Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukti Project Starline Milik Google yang Konon Lebih Canggih dari Zoom

KOMPAS.com - Pandemi membuat sebagian besar masyarakat dunia harus bertatap muka secara online. Beberapa aplikasi video konferensi pun dimanfaatkan, seperti Google Meet, Microsoft Teams, atau Zoom.

Akan tetapi, pengalaman tatap muka yang diberikan aplikasi-aplikasi itu hampir setara. Untuk itu, Google mengembangkan proyek baru yang konon bakal memberikan pengalaman tatap muka online lebih nyata dengan mengusung konsep video call 3D.

Proyek itu diberi nama Project Starline yang diperkenalkan pada acara Google I/O 2021 bulan Mei lalu. Konon, Project Starline bakal memberikan pengalaman video call yang lebih mengesankan dibanding Zoom dkk.

Saat Google mengumumkan Project Starline, tidak ada yang menyangka bahwa teknologi yang diusung begitu rumit.

Dimulai dengan desain booth atau biliknya yang mirip dengan tempat duduk di restoran, memungkinkan pengguna dapat duduk dengan nyaman saat mereka berkomunikasi dengan lawan bicaranya dari jarak jauh.

Google mengutamakan kenyamanan pengguna, sehingga desain itu dibuat agar pengguna lebih nyaman dalam berkomunikasi, layaknya berhadapan dengan lawan bicara secara langsung.

Pengguna pun dapat berkomunikasi secara lebih jelas dan baik, tanpa menggunakan alat bantu apapun seperti headset VR atau kacamata 3D. Google berusaha untuk memberikan kenyamanan pada pengguna untuk dapat melihat dan mendengar lawan bicara dari jarak jauh serealistis mungkin.

Bahkan, Google dapat memastikan pengguna memiliki kebebasan dalam bergerak, kemampuan melihat lawan bicara dari berbagai sudut, hingga fitur audio yang dapat ditampilkan lebih realistis sehingga pengguna serasa berbicara langsung dengan lawan bicara.

Untuk mencapai hal tersebut Project Starline merekam dan melacak seseorang dengan satu set tiga kamera "pod". Masing-masing "pod" berisi empat kamera monokrom dengan ukuran 1280x1024 dan berjalan di 120Hz. 

Kamera itu dilengkapi dengan filter untuk mencegah cahaya inframerah-dekat (near-infrared), sehingga tampilan yang terekam pun lebih baik. Ketiga "pod" itu masing-masing diletakkan di atas layar di sisi kiri dan kanan serta satu lagi di tengah bawah layar, seperti ilustrasi di bawah ini.

Pada bagian pod bawah berisi kamera RGB yang berfungsi menangkap warna yang diperlukan untuk meniru wujud individu tersebut secara sempurna, seperti dirangkum KompasTekno dari Android Central, Jumat (3/12/2021).

Project Starline memiliki empat mikrofon cardioid yang dapat ditemukan pada seluruh pod tersebut. Mikrofon cardioid biasanya digunakan untuk menangkap suara dari arah depan dan sedikit area samping.

Mikrofon itu berfungsi untuk membantu sistem meniru suara individu, sehingga dapat menciptakan kembali suara lawan bicara yang lebih realistis dan tak berubah.

Dalam perekaman tersebut, informasi visual dan audio yang ditangkap kamera akan di-render pada PC Lenovo P920 dengan empat GPU yaitu dua GPU NVIDIA Quadro RTX 6000 dan dua GPU NVIDIA GeForce Titan RTX. Selanjutnya informasi tersebut akan dikirim melalui internet melalui WebRTC.

WebRTC sendiri merupakan teknologi transformatif yang memungkinkan pengguna berkomunikasi secara real time melalui browser. Selanjutnya, gambar komposit dihasilkan dari semua gambar pod yang telah digabungkan menjadi satu bagian besar.

Berbeda dengan aplikasi video call lain seperti Zoom, Skype, atau FaceTime yang menampilkan video 2D, Project Starline memberikan sensasi video 3D dengan kualitas tinggi. Sehingga, pengguna seolah-olah berbicara dan duduk secara langsung di depan lawan bicara.

Hal tersebut dimungkinkan berkat layar yang dibuat khusus dengan bentang 65 inci dan resolusi 8K, serta dilengkapi lensa stereoskop. Tampilan layarnya mirip Nintendo 3DS yang menggunakan penghalang paralaks, atau alat yang diletakan di hadapan sumber gambar.

Namun, penghalang paralaks tersebut tidak seperti yang dimiliki Nintendo 3DS yang memiliki “Sweet Spot” untuk gambar 3D yang dibuat. Lensa di Project Starline berguna untuk menciptakan ilusi yang lebih nyata dan alami.

Google mengungkapkan bahwa VR dapat menciptakan pengalaman serupa, namun headset VR tidak memiliki bidang yang cukup luas untuk mereplika wajah pengguna secara lebih jelas dan alami saat digunakan.

Sebab, ada latensi dan masalah umum lain yang masih mempengaruhi Starline, yaitu jaringan internet. Namun, sepertinya hal tersebut masih lebih baik daripada video 2D yang biasa digunakan saat ini.

Project Starline sendiri sudah digunakan oleh Google untuk berbagai kepentingan termasuk beberapa pertemuan. Kedepannya, Starline diharapkan dapat digunakan untuk seluruh pengguna khususnya pada area kantor atau komersial lainnya.

Betapa rumit dan canggihnya teknologi yang diimplementasikan Project Starline, membuat aplikasi video call satu ini lebih unggul dibanding aplikasi video call 2D yang ada saat ini seperti Zoom, Skype, ataupun Facetime.

https://tekno.kompas.com/read/2021/12/04/10010057/bukti-project-starline-milik-google-yang-konon-lebih-canggih-dari-zoom

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke