Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cakupan 4G di Indonesia Kurang dari Setengah Keseluruhan Wilayah

KOMPAS.com - Di tengah pandemi ini, teknologi, terutama konektivitas internet, bisa dibilang menjadi semakin penting dan relevan di kehidupan sehari-hari.

Sebab, sebagian besar masyarakat, baik itu karyawan atau siswa di kota maupun desa, dianjurkan untuk melakukan kegiatannya masing-masing dari jarak jauh, alias online.

Meski demikian, hal ini tak sejalan dengan kondisi nyata (riil) terkait ketersediaan jaringan 4G di Tanah Air. Bahkan, secara geografis, lebih dari 50 persen dari keseluruhan wilayah daratan Indonesia belum ter-cover 4G.

Hal tersebut disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Kominfo, Dedy Permadi, dalam sebuah webinar bertajuk "Peran Sektor Telekomunkasi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional" yang digelar Sekolah Politik Indonesia (SPI), Jumat (11/9/2020) malam.

"Apabila dilihat dari pendekatan geografis, sinyal 4G itu baru menjangkau 49,33 persen dari luas wilayah daratan di Indonesia," ujar Dedy.

Selain pendekatan geografis, Dedy juga mencatat ketersediaan 4G berdasarkan pendekatan administratif. Jika dilihat dari "kaca mata" ini, masih ada belasan ribu desa dan kelurahan yang belum terjangkau jaringan 4G.

"Jika dilihat dari pendekatan administratif, maka dari total 83.218 desa dan keluarahan yang ada di Indonesia, ada sekitar 12.548 desa dan kelurahan yang belum terjangkau sinyal 4G," imbuh Dedy.

Dari 12.548 sendiri, 9.113 desa dan kelurahan berada di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), sedangkan 3.435 lainnya berada di wilayah non-3T.

Dedy melanjutkan, pemerintah sendiri menargetkan bahwa belasan ribu desa dan kelurahan tadi bakal ter-cover 4G sepenuhnya pada 2022 mendatang.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kominfo bakal turut bekerja sama dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi (telko) di Indonesia.

Jaringan 4G mencakup 95 persen populasi

Berbeda dengan Kominfo, operator seluler sendiri, salah satunya Telkomsel, melihat cakupan 4G berdasarkan populasi di suatu wilayah, bukan melalui pendekatan geografis atau administratif.

CEO Telkom Group, Ririek Adriansyah mengklaim bahwa secara populasi, jaringan 4G sudah mencakup lebih dari 90 persen populasi di Indonesia.

"Kalau secara populasi, jaringan 4G telkomsel boleh dibilang sudah 95 persen, sekitar 5 persen berada di daerah desa yang tadi disebutkan (Dedy)," ujar Ririek di kesempatan yang sama.

Ririek pun memastikan bahwa nantinya Telkomsel, bersama dengan operator seluler lainnya, bakal turut membantu mempercepat perkembangan cakupan 4G di seluruh penjuru Indonesia.

Dengan begitu, kegiatan seperti belajar online dan sebagainya bisa dilakukan dengan lancar.

"Telkomsel, bersama juga operator seluler yang ada, akan ikut membantu agar nantinya desa-desa yang sekarang belum ter-cover segera mendapatkan sinyal 4G, paling tidak sehingga nantinya kegiatan belajar online bisa dijalankan," imbuh Ririek. 

Masalah belajar online

Terkait belajar online sendiri, Ririek mengatakan ada tiga masalah yang kini masih menjadi hambatan masyarakat untuk melancarkan proses kegiatan belajar dari rumah.

Masalah pertama adalah masalah coverage atau jangkauan 4G tadi yang bakal diatasi dengan memperluas cakupan seiring berjalannya waktu. 

Kemudian masalah kedua adalah terkait spending data. Maksud spending data di sini adalah masyarakat saat ini memiliki suatu persoalan terkait duit yang harus dihabiskan untuk membeli paket data internet.

Wajar saja karena apabila seluruh proses belajar dilakukan secara online, maka kuota internet yang dibutuhkan juga agaknya bakal lebih banyak dibanding hari biasa ketika sekolah dilakukan secara normal.

Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah operator seluler telah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memberikan kuota gratis bagi para siswa, mahasiswa, serta guru dan dosen.

Kemudian masalah lainnya adalah persoalan tentang kepemilikan perangkat pintar alias smartphone. Ririek mengklaim ada sekitar 30 persen masyarakat Indonesia yang belum menggunakan smartphone, sehingga hal ini menghambat proses belajar online.

Ririek tidak menjelaskan lebih lanjut apa solusi dari masalah ini. Namun, ia mengatakan bahwa masalah ini masih menjadi "pekerjaan rumah" bersama.

"Ini (kepemilikan smartphone) menjadi pekerjaan rumah bersama, terkait bagaimana mereka bisa mendapatkan smarpthone, sehingga (nantinya) bisa mengikuti beragam kegiatan secara online," jelas Ririek.

https://tekno.kompas.com/read/2020/09/11/21395607/cakupan-4g-di-indonesia-kurang-dari-setengah-keseluruhan-wilayah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke