Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Asal, Begini Sebaiknya Menyikapi Kabar Duka di Media Sosial

Entah karena dirinya tertimpa musibah, sanak saudara meninggal, atau kabar lainnya yang membuat hati bersedih.

Ketika menanggapi berita duka, warganet biasanya menyampaikan komentar simpati dan doa. Namun, ada pula warganet yang memberikan komentar bernada antipati dan terkesan julid.

Seperti kabar duka yang menimpa anak sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau yang akrab disapa Eril, misalnya.

Ketika kabar Eril hilang viral di media sosial, warganet banyak menyampaikan simpati dan doa untuk Eril dan keluarga. Namun, ada pula warganet yang menanggapinya dengan komentar julid.

Komentar julid atau komentar negatif yang muncul biasanya justru tidak terkait musibah yang terjadi. Misalnya, mengaitkan musibah dengan hal lain yang tidak berhubungan dan terkesan "cocoklogi" atau bias konfirmasi.

Lantas, bagaimana sebaiknya warganet atau pengguna media sosial menanggapi kabar duka yang benar?

Gunakan dua prinsip

Psikolog klinis dari Yayasan Cintai Diri Indonesia (Love Yourself Indonesia), Alif Aulia Masfufah pun angkat bicara terkait perihal ini.

Menurut Aulia, cara paling benar menanggapi kabar duka di media sosial adalah dengan memberi dukungan kepada orang yang sedang berduka, siapapun sosok tersebut. Bukan malah memberikan komentar antipati bahkan julid.

"Coba dikurang-kurangin asal ketik dan bicaranya di sosial media, apalagi kalau komentarnya berhubungan sama orang yang kena musibah. Kita nggak pernah tahu kapan kita ada di posisi mereka yang sedang terkena musibah," kata Aulia melalui pesan singkat kepada KompasTekno.

Oleh karena itu, Aulia mengungkapkan ada dua prinsip yang seharusnya dipegang oleh warganet ketika bermedia sosial, termasuk ketika berkomentar.

Pertama, perlakukan orang lain selayaknya kita ingin diperlakukan. Kedua, empati dan kebaikan (kindness).

Sebagai pengguna media sosial, Aulia mengatakan, setiap pengguna harus menyadari bahwa media sosial itu digunakan oleh banyak orang dengan kepribadian dan kapasitas mental yang berbeda-beda.

Kendati begitu, pada dasarnya, setiap pengguna media sosial memiliki perasaan sedih, terluka, takut, dan kecewa yang sama.

"Makanya, kalau pakai prinsip 'empati dan kindness' dalam berkomentar, pasti banyak orang yang pada akhirnya mengurangi komentar buruk karena pandai memposisikan dirinya," kata Aulia.

Menurut Aulia, caranya tentu dengan melihat posisi orang lain dan mengetahui apa yang dia ingin orang lain lakukan untuknya saat tengah berduka. Ketika berduka, seseorang secara naluri ingin dihibur, didengarkan, serta diberi simpati dan empati.

"Jadi, kalau dia berduka, beri dukungan sebisanya," kata Aulia.

Prinsip ini juga bisa diaplikasikan ketika menanggapi kabar-kabar lain yang viral di media sosial. Entah karena seseorang berbuat kesalahan atau hal lainnya.

Aulia mencontohkan, kalau ada netizen yang salah, salahkan dan ingatkan sewajarnya. Kalau dia benar, puji sewajarnya. Kalau dia berkelakuan tidak baik, ingatkan sewajarnya. Kalau dia butuh bantuan, tolonglah sebisanya.

"Sepakat kan? Kalau Kita semua gak mau jadi penyebab sedih dan traumanya orang lain hanya karena baca komentar dari kita?," pungkas Aulia.

https://tekno.kompas.com/read/2022/06/06/19000047/jangan-asal-begini-sebaiknya-menyikapi-kabar-duka-di-media-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke