Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Naning Utoyo, Perempuan Indonesia Jagoan Teknologi UX di Singapura

"Sebenarnya alasan yang paling gede itu karena habis patah hati. Terus habis itu aku kayak harus keluar dari Indonesia, cari distraksi gitu. Alhamdulillah akhirnya beneran dapat (kerjaan)," cerita Naning disambung gelak tawa saat berbincang dengan KompasTekno di program AntarMuka.

Namun patah hati yang dialami Naning bukan soal romansa. Naning patah hati karena minatnya yang begitu besar untuk bekerja di bidang UX, berbanding terbalik dengan ketersediaan lowongan kerja di Indonesia sekitar 10 tahun lalu.

Saat itu menurut Naning, posisi desainer/programmer/researcher UX, atau bidang teknologi informasi lain, masih minim di Indonesia.

"Berbekal" patah hati karena peluang kerja di bidang UX masih kecil di negeri sendiri, Naning terbilang nekat untuk mencoba peruntungan di Singapura. Bolak-balik Jakarta-Singapura, ia lakoni demi mengikuti job fair dan mencari jejaring.

Tidak cuma itu, beberapa portal lowongan kerja juga ia sodori lamaran kerja, hingga akhirnya satu kesempatan tiba. Kurang lebih sepekan setelah sidang tugas akhir, Naning menanda-tangani kontrak magang di McCann, sebuah perusahaan agensi periklanan dan marketing di Singapura.

Tidak perlu menunggu upacara wisuda, alumni jurusan Sistem Informasi Universitas Indonesia ini langsung hijrah ke Negeri Singa, dan memulai karir sebagai UX and Performance Research selama enam bulan.

"Waktu itu juga karena mau belajar. Jadi waktu itu yang aku daftar lebih banyak yang internship (magang) dibanding full time (penuh waktu). Karena kalau internship akan jauh lebih gampang untuk mendapat kerja dibanding full time," tutur Naning.

Naning belum sepenuhnya "move on". Setelah menuntaskan magang selama enam bulan, Naning sempat pulang ke tanah air untuk mencari lagi peluang di bidang UX. Hasilnya nihil, situasi masih sama seperti terakhir ia tinggalkan.

Ia pun kembali ke Singapura dengan kontrak baru sebagai karyawan tetap di McCann, selama lebih dari tiga tahun. Sejak saat itu, karirnya di bidang UX semakin menanjak.

Dari McCann, masih di Singapura, Naning pindah ke TradeGecko selama dua tahun, lalu pindah ke SP Group selama lebih dari tiga tahun. Kini, Naning mencoba tantangan baru di ShopBack Singapore sebagai Research Lead.

Salah satu tantangan yang dihadapi Naning di pekerjaan barunya ini adalah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara formal.

Naning bercerita bahwa ia sampai harus menggunakan Google Translate atau bertanya ke teman-temannya yang lebih paham bahasa Indonesia, untuk memastikan susunan kalimat formalnya sudah baik dan benar saat mengirim e-mail.

Kendati demikian, Naning masih sangat lancar bercerita maupun bercengkerama dengan bahasa Indonesia non-formal.

Minat Naning yang begitu besar di bidang UX tidak hanya dinikmati untuk dirinya sendiri. Tidak berlebihan jika menyebutnya sebagai salah satu penggiat awal UX di Tanah Air.

Bersama teman-temannya, Naning mendirikan UXID, komunitas UX pertama di Indonesia. Akan tetapi, kesibukannya kini membuat Naning menyerahkan keberlangsungan UXID ke generasi penerus. Ia tidak lagi mengurus urusan manajerial UXID.

"Masih bantu-bantu. Misalnya cari speaker atau jadi speaker," kata perempuan yang juga menggemari dunia kuliner itu.

Hingga saat ini, Naning masih aktif mengisi acara berbagai komunitas UX di Indonesia maupun Singapura. Ia juga pernah menjadi dosen tamu di almaternya, Universitas Indonesia.

Percaya diri adalah kunci

Sepanjang perbincangan dengan KompasTekno, Naning sangat terlihat antusias dan hangat, meskipun tatap muka berlangsung secara virtual. Ia tidak memungkiri bahwa selain senang berbincang, ia juga tipikal orang yang percaya diri.

Hal itu pulalah yang menjadi salah satu modalnya untuk terjun di bidang UX, yang saat ini menjadi salah satu primadona industri TI. Tidak bisa dipungkiri, stereotype bahwa pekerjaan di dunia TI didominasi kaum adam tidak sepenuhnya salah.

Namun bukan berarti perempuan tidak memiliki peluang, asal punya kemampuan dan kemauan.

"Kamu harus pede (percaya diri) dengan kemampuan yang kamu miliki, dan untuk sesuatu yang benar-benar ingin kamu pelajari, kamu harus benar-benar menguasainya," pesan Naning kepada perempuan yang berminat terjun di dunia TI.

Naning mengatakan, tidak perduli apa gender yang dimiliki, kemauan belajar sehingga bisa menguasai adalah pegangan di dunia kerja. Setelah kemampuan matang terbentuk, kepercayaan diri akan muncul dengan sendirinya.

Naning juga memberi sedikit tips jika perempuan tertarik terjun ke dunia TI. Berdasarkan pengalamannya, tidak ada salahnya mengulik bidang yang "hipster" atau bidang baru yang belum banyak orang tahu.

Hal itu akan membuat peluang masuk ke dunia TI semakin besar dan tentu saja, peluang belajar dan berkembang juga semakin banyak.

https://tekno.kompas.com/read/2021/04/21/10420057/kisah-naning-utoyo-perempuan-indonesia-jagoan-teknologi-ux-di-singapura

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke