Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Facebook Messenger dan DM Instagram Tak Diamankan hingga 2022

Ini berbeda dari layanan instant messenger WhatsApp -juga milik Facebook- yang sudah lama menerapkan end-to-end encryption (E2EE)sejak lama.

Dalam sebuah posting di blog resminya, Facebook mengatakan E2EE merupakan proyek jangka panjang. Untuk tahun ini, Facebook mengatakan belum dapat menghadirkan E2EE secara default pada pada layanan Messenger dan DM Instagram.

"Kami belum akan menerapkan enkripsi sepenuhnya percakapan di Messenger dan DM Instagram, hingga paling cepat sekitar tahun 2022," tulis Facebook.

End-to-end encryption merupakan sebuah metode yang mengamankan pesan dengan cara mengacak teksnya menjadi serangkaian kode yang tak bisa diartikan.

Kode ini hanya bisa dikembalikan menjadi teks oleh perangkat pengirim dan penerima pesan, yang masing-masing memegang kunci enkripsi. Pihak lain yang mencegat pesan dalam perjalanan pun tidak bisa mengetahui apa isinya karena masih berupa kode.

End-to-end encryption mengamankan pesan dari intipan pihak manapun, termasuk penyedia layanan itu sendiri. Artinya, selagi belum menerapkan E2EE, maka pesan yang dikirim serta diterima lewat Facebook Messanger dan DM Instagram masih rawan diintip.

Sebenarnya, Facebook sudah meluncurkan fitur enkripsi untuk layanan Facebook Messenger pada 2016 silam. Sayangnya, enkripsi ini hanya melindungi pesan di fitur "secret conversation" (percakapan rahasia) Facebook Messenger.

Lain halnya dengan direct message Instagram. Tahun lalu, Facebook Inc selaku induk dari Instagram mengintegrasikan DM Instagram dengan layanan Messenger, tapi layanan perpesanan ini  masih belum dilindungi oleh enkripsi.

Sebagai gantinya, Facebook meluncurkan fitur "vanish mode" yang memungkinkan teks percakapan terhapus dengan sendirinya begitu pengguna keluar dari menu Direct Message, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari LiveMint, Selasa (4/5/2021).

Untuk melindungi seluruh percakapan yang ada di akun personal penggunanya, WhatsApp menggunakan Signal Protocol yang dikembangkan oleh Open Whisper System.

Protokol yang sama juga digunakan oleh pesaing WhatsApp, Signal, untuk melindungi percakapan di aplikasinya.

Cara kerjanya, ketika pertama kali pengguna membuka apikasi WhatsApp, ada dua kunci berbeda yang dihasilkan, yakni kunci publik dan privat. Proses enkripsi sendiri terjadi di dalam ponsel.

Kunci privat akan tetap dipegang pengguna, sementara kunci publik akan ditransfer ke penerima melalui server pusat WhatsApp. Kunci publik tersebut mengenkripsi atau melindungi pesan yang dikirim pengguna, bahkan sebelum pesan sampai ke server pusat.

Server pusat WhatsApp hanya akan menyimpan pesan yang telah dienkripsi. Pesan tersebut hanya bisa dibuka dengan kunci privat yang dipegang penerima.

Singkatnya, selama perjalanan, pesan yang terenkripsi akan tersandi dan sangat sulit diretas dan diintip pihak yang tak berhak, termasuk WhatsApp sendiri.

https://tekno.kompas.com/read/2021/05/04/18050027/facebook-messenger-dan-dm-instagram-tak-diamankan-hingga-2022

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke