Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Theranos, Cerita Penipuan Miliarder Wanita Muda Elizabeth Holmes

Secara garis besar, tuntutan tersebut dilayangkan ke Holmes sebagai buntut dari tindakan penipuannya kepada investor, terkait startup teknologi kesehatan Theranos yang digarap Holmes sejak 19 tahun lalu.

Putusan bersalah ini tentu menjadi sandungan bagi ide masa muda Holmes di industri teknologi. Namun, sebenarnya siapakah sosok Elizabeth Holmes ini? bagaimana perjalanannya hingga ia diputus bersalah?

Awal mula ide Theranos

Elizabeth Holmes lahir pada 3 Februari 1984, ia mengeyam pendidikan tinggi di Stanford University, Amerika Serikat (AS), dengan jurusan teknik kimia.

Saat masih kuliah di tahun 2002, ia memiliki ide untuk menciptakan alat tes yang bisa mendeteksi segala penyakit, hanya dengan setetes darah. Ide ini disampaikan pada profesornya di Standford University, Phyllis Gardner.

Namun, Gardner menyebut bahwa ide Holmes itu mustahil diwujudkan. Pendapat Gardner tampaknya tidak diindahkan oleh Holmes. Kemudian pada 2003, Holmes tidak melanjutkan kuliahnya di Standford University.

Bebarengan dengan itu, Holmes mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bidang teknologi kesehatan, yang diberi nama Theranos dan berlokasi di Palo Alto, California. Dengan Theranos, Holmes menggarap ide yang ia cetuskan saat kuliah.

Theranos merupakan perusahaan yang menciptakan alat pendeteksi segala penyakit, hanya dengan setetes darah. Untuk mewujudkan ide ini, Holmes menggandeng Ian Gibbons, ahli kimia asal Inggris yang jadi kepala lab Theranos.

Miliarder termuda

Saat mendirikan Theranos pada 2003, Holmes masih berusia 19 tahun, dan berani mengaku telah memiliki paten alat yang diklaim dapat mendeteksi berbagai jenis penyakit dengan setetes darah.

Klaim itu sontak menjadi harapan baru bagi dunia kesehatan, karena alat yang digaungkan Theranos, membuat tes darah bisa berjalan dengan biaya yang murah dalam waktu yang singkat.

Banyak pemodal ventura dari kalangan konglomerat Amerika Serikat yang menanamkan investasi pada Theranos kala itu, sebut saja seperti mantan Menteri luar Negeri AS, Henry Kisinger dan pendiri perusahaan teknologi Oracle, Larry Ellison.

Dibantu oleh Larry Ellison dan Don Lucas, seorang pemodal ventura di Sillicon Valley, Holmes berhasil mengumpulkan banyak modal. Puncaknya di tahun 2014, Theranos berhasil memiliki total nilai aset sebesar 9 miliar dollar AS (Rp 128 triliun).

Dengan capaian tersebut, Theranos menyandang status sebagai perusahaan Unicorn yang  disejajarkan dengan perusahaan teknologi yang tumbuh besar di Silicon Valley, seperti Google, Apple, NetFlix, dan sebagainya.

Tidak hanya Theranos yang mendapat nama, melainkan juga Holmes selaku pendiri dan CEO-nya. Holmes mendapat predikat sebagai perempuan miliarder termuda di dunia oleh majalah Forbes pada 2014, di mana usianya saat itu menginjak 30 tahun.

Holmes kala itu juga berhasil mencatatkan kekayaan pribadi bersih sekitar 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 64 triliun jika menggunakan kurs saat ini). Selain itu, Holmes juga mendapat predikat "The next Steve Jobs" dari majalah bisnis, Inc.

Dengan cara berpakaian seperti Steve Jobs yang mengenakan baju model turtle neck, popularitas Holmes kala itu memang di atas angin.

Namun, popularitas Holmes berangsur anjlok pada 2015, akibat laporan investigasi dari The Wall Street Journal.

Kedok penipuan terungkap

Adalah John Carreyrou yang membuat laporan investigasi atas penipuan yang dilakukan Holmes melalui Theranos. Temuan Carreyrou seakan menggugat klaim alat Theranos yang mampu mendeteksi 240 jenis penyakit dengan setetes darah.

Alat pendeteksi darah Theranos menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil dari sebagian besar alat yang sudah beredar umum. Selain itu, klaim soal paten alat pendeteksi darah oleh yang dibuat Holmes juga terbantahkan. 

Alat yang digunakan untuk sebagian besar tes darah Theranos ternyata bukan hasil dari alat buatan perusahaan yang bernama Edison seperti yang diklaim sebelumnya.

Theranos ternyata menggunakan alat tes darah dari perusahaan lain, yang bisa dibeli secara bebas. Jadi, paten dari Theranos itu masih berupa ide.

Sedangkan, alat yang dapat menguji seluruh penyakit hanya dengan setetes darah merupakan bualan dari Holmes saja. Dengan kata lain, Theranos tidak pernah menciptakan alat yang secara praktik bisa digunakan untuk tes darah sesuai dengan ide Holmes.

Saat itu, Holmes masih tenang-tenang saja, Ia menanggapi hasil temuan dari Carreyrou sebagai omong kosong belaka, dari orang yang iri atas inovasi teknologinya.

"Inilah yang terjadi jika pekerjaan Anda bakal mengubah banyak hal, pertama-tama mereka akan mengira Anda gila, kemudian mereka menentang Anda," kata Holmes dalam wawancaranya bersama CNBC TV.

Setelah laporan Carreyrou mencuat ke publik, gugatan terus berdatangan pada Theranos yang akhirnya membuat Holmes tak lagi dapat menutupi kedok penipuannya.

Akhir kisah Holmes dengan Theranos

Pada 2016, badan regulator kesehatan AS secara resmi melarang Holmes untuk mengedarkan dan mengoperasikan layanan tes darah selama dua tahun, karena ditemukan kesalahan prosedur pengujian darah pada lab milik Theranos. 

Bersamaan dengan pengumuman pelarangan beroperasi itu, salah satu mitra Theranos, Walgreens, perusahaan farmasi di AS, juga menghentikan kerja samanya dengan Holmes. Walgreens menarik seluruh kantong tes darah milik Theranos di semua gerainya. 

Gugatan juga datang dari negara bagian Arizona pada 2017, Jaksa Agung di Arizona mengumumkan bahwa Theranos harus mengembalikan semua dana pembelian alat tes darah dari warga Arizona, termasuk membayar denda.

Apabila ditotal, seluruh tanggungan Theranos sebesar 4,65 juta dollar AS (sekitar Rp 66 miliar jika menggunakan kurs saat ini). Theranos menyetujui pembayaran tersebut tanpa ada negosiasi.

Tahun 2018 menjadi tahun terberat bagi Theranos dan Holmes. Regulator finasial AS menyeret nama Ramesh Balwani, mantan kepala Theranos sekaligus mantan pacar Holmes, karena telah melakukan tindakan penipuan pada investor dengan mengiklankan produk palsu.

Penipuan Theranos ini didasarkan atas klaim palsu tentang Departemen Pertahanan AS yang menggunakan teknologinya. Kemudian, perusahaan juga berbohong ketika mengklaim memiliki pendapatan 100 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun) pada 2014.

Dengan kebohongan tersebut, hak suara Holmes di Theranos dicabut. Kemudian, Holmes juga dilarang memegang posisi sebagai pemangku kebijakan di Theranos, serta ia harus membayar denda sebesar 500.000 dollar AS (Rp 7,1 miliar).

Bebarengan dengan banyak gugatan yang masuk ke Theranos, Holmes akhirnya menutup perusahaan yang telah dirintisnya selama 15 tahun itu pada 4 September 2018.

Tak hanya mendapat gugatan perdata, Holmes juga memperoleh gugatan pidana. Di tahun 2018 juga, Holmes bersama Ramesh Balwani dituduh telah melakukan penipuan pada investor oleh Kejaksaan California.

Gugatan pidana yang berlangsung di tahun 2018 itu baru menemui titik terang pada awal 2022 ini.

Setelah kurang lebih dua tahun, Holmes akhirnya diputus bersalah atas empat dari 11 tuntutan terkait tindakan penipuan pada investor.

https://tekno.kompas.com/read/2022/01/08/10030067/theranos-cerita-penipuan-miliarder-wanita-muda-elizabeth-holmes

Terkini Lainnya

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
'Fanboy' Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

"Fanboy" Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

e-Business
WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

Software
Steam Gelar 'FPS Fest', Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Steam Gelar "FPS Fest", Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Game
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke