Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Informasi Tutupnya Path Masih Simpang Siur

Screenshot tersebut memperlihatkan akun Path di platformnya sendiri mengucapkan “The Last Goodbye” (selamat tinggal yang terakhir). Netizen pun heboh menanggapi screenshot tersebut.

Banyak yang bernostalgia dengan mengunggah momen-momen masa lalu (throwback) dari Path ke Instagram Stories. Ada pula yang berkicau soal masa-masa menggunakan Path di Twitter. Pembahasan yang sama ramainya bisa pula ditemui di linimasa Facebook.

KompasTekno sudah menghubungi pihak Path sejak pekan lalu, tetapi belum ada jawaban hingga kini.

Update: Path Resmi Tutup, Layanan Disetop 18 Oktober 2018

Pasalnya, untuk aplikasi sebesar Path, agaknya kurang afdol jika berita penutupannya disebar hanya via pemberitahuan singkat di platform-nya sendiri. Tak ada penjelasan lebih detail di blog resminya.

Pengumuman penutupan layanan biasanya disertai dengan informasi kapan tanggal layanan tersebut benar-benar akan dihentikan, serta saran bagi pengguna, apa yang mesti mereka lakukan, seperti mem-backup postingan misalnya.

Path terakhir kali mengguah artikel di blog-nya pada 30 Januari 2018. Kala itu Path mengumumkan fitur baru yang memungkinkan pengguna membagi cerita berharga via #pathstory, serta memudahkan belanja online di “Show Window Moment”.

Path juga masih sempat mengunggah kicauan pada 21 Mei 2018 di akun Twitter resminya. Kicauan itu untuk memperkenalkan fitur baru berbasis video yang memungkinkan pengguna mengeksplor konten-konten menarik di Path.

Lagi-lagi screenshot itu tak bisa dipercaya sepenuhnya. Sebab, tak ada informasi lowongan tersebut di akun LinkedIn Path, pun blog resminya.

Awal mula Path

Path didirikan pertama kali pada 2010 lalu di San Francisco, Amerika Serikat, oleh tiga serangkai yakni Dave Morin, Shawn Fanning, dan Dustin Mierau.

Masing-masing punya peran penting, di mana Dave Morin lebih memegang kendali manajerial sebagai CEO, lantas Shawn Fanning yang memimpin divisi pemograman dan Dustin Mierau mendominasi urusan desain.

Mulanya Path dibuat sebagai media sosial privat yang membatasi pengguna untuk terkoneksi dengan 50 orang saja, lalu berkembang menjadi 150 orang. Seiring berjalannya waktu, batasan itu semakin longgar dan Path pun kehilangan karakteristik awalnya.

Path tak begitu disambut positif di negara asalnya, tetapi mendulang popularitas di Indonesia. Sekitar tahun 2013 hingga 2015, Path menjadi salah satu aplikasi wajib bagi masyarakat modern di Tanah Air yang tak bisa lepas dari kehidupan bermedia sosial.

Tak heran jika pada awal 2014 lalu Path sempat mendapat investasi dari raksasa lokal, Bakrie Global Group, dalam pendanaan Seri C. Ada beberapa perusahaan lain yang masuk sebagai investor dengan total pendanaan 25 juta dollar AS atau Rp 371 miliar.

Ditinggal sang pendiri, tetapi hendak balik lagi

Popularitas Path lambat laun menurun, bahkan di Indonesia yang menjadi harapan terakhir sang jejaring sosial. Padahal, dulunya Path sempat dilirik Google dengan tawaran nilai akuisisi 100 juta dollar AS atau senilai Rp 1,4 triliun.

Path kala itu menolak dan malah akhirnya rela dibeli perusahaan asal Korea Selatan, Daum Kakao, pada Mei 2015. Poin utama Dave Morin kala itu adalah fakta bahwa Path hanya populer di Asia Tenggara, jauh dari kantor pusatnya di San Francisco.

Menurut dia, lebih baik mengalihkan operasional Path ke tim yang lebih besar dan dekat dengan Asia Tenggara, sehingga bisa lebih memahami kebutuhan dan budaya sekitar.

Akuisisi Path oleh Daum Kakao sekaligus mengakhiri kiprah Dave Morin di perusahaan yang ia dirikan tersebut. Meski demikian, Dave Morin agaknya tak pernah benar-benar melepas “buah hati”-nya.

Pada 22 Maret 2018 lalu, Dave Morin mengunggah sebuah kicauan di akun Twitter personalnya (@davemorin). Ia mengumbar mendapat banyak permintaan untuk membangun kembali Path yang lebih baik.

Akan tetapi, kicauan tersebut kemudian mengambang begitu saja. Tak ada berita tindak lanjut soal keseriusan Dave Morin kembali ke Path. Bisa dibilang kicauan tersebut adalah reaksi sang pendiri atas nasib Path saat ini.

Di bawah Daum Kakao, tak terlihat perkembangan yang berarti atas Path. Platform tersebut semakin ditinggalkan dan tergerus oleh dinasti jejaring sosial Facebook, dengan Instagram yang terus-menerus melambung.

Akankah Path diambil alih kembali oleh Dave Morin, atau jejaring tersebut benar-benar akan tutup usia seperti yang heboh beredar? Sampai sekarang belum ada yang bisa dipastikan.

https://tekno.kompas.com/read/2018/09/17/09445907/informasi-tutupnya-path-masih-simpang-siur

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke