Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sarung Tangan Canggih Mark Zuckerberg Bisa "Sentuh" Objek Virtual

Terbukti, saat ini Meta sedang mengembangkan sebuah sarung tangan canggih dengan teknologi haptic.

Haptic sendiri adalah teknologi yang mengaplikasikan sensasi sentuhan ke dalam interaksi manusia dengan komputer. Dengan haptic, sarung tangan canggih ini memungkinkan penggunanya seakan benar-benar menyentuh obyek virtual.

CEO Meta, Mark Zuckerberg, memamerkan purwarupa (prototype) sarung tangan canggih tersebut lewat akun Instagram pribadinya.

"Tim Reality Lab Meta sedang mengembangkan sarung tangan haptic untuk membuat sensasi realistis terhadap sentuhan di metaverse. Suatu saat, Anda akan bisa merasakan tekstur dan tekanan ketika menyentuh obyek virtual," tulis Zuckerberg.

Purwarupa sarung tangan haptic ini memiliki sekitar 15 bantalan plastik yang bergerigi dan bisa ditiup, atau dikenal dengan istilah aktuator.

Bantalan itu diatur sedemikian rupa agar pas di sepanjang telapak tangan, bagian bawah jari, dan ujung jari.

Sarung tangan ini juga akan berguna sebagai pengontrol virtual reality (VR). Di bagian punggung tangan terdapat sebuah tanda berwarna putih yang memungkinkan kamera melacak gerakan jemari.

Kemudian, ada pula sensor internal yang menangkap gerakan jemari penggunanya ketika menekuk.

Ketika seseorang menggunakan sarung tangan canggih ini dalam VR dan AR (augmented reality), sistem akan mengatur level tekanan, lalu akan membuat tekanan yang berbeda di setiap bagian tangan.

Jika pengguna menyentuh obyek virtual dengan ujung jari, akan muncul sensasi seakan obyek tersebut menyentuh permukaan kulit.

Apabila tangan pengguna mencengkeram sebuah obyek virtual, aktuator di jari akan menjadi kaku dan menciptakan sensasi memegang sesuatu.

Sensasi ini nantinya disebut akan didukung oleh elemen audio dan visual untuk menghasilkan ilusi sentuhan fisik yang mendekati nyata.

Sebelum mengembangkan sarung tangan, Meta sempat mengembangkan purwarupa sarung jari dengan aktuator tunggal di tahun 2015.

Sarung jari canggih itu pernah dicoba oleh kepala Reality Labs, Michael Abrash, yang saat itu mencoba "menyentuh" obyek berupa piring virtual dari dalam headset VR. Sensasi sentuhan dikombinasikan dengan suara gosokan keramik kasar sehingga menciptakan kesan mendekati nyata.

"Saya melihat piring dan melihat jari saya di piring, lalu saya mendengar suara, semacam suara gesekan di atasnya, dan saya merasakan getarannya," cerita Abrash mendeskripsikan sensasi yang dirasakannya ketika menjajal purwarupa tersebut.

Bukan hal baru

Meskipun demikian, teknologi yang menyimulasikan sensasi sentuhan bukanlah hal baru.

Bahkan, mengombinasikan simulasi sentuhan dengan sesuatu, seperti vibrator yang membuat orang merasa seakan dia benar-benar menyentuh sesuatu, sudah banyak dikembangkan.

Beberapa di antaranya bahkan menambahkan elemen lain, seperti temperatur, di mana Meta bahkan belum memprioritaskan penambahan elemen tersebut.

Namun, yang menjadi menarik adalah Meta berencana memproduksi sarung tangan haptic secara massal dan mengomersialkannya.

Hal itu mungkin tidak mudah dilakukan perusahaan lain yang punya teknologi sama. Sebab, kebanyakan produk spesialis teknologi haptic ditargetkan untuk militer, industrial, dan institusi akademik.

Belum lagi, Meta memiliki Oculus VR yang cukup banyak diminati. Sehingga, jika sarung tangan canggih itu benar-benar terwujud dan dijual ke publik, akan melengkapi produk Oculus VR dan Meta bisa mendorong pengembangan aplikasi untuk menggunakannya.

Reality Lab Meta punya angan-angan, sarung tangan haptic buatan mereka akan menjadi salah satu metode pengendali untuk kacamata dan headset di masa depan, bersamaan dengan pengembangan solusi elektromiografi (EMG) yang lebih ringan.

EMG adalah sistem yang membaca sinyal saraf di lengan manusia dan menerjemahkannya menjadi input digital. Ambisi ini dibuktikan dengan akuisisi perusahaan gelang EMG, CTRL-Labs di tahun 2019.

Masih banyak tantangan

Beberapa hal masih menjadi pekerjaan rumah bagi tim Lab Reality Meta. Salah satunya adalah tim ingin meningkatkan kepadatan aktuator dari puluhan ke ratusan atau bahkan ribuan aktuator dalam beberapa tahun mendatang.

Kepadatan aktuator akan berpengaruh pada pengalaman sensasi sentuhan. Saat ini, sarung tangan canggih ini bisa memberikan sensasi kontur obyek, tapi belum mampu membedakan permukaan dengan baik. Sensasi itu masih didorong oleh sugesti audio dan visual.

Sebagai gambaran, pengguna mungkin bisa membelai seekor hewan virtual, tapi tidak bisa merasakan tekstur bulunya dengan baik.

"Anda butuh aktuasi kepadatan yang tinggi untuk bisa mendapatkan sensasinya dan sarung tangan ini belum bisa melakukannya," jelas teknisi Realoty Labs, Katherine Healy.

Persoalan lain adalah ukuran. Healy mengatakan, sarung tangan haptic ini harus cukup ringan ketika dipakai sehingga pengguna bisa merasa "normal" ketika berinteraksi dengan obyek virtual.

Ia juga menginginkan agar sarung tangan ini bisa lebih mudah dibawa alias nirkabel, tidak seperti saat ini yang masih harus ditopang oleh sebuah penambat. Selain itu, sarung tangan ini juga harus pas dengan kulit penggunanya.

Sejauh ini, sarung tangan dibersihkan dengan usapan alkohol. Namun, Healy menyebut timnya ingin agar sarung tangan itu mudah dicuci.

"Kami akan senang jika bisa membuat sarung tangan yang bisa dicuci. Bagaimana caranya? Entahlah, kami belum tahu. Tapi, hal itu adalah bagian dari visi kami," jelas Healy.

https://tekno.kompas.com/read/2021/11/17/12050087/sarung-tangan-canggih-mark-zuckerberg-bisa-sentuh-objek-virtual

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke