Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER TEKNO] Musuh Asli WhatsApp, FIFA 21 Terlarang, dan Monyet Main Game

Yes, kutipan dari pendiri Amazon, Jeff Bezos, di atas mungkin bisa bikin kalian lebih semangat dalam bekerja, atau mengapresiasi hasil kerja keras selama seminggu ini.

Ngomong-ngomong soal Jeff Bezos, salah satu orang terkaya di dunia ini jadi salah satu topik terhangat di KompasTekno pekan ini.

Enggak cuma dia, CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, juga bikin geger dengan eksperimen ekstremnya.

Itu aja? Enggak dong, masih ada kabar soal WhatsApp dan gamer profesional yang dilarang ikut main di FIFA 21. Hmmm.... kira-kira kenapa ya?

Jeff Bezos dulu, dia kenapa?

Jadi, salah satu orang terkaya di dunia ini bakal melepas jabatan sebagai CEO Amazon setelah 26 tahun merintis perusahaan teknologi raksasa itu.

Dia sendiri yang menyampaikan pengunduran diri itu lewat sebuah memo kepada karyawannya. Nah, posisinya bakal diisi oleh Andy Jassy di kuartal III-2021 nanti.

Andy... who?

Andy Jassy. Memang gak seterkenal Jeff Bezos sih, tapi, dia bukan orang baru di Amazon. Bisa dibilang, Jassy ini tangan kanan Bezos. Bahkan, dia masuk di S-Team, semacam grup yang isinya orang-orang elit eksekutif. Jassy ini loyal banget, loh.

Sejak masuk Amazon tahun 1997 sebagai Manager Marketing, dia enggak pernah sekalipun resign. Udah berapa tahun tuh doi di Amazon? Coba deh dihitung-hitung. Loyal, kan?

Oh ya, tahu Amazon Web Services atau AWS? Nah, Jassy ini adalah orang yang paling berjasa di AWS. Dia salah satu orang yang mengembangkan AWS pada 2003 sampai didapuk jadi CEO hingga 2021 ini.

Kata Bezos, Jassy adalah sosok yang tepat buat Amazon. Selain karena loyal, Jassy disebut punya kepercayaan diri yang tinggi, mirip Bezos.

Terus, Bezos ngapain?

Bezos bukan berarti pensiun, ya. Sebenarnya, dia malah naik jabatan. Di usia ke-57 tahun, Bezos akan menjabat sebagai Dewan Eksekutif di Amazon.

Tapi, dia gak lagi sepenuhnya fokus untuk Amazon. Bezos akan lebih fokus untuk mengurus Bezos Earth Fundm Blue Origin, The Washington Post, dan Amazon Day 1 Fund. Tambah banyak deh kerjaannya.

Oke, cukup untuk Bezos. Sekarang ngomongin soal Elon Musk.

Keanehan apa lagi nih yang dibikin Elon Musk?

Tahu kan kalau Elon Musk punya perusahaan Neuralink? Perusahan itu ternyata lagi mengembangkan microchip implan otak berteknologi tinggi.

Nah, ayahnya si -(izin nyontek dulu)- X Æ A-12 ini, bilang kalau microchip itu baru saja ditanamkan ke otak ke seekor monyet.

Hah, buat apaan?

Dia bilang, monyet yang ditanami microchip itu bisa main game menggunakan pikirannya. Sebenarnya, tujuan utama microchip ini, agar manusia bisa mengontrol komputer hanya dengan berpikir aja.

Terus, teknologi tingkat tinggi itu dirancang untuk membantu pasien lumpuh agar bisa berinteraksi dengan ponsel atau komputer dengan lebih mudah.

Cara masukin ke otak monyet bagaimana?

Sayangnya, Musk enggak menjabarkan secara detail dan belum kasih bukti soal implan microchip ke otak monyet itu.

Tapi dia janji kalau dalam beberapa bulan ke depan, Neuralink mau merilis beberapa video yang menunjukan perkembangan implan tersebut.

Eh, Ngomong-ngomong soal game nih, ada kabar lain yang kayaknya tidak begitu menyenangkan.

Soal apa lagi?

Gini, kalau kamu pemain game profesional alias pro-player pasti pengen banget dong bisa ikut kompetisi besar. 

Tapi, impian itu tampaknya harus dikubur sementara waktu oleh Anders Vejrgang yang dilarang ikut FIFA 21 Global Series.

Siapa dia?

Anders Vejrgang adalah pemain profesional di game sepak bola FIFA 21 asal Denmark yang tergabung dalam tim e-sports profesional RB Leipzig. Usianya baru menginjak 14 tahun.

Nah, usia itu yang -katanya sih- jadi ganjalan. Soalnya, sesuai aturan dari Electronics Arts (EA) selaku pengembang FIFA, peserta setidaknya harus berusia 16 tahun. Vejrgang belum bisa ikut bertanding karena alasan itu walaupun skill-nya tingkat dewa.

Sejago apa sih?

Saking jagonya nih, Vejrgang terkenal banget di FIFA 21, termasuk di Twitch. Bahkan, dalam kurang lebih 450 pertandingan di ajang Weekend League (online), dia disebut enggak pernah kalah sekalipun.

Dia juga ngaku sering menang di kompetisi skala lokal dan mengalahkan pro-player lain di FIFA 21.

Ngomong-ngomong, kenapa harus 16 tahun, ya?

Itu dia. Pihak EA juga enggak jelasin kenapa harus 16 tahun. Konon sih, terkait dengan masalah psikologi pemain yang "belum siap".

Soalnya, menurut beberapa laporan, turnamen e-sports ini memang tekanannya luar biasa berat. Apalagi yang skalanya internasional, pemain harus pindah dari satu negara ke negara lain. Hal itu pasti mempengaruhi fisik pemainnya.

Vejrgang juga protes, kenapa harus 16 tahun dan membandingkan dengan game kelas internasional lain yakni Fortnite World Cup. Kalau Fortnite, cuma mensyaratkan pesertanya minimal berusia 13 tahun.

Well, semoga di turnamen selanjutnya dia bisa ikut. Sekarang mari kita WhatsApp-an.

Mau WhatsApp-an ama siapa nih?

Maksudnya bukan kirim pesan WhatsApp, tapi, kali ini kita "nggosipin" aplikasi warna hijau ini.

Tahu enggak kalau WhatsApp sekarang lagi ketar-ketir, takut kalah saing? Tapi, pesaingnya bukan Telegram atau Signal yang lagi hype banget akhir-akhir ini.

Justru, Mark Zuckerberg --bos besar Facebook dan segala macam anak perusahaannya termasuk WhatsApp- bilang kalau pesaing berat WhatsApp adalah Apple.

Lah, kok bisa?

Iya sih, fokus bisnis Facebok dan Apple kan beda. Facebook lebih ke jejaring sosial, sementara Apple lebih ke komputer dan gadget seperti iPhone atau Mac.

Jadi, Zuck -panggilan kerennya- takut WhatsApp kalah saing sama iMessage. Soalnya, iMessage lebih disukai orang AS ketimbang WhatsApp.

Wajar sih, karena pengguna perangkat Apple di AS juga banyak. iPhone aja nih, kata CEO Apple, Tim Cook, pengguna aktifnya ada satu miliar sedunia sekarang. Wow.

Di iPhone juga sudah terpasang iMessage, jadi, enggak perlu repot-repot download dan instal WhatsApp.

Itu aja alasannya?

Ada lagi. Zuckerberg sebenernya semakin cemas sama kebijakan privasi baru Apple di iOS 14. iOS 14 punya fitur bernama App Tracking Transparency atau fitur anti-pelacakan iklan.

Gara-gara fitur ini, semua pengembang aplikasi kudu izin pengguna iPhone dan iPad buat melacak aktivitas mereka, termasuk aktivitas pengguna untuk tujuan periklanan.

Nah lo, Facebook jadi makin sulit kan buat menyalurkan iklan. Padahal seperti yang kita semua tahu, bisnis iklan jadi tulang punggung utama Facebook selama ini.

Facebook diem aja?

Enggak dong. Berbagai jurus sudah dilancarkan oleh Zuckerberg. Timnya berulang kali memprotes kebijakan di iOS 14 itu.

Zuckerberg juga menuding kalau kebijakan tersebut bikin bisnis pelaku usaha kecil seret dan "mengubah internet yang selama ini kita ketahui".

Yhaaa, tapi ujung-ujungnya, Facebook harus menerima "kekalahan" dan tunduk pada aturan iOS 14. Katanya sih, demi aplikasinya enggak dihapus di App Store yang kerugiannya bisa berkali-kali lipat.

Oke, ada apa lagi soal WhatsApp?

Jadi, beberapa hari lalu, di Twitter rame dibahas soal WA GB nih guys. Setelah ditelusuri ternyata itu singkatan WhatsApp GB.

Itu kenapa sih?

WhatsApp GB itu salah satu jenis aplikasi WhatsApp yang dimodifikasi atau sering disebut WhatsApp Mod. Aplikasi itu enggak resmi karena bukan dirilis oleh WhatsApp, si anak perusahaan Facebook Inc.

WhastApp GB atau WhatsApp Mod cuma bisa dipasang di Android. Tapi, kalau kamu cari-cari di Play Store, ya enggak bakalan ketemu karena bukan aplikasi resmi.

WhatsApp GB cuma bisa diunduh dalam file APK yang berasal dari sumber ketiga seperti situs web.

Bedanya sama WhatsApp biasa apa?

Selain beda yang bikin, WhatsApp GB juga punya fitur yang lebih banyak dan beragam dibanding WhatsApp resmi.

Misalnya nih, ganti tema dan ikon, menghilangkan status "sedang mengetik", menghilangkan centang dua, membaca pesan yang sudah dihapus, mengganti gaya huruf, dan masih banyak lagi.

Penggunanya juga tetap bisa melihat WhatsApp Status yang sudah dihapus oleh si pembuat dan mengunduh WhatsApp Status tanpa harus screen shot.

Menarik kayaknya

Menarik bin berisiko. Karena bukan aplikasi resmi, WhatsApp GB punya banyak celah keamanan.

Celah itu bisa disusupi malware dan spyware karena servernya berlum terjamin keamanannya.
Kalau terinfeksi, data perangkat bisa jadi taruhannya.

Selain itu, percakapan di WhatsApp GB juga tidak ada jaminan akan dilindungi sistem keamanan end-to-end encryption seperti WhatsApp resmi. Kalau mau update juga agak susah. Soalnya harus cari link-nya lebih dulu di situs web, bukan Play Store.

Apa lagi kadang dibuat bingung dengan iklan-iklan di situs web yang bisa mengecoh. Satu lagi, pengguna juga terancam diblokir secara permanen oleh WhatsApp.

Loh, kok gitu?

WhatsApp sudah tahu ada pengguna yang pakai aplikasi tidak resmi. Kalau ketahuan pakai WA GB atau aplikasi sejenisnya, pengguan bisa diblokir secara permanen karena pihak WhatsApp tidak bisa memvalidasi keamanan aplikasi modifikasi itu.

Masih bandel nih enggak mau pindah ke WhatsApp resmi? WhatsApp mengancam bakal blokir akun secara permanen. Jadi, hati-hati ya kalian yang pakai WhatsApp versi modifikasi.

--------

Itu tadi, rangkuman singkat keramaian seputar dunia teknologi yang terjadi selama sepekan. Selamat berakhir pekan!

https://tekno.kompas.com/read/2021/02/06/12060087/-populer-tekno-musuh-asli-whatsapp-fifa-21-terlarang-dan-monyet-main-game

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke