Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sisi Lain di Balik Menterengnya Kerja di Google

Namun, di balik hingar bingar bekerja di raksasa Silicon Valley tersebut, ada sisi lain yang belum banyak diketahui. Sebuah laporan dari Bloomberg mengatakan jika Google lebih banyak merekrut karyawan kontrak dibanding karyawan permanen.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah berdirinya Google selama 20 tahun, jumlah karyawan kontrak melebihi karyawan tetap. Data ini diperoleh dari sumber dalam yang mengakses basis data internal perusahaan search engine itu.

Pegawai kontrak Google ditandai dengan lencana berwarna merah, sementara pegawai tetap memiliki lencana putih.

Mereka mengisi berbagai posisi mulai dari bertugas menyajikan makanan, membersihkan kantor, menuliskan kode, menangani panggilan sales, merekrut pegawai, melakukan screening YouTube, menguji coba mobil tanpa awak milik Google, dan bahkan mengelola semua manajemen tim.

Mereka memang bekerja di perusahaan terkaya ketiga di dunia versi Fortune ini, namun peluang karir dan keuntungan lain secara prbadi sangat sedikit di dapat dibanding para pekerja tetap.

Hal ini membuat lingkungan kerja Google terbagi menjadi dua kasta, yakni pekerja tetap di kelas atas dan pekerja kontrak di kasta kedua.

"Mereka (pekerja kontrak) merasa terisolasi dan seperti warga kelas kedua," terang salah satu advokat grup Coworker.org, Yana Calou.

Secara pendapatan, pegawai kontrak juga memperoleh sedikit imbalan dari perusahaan dibanding pegawai tetap.

Maria Noel Fernandez, direktur kampanye Silicon Valley Rising, sebuah kelompok serikat pekerja yang mengadvokasi buruh mengatakan, boleh jadi mereka bekerja di perusahaan kaya, namun mereka bukan bagian dari kekayaan Google.

"Banyak pekerja yang tidak memiliki suara. Mereka belum tentu mendapatkan manfaat dari bekerja di sebuah perusahaan teknologi besar dan mentereng ini," jelas Fernandez.

Dilansir KompasTekno dari Seattle Times, Rabu (1/8/2018), Google memberikan nama sendiri bagi para pekerja kontrak, yakni TVC yang merupakan kepanjangan dari "temps, vendors and contractors".

Mereka dipekerjakan oleh pihak agensi luar, termasuk dari Adecco Group, Cognizant Technology Solution, dan Randstad.Sayangnya, Google menolak blak-blakan soal berapa agensi yang digunakan untuk merekrut pekerja sementara tersebut.

Sementara para mantan pekerja kontrak dan tetap Google, menolak untuk memberikan keterangan karena tak ingin membahayakan pekerjaan mereka. Namun mereka memiliki rencana untuk mendiskusikan isu pekerja kontrak ke manajemen Google.

Beberapa perusahaan Silicon Valley lain, seperti Apple dan Facebook juga bergantung pada pekerja kontrak yang terus menerus ada. Sebab, merekrut pegawai kontrak bisa menekan jumlah pekerja tetap.

Dengan begitu, biaya bisa dialirkan ke bidang utama, seperti pengembangan kecerdasan buatan. Setali tiga uang, para investor juga berharap perusahaan tetap bisa meningkatkan peforma dengan menekan jumlah pegawai.

Respons Google

Juru bicara Google mengaku jika perekrutan TVC hanya terjadi jika Google tidak memiliki ahli khusus, seperti supir shuttle bus, dokter, dan penguji berkualitas yang memiliki asuransi. Alasan lainnya, para pekerja kontrak direkrut untuk mengisi posisi yang sedang kosong, seperti ditinggal cuti pegawai tetap.

Kendati demikian, masih ada pekerja kontrak yang yakin jika bekerja di Gogle, meski kontrak, bisa menjadi batu loncatan karirnya. Mereka juga memandang Google sebagai tempat kerja yang dermawan. Walupun beberapa di antaranya merasa tersisihkan.

"Orang-orang akan menunduk meskipun kamu melakukan pekerjaan yang sama," ungkap salah satu pekerja kontrak yang telah bekerja selama dua tahun di Google.

Salah satu mantan TVC juga mengatakan, "Kamu di sana, tapi kamu tidak (benar-benar) di sana".

Isu lain yang menjadi sorotan adalah hak asuransi kesehatan para pekerja kontrak. Jika pun ada, rencana asuransi yang ditawarkan tidak memadai atau bahkan tidak ada penawaran.

Menurut kesaksian dari mantan pegawai kontrak yang berasal dari agensi Adecco, Google memberikan asuransi kesehatan untuk penyakit diabetes yang dideritanya sebesar 600 dollar AS, sekitar Rp 8,6 juta.

Dalam beberapa tahun terakhir, Google sempat menarik pegawai kontrak ke pegawai in-house.  Namun, setelah mendapat berbagai kritik pada tahun 2014, Google mengumumkan jika beberapa pegawai kemanan bisa menjadi pegawai tetap.

Banyak pekerja kontrak yang bekerja tak lebih dari dua tahun. Beberapa di antaranya melakukan pekerjaan di beberapa bidang dengan harapan bisa diangkat menjadi pegawai tetap.

Nasib pekerja kontrak di level atas cukup mujur. Setidaknya, mereka diizinkan menyematkan nama "Google" di akun LinkedIn mereka sebagai pegawai kontrak.

Mantan pegawai kontrak Google yang pernah menjadi salah satu marketing Google Polandia, Chris Szymczak mengatakan bahwa hubungan pekerja kontrak dan tetap sangat baik, bahkan di luar pekerjaan. Para pegawai tetap bisa memberikan rekomendasi untuk pegawai kontrak, agar mendapat pekerjaan baru di masa mendatang.

Namun tak semua bernasib sama seperti Szymczak. Perkara pilih kasih pernah diterima salah satu mantan pegawai tetap Google. Pernah suatu hari, eksekutif baru dari sebuah divisi datang.

Ia pun bercakap-cakap dengan beberapa pegawai, menanyakan beberapa hal manajerial seperti apa rencana Anda lima tahun mendatang.

Keesokan harinya, ia tertunduk malu, baru menyadari jika pegawai yang ia ajak bicara sebelumnya adalah para pegawai kontrak, bukan pegawai tetap. Ia pun meminta pegawainya melupakan semua yang telah didiskusikan sebelumnya.

Belum diketahui apakah isu pegawai kontrak ini masih ada di Google untuk saat ini atau tidak.
Mengingat pada kuartal-II 2018, Google sesumbar memiliki 89.058 pegawai tetap, tanpa menyebut jumlah pegawai kontraknya.

https://tekno.kompas.com/read/2018/08/01/20130097/sisi-lain-di-balik-menterengnya-kerja-di-google

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke