Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Arab Saudi Bantah Retas Ponsel Bos Amazon

Bantahan ini disampaikan oleh Kedutaan Besar Arab Saudi di Amerika Serikat melalui akun Twitter mereka @SaudiEmbassyUSA.

Dalam kicauannya, perwakilan pemerintah Arab Saudi mengatakan bahwa tudingan tersebut adalah hal konyol. Bahkan, mereka pun menegaskan akan melakukan investigasi.

"Kami akan melakukan investigasi terhadap klaim ini, sehingga kami bisa mengeluarkan semua faktanya," tulis Kedutaan Arab Saudi dalam Twitternya.

Investigator PBB meyakini ada alasan yang kuat bahwa Pengaran Salman terlibat dalam kasus peretasan ponsel milik Bezos.

"Para ahli hak asasi manusia (HAM) PBB sangat prihatin dengan informasi yang mereka terima, mengindikasikan bahwa ada pelanggaran HAM internasional yang mendasar, akun WhatsApp milik Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi pada tahun 2018 mengggunakan spyware yang memungkinkan pengawasan terhadap pemilik The Washington Post dan CEO Amazon, Jeffery Bezos," tulis laporan PBB.

Sebagai informasi, Jeff Bezos mengakuisisi The Washington Post tahun 2013 lalu. Media ini menjadi sorotan pemerintah Arab Saudi sejak kasus pembunuhan jurnalis, Jamal Khashoggi pada Oktober 2018 lalu.

Kashoggi, salah satu kolumnis Washington Post, diketahui kerap mengkritik pemerintahan Mohammed bin Salman.

Diretas lewat WhatsApp

Nama besar aplikasi pesan instan WhatsApp turut terseret dalam kasus ini. Sebab, upaya peretasan yang dilakukan terhadap ponsel milik Bezos diyakini melalui perantara obrolan WhatsApp.

Dalam laporan The Guardian yang dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Kamis (23/1/2020), Pangeran Salman diduga mengirimkan pesan pribadi ke Bezos berupa sebuah video.

Video itulah yang diduga mengandung malware yang kemudian menyebar ke perangkat setelah dibuka.

Malware tersebut kabarnya berhasil mencuri banyak data dari ponsel bos Amazon. Tapi tidak disebutkan data-data apa saja yang berhasil diambil alih.

Mohammed bin Salman juga disebut pernah mengirim pesan WhatsApp kepada Bezos pada bulan November 2018 dan Februari 2019.

Pesan tersebut berisikan informasi pribadi dan rahasia Besoz tentang kehidupan pribadinya yang belum banyak diketahui publik.

Menurut perwakilan PBB, David Kaye dan ahli independen yang ditunjuk PBB untuk memeriksa pelanggaran HAM dan kebebasan berekspresi, Pangeran Salman terlibat dalam kasus peretasan ini untuk mempengaruhi pemberitaan The Washington Post tentang Arab Saudi.

Menggunakan spyware Pegasus

Laporan New York Times menyebut, analisis forensik digital pada ponsel Bezos dilakukan oleh firma konslutasi bisnis kenamaan yang berbasis di AS, FTI Consulting.

Dari hasil investigasi itu, FTI menemukan malware yang digunakan untuk meretas ponsel Bezos adalah Pegasus, spyware buatan perusahaan Israel bernama NSO Group.

Pegasus juga sempat ramai karena dikabarkan membobol 1.400 pengguna WhatsApp global bulan November lalu.

Salah satu analis teknis mengonfirmasi penggunaan Pegasus sebagai spyware di ponsel Bezos tapi tidak menyebutkannya secara detail.

Namun, NSO membantah keterlibatannya dalam kasus ini. Mereka menegaskan kembali bahwa teknologinya digunakan untuk kegiatan investigasi teror dan kejahatan serius.

"Seperti yang kami nyatakan dengan tegas pada April 2019 dengan tudingan salah yang sama, teknologi kami tidak digunakan dalam hal ini," jelas perwakilan NSO.

https://tekno.kompas.com/read/2020/01/23/13570047/arab-saudi-bantah-retas-ponsel-bos-amazon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke