Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Tinder, Medium Pencarian Jodoh Online

Aplikasi ini dapat menyajikan rekomendasi pasangan berdasarkan kota tempat tinggal, kepercayaan, hobi, hingga orientasi seksual.

Deretan faktor tersebut dipercaya dapat memperbesar peluang penggguna menemukan pasangan yang cocok, bahkan tidak jarang yang berakhir hingga ke pelaminan.

Di balik ketenaran Tinder, ada segelintir sosok penting yang berpengaruh di pengembangan aplikasi tersebut.

Tinder dibangun di bawah naungan startup Hatch Lab yang didirkan oleh Sean Rad, Jonathan Badeen, Justin Mateen, Joe Munoz, Dinesh Moorjani, dan Whitney Wolfe.

Aplikasi ini diluncurkan perdana untuk perangkat berbasis iOS pada 12 September 2012. Kemunculan Tinder menimbulkan kehebohan, terutama di kalangan mahasiswa.

Berdasarkan data dari Boost Matches, total unduhan Tinder mencapai 1 juta kali pada awal tahun 2013.

Kemudian pada Juli 2013, Tinder mulai bisa digunakan di ponsel Android, setelah diminta oleh lebih dari 800.000 orang.

Pada tahun yang sama, Tinder memperluas pasar dan menjangkau sejumlah negara di luar Amerika Serikat, seperti Inggris, Kanada, Australia, serta deretan negara lainnya.

Masuknya Tinder ke pasar internasional membuka peluang bagi aplikasi ini untuk mendapat jumlah pengguna yang berlipat ganda.

Tahun 2014, keberhasilan Tinder mulai terlihat. Aktivitas pengguna dalam aplikasi semakin besar. Dalam satu hari, ada sebanyak 1 miliar kali swipe yang dilakukan pengguna Tinder secara keseluruhan. 

Aplikasi Tinder sendiri menggunakan gestur swipe atau mengusap layar ke kanan serta ke kiri, untuk menemukan pasangan yang cocok.

Selain itu, pada tahun yang sama, dilaporkan bahwa valuasi aplikasi kencan ini mencapai 1 miliar dollar AS.

Pada 2014 Tinder juga untuk pertama kalinya memperkenalkan layanan premium Tinder Plus. Layanan ini memungkinkan penggguna untuk dapat menikmati sejumlah fitur premium, salah satunya seperti jumlah likes yang tidak terbatas, fitur Rewind, dan Passport.

Layanan kencan online seperti Tinder sejatinya memang dapat digunakan secara gratis oleh pengguna. Namun, terdapat batas swipe dan like yang bisa diakses pengguna setiap harinya.

Untuk mendapat akses yang lebih banyak, pengguna dapat berlangganan dengan Tinder Plus seharga sekitar Rp 69.000 per bulannya.

Pada tahun 2015 sempat terjadi perubahan kepemimpinan. Salah satu pendiri Tinder yang juga menjabat sebagai CEO perusahaan, Sean Rad, mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan oleh Chris Payne. 

Tahun 2015 menjadi salah satu momen penting bagi Tinder. Pada tahun ini perusahaan mulai memperluas sumber pendapatan atau monetisasi, salah satunya dengan menghadirkan secara layanan premium yang diperkenalkan pada 2014.

Layanan berbayar Tinder Plus untuk pertama kalinya diluncurkan secara resmi pada 2015, disusul dengan kehadiran fitur Super Likes.

Pada waktu yang sama, Tinder juga menayangkan iklan dengan menggandeng perusahaan minuman beralkohol Budweiser.

Akuisisi

Tinder juga untuk pertama kalinya melakukan akuisis. Tappy, sebuah startup penyedia layanan pesan berbasis foto adalah perusahaan pertama yang dicaplok Tinder.

Pada tahun 2016, Tinder melakukan akuisisi kedua, dengan mencaplok Humin, perusahaan rintisan asal San Fransisco, AS, yang mengelola layanan manajemen kontak.

Pada tahun yang sama, Tinder merilis update yang memungkinkan pengguna dapat saling mengirimkan GIF di kolom percakapan aplikasi, sekaligus kemampuan untuk mengunggah foto profil secara langsung dari ponsel pengguna.

Pengguna juga dapat memperluas koneksi di Tinder dengan membagikan informasi profil mereka ke berbagai jenis media sosial seperti Instagram dan Spotify.

Tinder juga merilis fitur premium baru bertajuk Tinder Boost. Boost memberikan keuntungan kepada pengguna untuk dapat menaikkan profil mereka menjadi yang teratas selama 30 menit.

Fitur ini diklaim mampu meningkatkan kesempatan pengguna untuk bisa mendapatkan match dengan lebih banyak.

Rangkaian peningkatanan layanan Tinder mampu membuat perusahaan mendapat keuntungan yang berlipat ganda hingga menembus angka 169 juta dollar AS.

Tinder agaknya semakin memanjakan pelanggan layanan premium. Sebab pada 2017, Tinder resmi meluncurkan layanan Tinder Gold.

Dibanding Tinder reguler, pengguna Tinder Gold bisa dengan leluasa melihat siapa saja yang menyukai akun mereka tanpa harus melakukan gestur swipe (usapan jari).

Pengguna yang berlangganan Tinder Gold juga akan menerima keuntungan yang ditawarkan pada layanan Tinder Plus.

Layanan premium yang dihadirkan Tinder terbukti laku di pasaran. Hal ini ditandai dengan melejitnya jumlah pendapatan yang diraih Tinder di tahun 2017 yang mencapai 404 miliar dollar AS.

Sebagian keuntungan yang diraih Tinder kembali digunakan perusahaan untuk meningkatkan layanan yang diberikan.

Pada Agustus 2018, Tinder meluncurkan fitur Tinder U yang secara eksklusif dikembangkan untuk mahasiswa di AS. Dengan Tinder U, mahasiswa di AS dapat lebih mudah mendapat pasangan dengan sesama mahasiswa lainnya.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Boost Matches, Rabu (13/4/2022), Tinder kemudian memecahkan rekor dengan melakukan match yang ke-30 miliar kali pada tahun 2019.

Saat awal mula pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, Tinder justru mendulang popularitas yang lebih besar.

Pada tahun ini, Tinder telah diunduh sebanyak lebih dari 340 juta kali dan sudah tersedia di 190 negara dengan lebih dari 40 jenis bahasa.

Kebijakan work from home (WFH) yang digaungkan di setiap negara menghambat terjadinya interaksi sosial secara langsung.

Hal ini mengakibatkan masyarakat beralih menggunakan aplikasi kencan online untuk mencari pasangan.

Seiring berjalannya waktu, Tinder memperkenalkan fitur anti-catfishhing untuk mengurangi penipuan identitas.

Perusahaan juga memperkenalkan tombol "Panic", serta layanan pusat keamanan yang memberikan edukasi seputar aktivitas kencan online.

Hingga pada tahun 2021 lalu, Tinder telah diunduh sebanyak 400 juta kali dan menawarkan layanan yang telah menjangkau 57 juta pengguna setiap bulannya, di mana 6,5 juta di antaranya berlangganan fitur-fitur premium.

https://tekno.kompas.com/read/2022/04/13/18300007/sejarah-tinder-medium-pencarian-jodoh-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke