Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Facebook Tumbang dan Betapa Bergantungnya Kita pada WhatsApp dan Instagram

Alhasil, netizen Indonesia ramai-ramai menyampaikan keluh kesahnya di Twitter. Bahkan pantauan KompasTekno pada Selasa pagi pukul 05.30, kata kunci WhatsApp, Instagram down, serta Facebook down menduduki puncak trending topic, baik di Indonesia maupun global.

Dari kata kunci itu, kebanyakan dari netizen mengeluhkan soal layanan WhatsApp yang tumbang. Sebagaimana diketahui, aplikasi pesan instan ini memang populer di Indonesia dan diandalkan untuk berkomunikasi serta bekerja.

KompasTekno mencoba melihat seberapa penting peran Facebook, WhatsApp, dan Instagram di dalam keseharian netizen Indonesia.

Melalui sebuah polling kecil, kami melontarkan pertanyaan "Dari tiga layanan Facebook Inc., kalian tidak bisa hidup tanpa aplikasi yang mana dan mengapa?".

WhatsApp jadi saluran komunikasi nomor satu

Dari polling tersebut didapatkan respons yang beragam. Mayoritas menjawab tak bisa hidup tanpa WhatsApp.

Alasannya, aplikasi ini sudah menjadi saluran komunikasi nomor satu bagi mereka, baik untuk terhubung dengan teman, keluarga, murid, hingga kolega kerja.

Selain komunikasi, di masa pandemi ini, WhatsApp juga memegang peranan penting untuk kegiatan kuliah online dan kerja dari rumah (work from home/ WFH).

Misalnya, seperti yang dialami salah satu responden, Challis Malika. Challis yang tengah menjalani program profesi dokter (co-ass), menggunakan WhatsApp sebagai media komunikasi utamanya.

Challis menceritakan, ia harus melaporkan kondisi pasien ke dokter konsulen dan melakukan konsultasi dengan dokter residen lainnya.

"WhatsApp jadi satu-satu media, karena dokter ini tidak bisa dihubungin lewat saluran lain. Beberapa (dokter) malah 'haram' dihubungin lewat SMS atau telepon," kata dia.

"Jadi jika tidak ada WhatsApp, bisa ketinggalan informasi. Tidak bisa menghubungi dokter-dokter senior, tidak bisa ujian. Ujung-ujungnya, jadi masalah," lanjut Challis.

Respons serupa dilontarkan oleh Marintih Prasetiyaningrum, salah satu responden yang berprofesi sebagai guru SMK dan bimbel. Ia mengungkapkan, WhatsApp jadi media pembelajaran jarak jauh (PJJ) utama selama pandemi Covid-19 ini.

"Sekarang pembelajaran masih online dan komunikasinya lewat WA (WhatsApp). Belajarnya lewat zoom misalnya, tapi, mengirim latihan soal tetap di WA grup. Selain latihan, review pembelajaran semua juga lewat WA," kata Marintih.

Jadi, kata Arin, ketika WhatsApp down, proses belajar mengajar juga ikut terganggu.

Sebagian responden mengaku menggunakan aplikasi perpesanan instan lainnya, seperti LINE dan Telegram. Namun, aplikasi perpesanan instan ini jarang digunakan.

Kalaupun digunakan, hanya sebatas untuk berkomunikasi dengan teman saja. Tidak seperti WhatsApp yang menjadi tempat untuk melakukan banyak hal sekaligus, mulai dari komunikasi, koordinasi pekerjaan, bahkan media PJJ.

Tak berlebihan bila mengatakan, saat layanan WhatsApp lumpuh, maka kemungkinan besar komunikasi, koordinasi pekerjaan, dan aktivitas pembelajaran juga akan ikut terganggu bahkan bisa ikut terhenti.

Menurut salah seorang responden, Lia Hutasoit, WhatsApp dan Instagram punya peranan pentingnya masing-masing. Terutama bagi dirinya yang bekerja sebagai pekerja media yang berbasis di Jakarta.

"WA kebanyakan dipakai untuk kerjaan, di situ juga banyak grup reporter. (Kalau tidak ada WA), jadi takut ketinggalan informasi," kata Lia.

Ia menambahkan, sementara Instagram sendiri biasanya digunakan untuk mencari update berita karena memang banyak berita terbaru dari platform ini.

Sedangkan menurut responden Winda Dwi Andari dan Santi Fajriani, WhatsApp dan Instagram adalah satu paket yang tak terpisahkan.

"WA dan IG satu paket, karena kerjaan dan hiburan harus balance (seimbang)," kata Santi.

Di satu sisi, WhatsApp berfungsi sebagai media komunikasi dan koordinasi soal pekerjaan. Di sisi lain, Instagram hadir sebagai pelipur lara kala suntuk bekerja.

"Kalau tidak ada WA, kerjaan kacau. Kalau tidak ada Instagram, mental yang kacau," kata Winda

Ia mengatakan, Instagram sendiri mengambil porsi yang besar dalam pekerjaannya sebagai digital creator.

Setiap harinya di Instagram, ia perlu mengunggah konten promosi yang sudah disepakati dalam kerja sama dengan suatu brand. Konten promosi ini biasanya di-upload ke Instagram Stories, feed, hingga Reels sesuai hari dan jam yang disepakati.

"Nah, kalau down, itu akan menyulitkan karena aku jadi nggak bisa upload konten yang harusnya di-upload. Ini juga merugikan brand yang kerja sama dengan aku, karena materi promosinya belum bisa ke-upload," kata Celine.

Selain konten promosi, Celine juga mengaku menggunakan Instagram untuk mengembangkan bisnis online miliknya.

"Memang saya memaksimalkan Instagram untuk melakukan banyak kegiatan jual-beli jasa atau barang. Jadi Kalau Instagram down, akan menyulitkan dan mengganggu," kata Celine.

Meski demikian, Celine mengaku tak mengalami kerugian material saat layanan Instagram tumbang. Hanya saja, ia menjadi repot karena harus mengatur ulang jadwal unggah materi promosi yang tertunda.

Responden lain yakni Regina Tjhindana, mengaku sedih dan merasa kehilangan bila layanan Instagram down. Sebab bagi dia, bermain Instagram adalah rutinitas wajib di saat waktu luang.

Ia mengaku rajin mengekspresikan dirinya di Instagram, seperti membagikan kegiatannya saat di kantor, bermain dengan anjing kesayangannya, dan hal-hal lainnya. Di samping itu, Instagram juga digunakan untuk mencari hiburan sesuai dengan kegemarannya.

"Jadi kalo nggak ada Instagram, sedih, karena jadi nggak punya kegiatan saat waktu luang," kata Regina.

Bersyukur down di waktu jam tidur

Kebanyak netizen mengaku bersyukur, gangguan layanan milik Facebook ini terjadi saat jam malam alias menjelang waktu tidur, bukan saat jam produktif atau jam kerja.

"Karena down-nya di jam-jam tidur, jadinya santai aja. Malah bisa tidur cepat jadinya," kata Bunga Shafira. Tapi lain cerita bila, gangguannya terjadi saat jam kerja.

Menurut Bunga, kalau layanan Facebook, khususnya Whatsapp, tumbang, bisa mengganggu jadwal meeting atau koordinasi dengan tim atau kliennya.

Senada dengan Bunga, Abigail Camellia yang aktif sebagai social media marketing di sebuah media, juga mengaku tidak bisa bekerja bila Facebook, WhatsApp, dan Instagram down saat jam kerja.

"Saya kan kerja di bagian sosmed, kalau layanan Facebook down-nya saat jam kerja, keganggu semua. Jadi nggak bisa kerja," kata Abigail.

Itu dia peran penting layanan Facebook Inc., dalam kehidupan sebagian netizen Indonesia yang berhasil KompasTekno rangkum. Kalau kalian sendiri, apa saja peran penting layanan dari Facebook Inc. dalam keseharian Anda?

https://tekno.kompas.com/read/2021/10/08/10360037/ketika-facebook-tumbang-dan-betapa-bergantungnya-kita-pada-whatsapp-dan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke