Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Maraknya Penipuan Berkedok Akun Resmi di Medsos

Hal ini dimungkinkan karena institusi dan perusahaan memiliki akun layanan pelanggan (customer care) di media sosial, salah satunya Twitter. Sayangnya, kemudahan ini justru turut dimanfaatkan oleh sejumlah oknum untuk melakukan penipuan.

Hal ini mengingat maraknya akun penipuan di Twitter. Setidaknya begitulah yang ditemukan oleh Ismail Fahmi, Pendiri dari Drone Emprit and Media Kernels Indonesia.

Baru-baru ini, melalui sebuah kicauan di Twitter, Ismail melaporkan hasil analisis Drone Emprit terkait banyaknya akun-akun penipu di Twitter yang mencatut nama-nama perusahaan bank di Tanah Air.

Hasil tersebut didapatkannya setelah menganalisis tweet dan mention yang mengandung kata kunci "Live Chat" dan "Halo BCA". Menurut Ismail, akun-akun penipu ini menargetkan nasabah dari bank BNI, BRI, Mandiri, BCA, dan Jenius.

"Betapa masif dan telanjang di depan mata upaya penipuan terjadi," tulis Ismail.

"Mereka (penipu) itu punya bot (program otomatis) yang memonitor semua percakapan yang mengandung kata, misalnya HaloBCA, BNI, dan sebagainya," kata Ismail saat dihubungi Kompas.com.

Di twit terpisah, Ismail melaporkan bahwa selama dua bulan terakhir, setidaknya ada 331 akun penipu yang mengatasnamakan diri sebagai Halo BCA. Akun-akun penipu ini menggunakan logo Bank BCA, beserta nama yang sama dengan akun asli Halo BCA.

Layanan pelanggan resmi Bank BCA di Twitter menggunakan nama Halo BCA dan logo resmi Bank BCA. Selain itu memiliki handle @HaloBCA lengkap dengan tanda ventang biru (verified account).

Sedangkan, 331 akun-akun palsu tersebut juga menggunakan logo dan nama yang sama dengan akun Halo BCA resmi.

Bedanya, username akun-akun tersebut disertai dengan embel-embel nomor acak, seperti @HaloBCA45886745, @HaloBCA94345256, @qHal0BCA, dan sebagainya.

Selain marak, Ismail mengungkapkan akun-akun penipu berkedok Halo BCA ini juga aktif megirimi pesan di Twitter.

Analisis Drone Emprit mencatat engagement akun palsu ini ada yang mencapai 105 engagement per akun. Sedangkan, akun resmi @HaloBCA memiliki 466 engagement.

Tak hanya akun Halo BCA, Ismail sebelumnya juga membeberkan araknya akun penipu yang mencatut nama akun layanan pelanggan Bank BNI dengan handle @BNICustomerCare.

Analisis Drone Emprit menemukan setidaknya ada 113 akun penipu mengatasnamakan layanan pelanggan BNI dalam satu minggu.

Sama seperti kasus Halo BCA, semua akun penipu yang berkedok sebagai layanan pelanggan Bank BNI juga menggunakan nama "BNICustomerCare" dan username dengan angka random di belakangnya.

Menurut Ismail, akun-akun penipu ini paling sering atau sekitar 66 persen membalas twit pengguna yang komplain ke akun resmi Bank BNI .

"Artinya, memang ada program bot dari para penipu ini yang otomatis mengawasi, mereply, dan mengarahkan pengguna ke nomor chat WA penipu," tulis Ismail.

Satu pengguna bisa diserbu delapan penipu

Saking maraknya akun penipu di Twitter, Ismail mengungkapkan satu pengguna yang menguggah twit atau mention berisi komplain dapat diserbu oleh enam hingga delapan akun penipu sekaligus.

"Saran saya, nomor satu jangan mengadu atau melaporkan punya masalah di media sosial apapun. Karena itu akan langsung disambar oleh penipu ," ungkap Ismail saat dihubungi KompasTekno, Senin (15/3/2021).

Kalau tetap ingin mengadukan masalah via media sosial, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menyampaikannya melalui direct message kapada akun resmi layanan pelanggan dari instansi atau perusahaan yang dimaksud.

Menurut Ismail, fitur direct message bisa dijadikan alternatif untuk menyampaikan kompalin atau masalah karena pesan DM ini tidak bisa diketahui oleh orang lain.

"Jangan sampai ketahuan orang kalo kita punya masalah. Itu kuncinya di situ. Orang punya masalah perbankan itu, kesempatan untuk para penipu. Mereka sudah menggunakan bot untuk otomatis mendeteksi," kata Ismail.

Namun jika sudah terlanjur menyampaikan komplain secara terbuka lewat mention dan twit, pelanggan perlu memastikan akun yang di-mention dan membalas twit komplain tersebut merupakan akun resmi.

Caranya, cek apakah akun sudah memiliki centang biru. Lalu lihat apakah akun memiliki embel-embel angka acak di username-nya. Jika terdapat deretan angka acak, kemungkinan besar ini adalah akun penipu.

"Ada centang biru, itu nomor satu. Itu kuncinya. Mau apapun tampaknya kalo nggak ada centang biru jangan percaya," lanjut Ismail.

Selanjutnya, pengguna juga perlu berhati-hati ketika ada akun yang mengarahkan pengguna untuk menjelaskan lebih lanjut soal masalah atau kendala yang dihadapinya melalui chat Whatsapp atau direct message di media sosial.

"Sudah lupakan saja itu. Mending langsung telpon ke nomor customer service saja," kata Ismail.

https://tekno.kompas.com/read/2021/03/15/14050037/melihat-maraknya-penipuan-berkedok-akun-resmi-di-medsos

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke