar di dunia dengan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai 1,5 miliar, yang tercatat pada Januari 2018.

Apa yang akan dilakukan Koum setelah mundur? Dia menyebut bakal menyibukkan diri dengan melakukan hal-hal yang dia senangi, di luar dunia teknologi.

“Misalnya, mengoleksi mobil Porsche berpendingin udara yang langka, mengoprek mobil-mobil saya, dan bermain ultimate frisbee,” tulisnya.

Pasca akuisisi WhatsApp oleh Facebook pada 2014, dompet Koum memang menjadi sangat tebal. Saham WhatsApp sebesar 45 persen yang dimilikinya diperkirakan bernilai 6,8 miliar dollar AS.

Masalah privasi?

Ada apa di balik kepergian Koum dari WhatsApp? Hengkangnya sang pendiri aplikasi pesan instan terpopuler sejagat ini disinyalir berkaitan dengan konflik soal kebijakan privasi pengguna antara WhatsApp dan induk semangnya, Facebook.

Sedari awal, Koum dan Acton mendirikan WhatsApp dengan fokus terhadap privasi pengguna dan menolak kehadiran iklan. Koum pun berjani akuisisi oleh Facebook tak bakal berdampak pada prinsip WhatsApp.

“Anda masih bisa yakin bahwa tak akan ada iklan sama sekali yang menganggu komunikasi,” sebut Koum, pasca akuisisi oleh Facebook.

Kebijakan itu diteruskan oleh Facebook sehingga WhatsApp hingga kini tidak menampilkan iklan. Namun, lambat laun Facebook menekan WhatsApp untuk mulai menghasilkan uang.

Salah satu langkahnya dilakukan pada 2016, saat WhatsApp mengumumkan bakal memberikan nomor-nomor telepon penggunanya ke Facebook, untuk keperluan targeting iklan. Hal ini berujung pada denda  sebesar 122 juta dollar AS dari regulator di Uni Eropa.

Lalu, untuk pengembangan WhatsApp Business, Facebook disinyalir meminta WhatsApp menurunkan tingkat enkripsi end-to-end agar lebih mudah dipakai menerapkan aneka tools bisnis.

Padahal, enkripsi ini adalah fitur privasi andalan WhatsApp agar data pengguna tak bisa diintip oleh siapa pun, termasuk WhastApp dan Facebook sendiri.

Terakhir datanglah skandal Cambridge Analytica (CA). Namun, keterangan sumber yang dirangkum KompasTekno dari TechCrunch, Selasa (1/5/2018) menyebutkan bahwa perselisihan antara Koum dan Facebook sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum skandal CA menyeruak.

Koum dikabarkan sudah berencana meninggalkan Facebook sejak setahun lalu. Acton yang lebih dulu hengkang, kini berbalik menentang raksasa media sosial tersebut dengan terang-terangan mendukung gerakan #DeleteFacebook.

Belum diketahui siapa yang akan menggantikan posisi Koum sebagai CEO WhatsApp.

https://tekno.kompas.com/read/2018/05/01/10195827/pendiri-sekaligus-ceo-whatsapp-jan-koum-mundur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke