Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjalanan Jack Dorsey, Twit Pertama hingga Pamit Tinggalkan Twitter

Jack mengumumkan sendiri kabar tersebut dalam sebuah twit yang diunggah lewat akun pribadinya dengan handle @jack.

"Tidak yakin apakah orang-orang sudah tahu, tapi saya mundur dari Twitter," twit Jack yang ikut melampirkan sebuah tangkapan layar e-mail berisi alasan pengunduran dirinya dari Twitter.

Dorsey beralasan bahwa Twitter, sudah mantap berdiri tanpa harus ditanganinya lagi. Dorsey sendiri sudah 16 tahun berkiprah di Twitter dengan berbagai posisi, mulai dari co-founder, CEO, kursi eksekutif, interim CEO, hingga menjadi CEO lagi untuk yang kedua kali.

Mulai dari pergantian pemimpin yang begitu cepat, sempat ditinggal pengguna, hingga berselisih dengan para politisi dunia.

Lantas, bagaimana perjalanan Dorsey ikut membantu mendirikan, mengembangkan, hingga mengomandoi Twitter selama ini?

Twitter lahir gara-gara Apple

Pria bernama lengkap Jack Patrick Dorsey ini lahir 19 November 1976 di St. Louis, negara bagian Missouri, Amerika Serikat. Ilmu pemograman didapatkannya secara otodidak.

Dorsey belia menggunakan komputer lawas Macintosh yang dibelikan ayahnya. Tahun 1999, Dorsey harus di-drop out (DO) dari kampusnya, New York Univesity. Ia lalu pindah ke California, dan di sinilah cikal bakal Twitter tumbuh.

Cerita bermula saat Dorsey direkrut sebagai programer di Odeo, sebuah startup yang fokus di bidang podcasting. Odeo didirikan oleh Evan Williams, Biz Stone, dan Noah Glass.

Evan Williams bukan nama asing di dunia teknologi dan internet waktu itu. Ia adalah pendiri Blogger, platform blog yang kemudian dijual ke Google. Setelah menjual Blogger ke Google, Williams mendirikan Odeo. Namun Odeo harus tutup lantaran Apple juga mengumumkan platform podcast untuk iPod di tahun 2005.

Pasar Odeo pun lambat laun terkikis oleh Apple. Williams dkk kemudian memutar otak untuk mencari ide segar. Mereka kemudian berburu ide dari karyawan internal Odeo.

Singkat cerita, ide Dorsey menarik perhatian Williams, Glas, dan Stone. Ide itu sebetulnya sudah dikembangkan Dorsey lewat perusahaannya yang didirikan tahun 2000.

Perusahaan itu menawarkan software yang mempermudah proses pemesanan taksi dan pengiriman kendaraan ke pemesan. Konsep inilah yang kemudian dikembangkan menjadi Twitter, yakni menggabungkan jangkauan yang luas dan pengatur armada kendaraan dengan layanan SMS.

Twit pertama di dunia

Mulanya, Twitter diberi nama "Obvious", lalu berubah menjadi Twitter. Noah Glass adalah sosok yang mencetuskan nama itu.

"Akhirnya kami memilih kata 'Twitter'. Maknanya adalah 'serentetan informasi yang tidak penting' dan 'kicauan burung'. Memang seperti itulah produknya," ujar Dorsey dalam sebuah artikel yang dimuat Los Angeles Times tahun 2009 lalu.

Tanggal 21 Maret 2006, twit pertama di dunia diunggah. Twit itu diunggah Dorsey dengan tulisan "just setiing up my twttr" atau dalam bahasa Indonesia diartikan "baru menyiapkan 'twttr' saya".

Sejak saat itu, popularitas Twitter melesat. Tidak cuma peningkatan pengguna, Dorsey juga sukses mebawa Twitter meraih dua kali putaran investasi dari sejumlah pemodal ventura.

Namun, posisi Dorsey sebagai CEO harus digantikan Williams pada Oktober 2008.
Dorsey lalu diangkat menjadi pimpinan eksekutif. Williams hanya bertahan dua tahun sebagai CEO hingga akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.

Setelah Williams, jabatan CEO diemban oleh Dick Costolo, sosok yang dikenal dekat dengan Dorsey.

Namun, kinerja Twitter meredup di tangan Costolo, hingga akhirnya ia mengundurkan diri di tahun 2015. Setelah Costolo, kursi CEO kembali diduduki oleh Dorsey hingga penghujung pada November 2021 ini.

Evolusi jumlah karakter, dari 140 hingga 280

Saat kali pertama diluncurkan, Twitter membatasi 140 karakter per kicauan. Alasannya tak lain karena saat itu Twitter memang dirancang untuk mengirim pesan berbasis SMS yang memiliki karakter terbatas, yakni 160 karakter.

Mulanya, Twitter tidak menerapkan batasan karakter untuk satu kicauan. Tetapi ketika dicoba mengirim twit dengan lebih dari 160 karakter, SMS akan terkirim dua kali sehingga dapat menghabiskan pulsa lebih banyak.

Akhirnya, dipilihlah batas maskimal 140 karakter dan 20 karakter sisanya digunakan untuk nama akun. Seiring perkembangan teknologi dan perilaku pengguna, Twitter melipatgandakan batasan jumlah karakter menjadi 280.

Pernah terpuruk, hingga bangkit lagi

Perjalanan Dorsey mengembangkan Twitter selama belasan tahun tentu tidak selalu mulus. Dorsey memang pernah berjasa meningkatkan popularitas Twitter sejak didirikan.

Namun pada akhir 2013, jumlah pengguna Twitter mulai melamban. Salah satu faktornya adalah persaiangan media sosial lain yang tumbuh pesat, seperti Instagram (yang saat itu sudah diakuisisi Facebook), Snapchat, Facebook, dan sebagainya.

Saat itu jumlah pegguna Twitter memang tumbuh 3,8 persen. Akan tetapi, angka tersebut adalah pertumbuhan terendah sejak Twitter berdiri.

Perlambatan berlanjut hingga 2014. Saham Twitter merosot tajam sekitar 24 persen pada perdagangan di bursa saham Amerika Serikat (AS).

Lambat laun, Twitter mulai bangkit. Terlihat dari kuartal-I 2020, pengguna aktif hariannya melonjak dari 134 juta di kuartal I-2019, menjadi 166 juta. Lonjakannya sekitar 24 persen.

Pada kuartal II-2020, angkanya meningkat lagi menjadi 186 juta, melebihi proyeksi analis yang memprediksi pertumbuhan sebesar 176 juta pengguna. Pada kuartal III-2021, Twitter mengumumkan jumlah pengguna aktif harianya mencapai 211 juta, naik 13 persen dari tahun ke tahun, seperti dirangkum dari Sosial Media Today.

Perkembangan fitur Twitter

Dalam beberapa tahun terakhir, Twitter mengembangkan cukup banyak fitur. Salah satunya adalah Fleet yang dituding menyontek konsep Instagram Stories dan Snapchat. Namun, Fleet agaknya tidak mendapat respons positif hingga akhrnya ditarik pada pertengahan tahun 2021 lalu.

Twitter juga memperkenalkan Spaces yang disebut meniru konsep Clubhouse, media sosial berbasis audio. Belakangan, Twitter juga fokus mengembangkan fitur untuk menarik para konten kreator agar bisa melakukan monetisasi.

Seperti fitur Ticketed Spaces untuk memonetisasi Spaces dan Super Follows di mana kreator bisa memasang layanan berlangganan untuk "menjual" kontennya. Selain itu, Twitter juga getol merilis fitur untuk menyaring berita atau konten yang terindikasi hoaks.

Berselisih dengan pemimpin dunia

Seperti media sosial lainnya, Twitter juga tidak terhindar dari polemik politik. Salah satu yang masih segar adalah ketika Twitter memblokir akun mantan Presiden Donald Trump karena dinilai mengglorifikasi kekerasan pada masa pemilu AS awal tahun 2021 lalu.

Tidak terima dengan perlakuan Twitter dan media sosial lain, pihak Trump sampai menggugat perusahaan-perusahaan media sosial yang memblokirnya, termasuk Twitter dan Facebook.

Twitter sempat berselisih dengan pemerintah India lantaran menandai salah satu kicauan dari juru bicara partai penguasa di sana sebagai "manipulated media". Akibatnya, kantor Twitter di India sampai disatroni kepolisian wilayah Delhi.

https://tekno.kompas.com/read/2021/12/01/09100077/perjalanan-jack-dorsey-twit-pertama-hingga-pamit-tinggalkan-twitter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke