Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sistem Flash Sale dan Otomatis COD di Balik Insiden Penjualan Poco M3

Alasan pembatalan pun beragam dan disebut tidak logis, mulai dari alamat pengiriman tidak akurat, kendala pengiriman, hingga melanggar persyaratan dan penggunaan Lazada.

Pengamat gadget, Lucky Sebastian mengatakan bahwa sistem pembayaran di tempat (cash on delivery/COD), yang menjadi salah satu metode pembayaran flash sale Poco M3, rentan akan berbagai risiko transaksi.

Pada saat kurir COD sampai di rumah, misalnya, transaksi bisa saja tidak dilanjutkan apabila sang kurir gagal menemui pemesan.

"Terkadang cara seperti ini (COD) juga berisiko. Ketika kurir tiba, pemesan (justru) tidak ada," imbuh Lucky, saat dihubungi KompasTekno, Kamis (28/1/2021).

Risiko COD lainnya juga diungkap oleh reviewer gadget dari kanal YouTube "MainLagi" yang pesanan Poco M3-nya di Lazada ikut dibatalkan.

Ia berpendapat bahwa konsumen seharusnya lebih berhati-hati apabila metode pembayaran yang tersedia hanya COD.

Sebab, ada rumor yang mengklaim bahwa mekanisme seperti ini merupakan "cara" bagi penjual agar tidak perlu repot mengurus pengembalian dana (refund), apabila stok produk ternyata bermasalah.

"Konsumen seharusnya lebih aware ketika kemarin pembayarannya (ternyata) auto COD," tutur Dian dalam sebuah postingan Instagram Story.

Dian sendiri mengaku bahwa sistem awalnya mengarahkan pembayaran Poco M3 ke metode COD secara otomatis.

Padahal, ia mengaku tidak pernah menggunakan opsi pembayaran tersebut atau mengatur COD sebagai pembayaran default di Lazada.

Ketika metode pembayaran hendak diganti, sistem seakan "memaksa" Dian untuk membatalkan barang yang sudah berhasil dipesan.

"Di Lazada default-nya COD dan ketika ingin diganti malah ditanya (sistem) mau dibatalin atau tidak (pesanannya)," tambah Dian kepada KompasTekno, Kamis (28/1/2021).

Sistem buffer di e-commerce

Terlepas dari COD, Lucky turut menambahkan bahwa pembatalan, terutama untuk pembelian secara flash sale, bisa terjadi apabila e-commerce mengalokasikan stok dengan metode buffer.

Sederhananya, sistem buffer diterapkan dengan cara menerima pembeli melebihi stok barang sesungguhnya.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi hangusnya slot pembeli yang tidak menyelesaikan transaksi dalam waktu yang telah ditentukan, sehingga pembeli lainnya bisa mengisi kekosongan tersebut.

Misalnya, barang A sebenarnya memiliki stok 100 unit, namun e-commerce bisa menerima transaksi dari 110 pembeli. Ini artinya, apabila 100 orang pertama berhasil menyelesaikan transaksi, maka pesanan dari 10 orang terakhir otomatis akan dibatalkan.

"Dalam flash sale singkat, seringkali ada waktu pembayaran yang menunggu dan kadang dibatalkan pembeli. Sehingga, terkadang harus disiapkan angka buffer. Misalnya, dari jumlah stok 100, pembeli yang diterima 110, dengan kemungkinan 10 orang batal," jelas Lucky.

Kekacauan dalam penjualan flash sale yang menerapkan buffer, menurut Lucky, juga bisa diperparah apabila sistem dari e-commerce tersebut belum siap menerima gempuran dari para pengunjung.

"Buffer ini bisa saja terlampaui, apalagi kalau sistem di Lazada tidak bisa sinkron langsung dengan cepat untuk menyetop pembelian saat barang habis," jelas Lucky.

Di samping beragam spekulasi yang belum bisa dipastikan ini, Lucky sebenarnya paham betul apa yang dilakukan oleh pihak Xiaomi Indonesia, yaitu supaya Poco M3 bisa dinikmati oleh konsumen sesuai dengan harga dan target pasarnya.

Lucky lantas berharap agar mekanisme flash sale ini dirancang lebih baik lagi ke depannya, supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

"Saya harap ke depannya ditemukan cara flash sale yang lebih baik," pungkas Lucky.

https://tekno.kompas.com/read/2021/01/29/07590007/sistem-flash-sale-dan-otomatis-cod-di-balik-insiden-penjualan-poco-m3

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke