Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jaringan Internet Bakti Dinanti UMKM di Wilayah 3T

Oleh Moch. S. Hendrowijono

Jack Ma, pendiri Alibaba, sebelum di-lock down pemerintah Tiongkok, tiga kali mengunjungi Jakarta dan berjumpa langsung dengan Presiden Jokowi.

Setiap kali ia datang dan ditanya apa resepnya bagi Indonesia agar ekonominya berkembang, jawabnya selalu: UMKM (usaha mikro kecil dan menengah), UMKM dan UMKM.

UMKM dalam pandangan Jack Ma, gerakan ekonomi dahsyat yang penting dalam perekonomian nasional, bukan pabrik bermodal miliaran dollar AS, bukan telekomunikasi, bukan perbankan.

Di Indonesia kontribusi UMKM yang jumlah terakhir menurut data ada 64 juta, sumbangannya terhadap PDB mencapai 61 persen, menembus Rp 8.573 triliun.

Menurut Presdir dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, lebih dari separuh UMKM di Indonesia dimiliki dan dikelola perempuan, yang berdampak besar pada perekonomian dan masyarakat luas.

Lewat program Sisternet, XL Axiata sudah melakukan pelatihan untuk puluhan ribu UMKM, kebanyakan yang dikelola perempuan.

Pelatihan UMKM juga dilakukan Bakti (Badan Aksesbilitas Telekomunikasi Indonesia), sebuah badan layanan umum (BLU) di bawah Kementerian Kominfo, bekerja sama dengan IdEA untuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

IdEA, asosiasi e-commerce Indonesia, menopang upaya Bakti menggairahkan sebagian masyarakat yang melihat UMKM masih sebagai “mahluk asing”.

Namun setiap wilayah 3T punya karakteristik dan tantangan sendiri. Bersama Bakti, IdEA merancang 60 topik kurikulum berlainan untuk tiap wilayah, seluruh pengajarnya dari IdEA. Masalah utama, belum semua kawasan 3T dijangkau fasilitas internet selain masalah transpor logistik dan cara pembayaran.

Moh. Rosihan dari IdEA mengatakan, yang penting bagi UMKM di kawasan 3T melayani konsumen lokal dulu, tidak usah berambisi merambah luar daerah mereka, karena akan terhadang kendala-kendala tadi.

Biaya logistik mahal

Seperti yang dilakukan Miji dari Rotendao, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur yang berhasil mengembangkan UMKM, setelah diberi pelatihan soal e-commerce oleh Bakti dan fokus pada penjualan ikan asapnya ke desa dan kecamatan sekitar.

Sebenarnya ia ingin meluaskan pemasarannya mengikuti permintaan masyarakat lewat medsos, namun ada kendala biaya angkut yang lebih mahal dari harga ikan olahannya.

Sekitar 26,5 juta dari 272 juta penduduk Indonesia belum terjangkau fasilitas telekomunikasi 4G, tersebar di semua kawasan 3T.

Sadar pentingnya sarana digital, rencana pembangunan pemerintah yang dirancang selesai dalam 10 tahun akan tuntas pada 2024 lewat jaringan teresterial, Palapa Ring dan satelit Satria1 yang akan diluncurkan pada 2023.

Bakti membangun dengan skema USO (universal service obligation – kewajiban pelayanan universal) untuk kawasan 3T dengan dukungan dana dari semua operator seluler yang menyetorkan 1,25 persen dari pendapatan kotor mereka.

Program percepatan transformasi digital yang didengungkan Presiden Jokowi membuat Bakti juga mendapat kucuran ABPN sehingga dana kelolaannya mencapai lebih dari Rp 16 triliun, dan akan terus bertambah.

Rencana strategis Kominfo 2020—2024 terkait Ekonomi Digital, BUMDes dan UMKM menjadi salah satu solusi meningkatkan pendapatan masyarakat dan ketahanan pangan di wilayah pedesaan.

Diharapkan perdagangan elektronik atau e-commerce yang menjadi platform ekonomi digital dapat dimanfaatkan BUMDes dan UMKM.

Menurut Danny Januar Ismawan, Direktur Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah Bakti Kominfo, jumlah pembangunan titik layanan intenet akan berkembang dari 7.904 pada 2020 jadi 109.904 titik pada 2024.

Nilai transaksi sebelum dan ketika terjadi pandemi Covid-19 pun meningkat 29,6 persen, “Tahun 2019 sebesar Rp 205,5 triliun, menjadi Rp 266,3 triliun pada 2020,” katanya.

Gudang Smesco

Manfaat akses internet untuk UMKM dibuktikan gadis asal NTT, Meybi Agnesya yang sudah punya langganan para turis sejak jauh sebelum pandemi.

Ia mengubah tanaman Kelor (Moringa oleoifera), khususnya bagian daun, menjadi produk yang dapat dikonsumsi menjadi teh, cokelat, serbuk dan lain-lain.

Covid-19 merontokkan industri pariwisata, tidak ada turis datang dan produk Meybi yang namanya Timor Moringa tak terjual. Meybi tidak menyerah, ia mengubah pasar dari konvensional ke digital.

Beruntung, jaringan telekomunikasi Bakti masuk NTT dan kini jualan Meybi sudah menasional, bahkan mendunia. Kendala masih tetap ada, biaya pengiriman produk berharga Rp 27.500, ongkos kirimnya Rp 32.500.

Dibantu IdEA, dibangun satu gudang yang difasilitasi Smesco seluas 1x1 meter dan sewa Rp 90.000 per bulan, yang bisa dimanfaatkan UMKM daerah yang ingin membuka pasar di Jakarta.

Pemilik UMKM menitipkan barangnya lalu jika ada transaksi, ada yang mengemas dan mengirimkan barang ke alamat pembeli, semuanya terpantau lewat aplikasi, biayanya lebih murah.

Tidak sebatas berperan menghadirkan infrastruktur fisik berupa akses internet, Bakti juga merancang strategi pemanfaatan jaringan dengan membangun ekosistem. Strategi solusi ekosistem digital yang dibangun fokus pada tiga pilar utama, digital citizen, digital economy, dan digital government.

Dalam rencana strategis Kominfo 2020—2024 terkait Ekonomi Digital, BUMDes dan UMKM jadi solusi meningkatkan pendapatan masyarakat dan ketahanan pangan di wilayah pedesaan. Dengan percepatan penyediaan jaringan diharapkan e-commerce yang menjadi platform ekonomi digital dapat dimanfaatkan BUMDes maupun UMKM. ***

https://tekno.kompas.com/read/2021/11/24/11030087/jaringan-internet-bakti-dinanti-umkm-di-wilayah-3t

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke