Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengalaman Pesan Makanan via AirAsia Food, Masih Ribet dan Banyak Kendala

KOMPAS.com - Layanan pesan antar makanan (food delivery) di Indonesia tampaknya semakin ramai. Sebab, ada pemain baru yang bakal bersaing dengan GoFood, GrabFood, ShopeeFood, dan sejenisnya, yakni AirAsia Food.

Layanan tersebut sudah resmi beroperasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya sejak beberapa pekan lalu. Penasaran, kami mencoba untuk memesan makanan melalui aplikasi AirAsia versi Android yang kami unduh di toko aplikasi Play Store pada Kamis (7/7/2022).

Secara tampilan antarmuka (UI), aplikasi AirAsia Food terasa lebih nyaman dilihat oleh mata pengguna. Pasalnya, tulisan harga makanan yang tertera di aplikasi tersebut dibuat lebih besar dari nama menu makanannya.

Di platform food delivery lainnya, tulisan menu dan harga makanan sendiri memiliki ukuran yang sama. Dengan tulisan yang lebih besar ini, pengguna otomatis bisa dengan mudah melihat harga makanan untuk menghindari kekeliruan dalam pemesanan.

Selain UI-nya yang cukup baik, pengguna yang pertama kali memesan makanan di aplikasi AirAsia Food juga dimanjakan dengan promo pengguna baru sebesar 50 persen (maksimal Rp 50.000).

Kami pun mencoba untuk menggunakan promo ini dan berhasil mendapatkan potongan untuk transaksi Rp 154.000. Sehingga, harga makanan yang harus kami bayar adalah Rp 104.000.

Sayangnya, pesanan tersebut gagal diterima pemesan. Di sinilah masalah awal yang kami temui ketika menggunakan AirAsia Food.

Apabila ada restoran yang tutup, platform food delivery biasanya akan memberikan informasi bahwa restoran sedang tidak buka dan pengguna tidak bisa melakukan pemesanan.

Agaknya, fitur ini belum dimiliki AirAsia Food atau saat kami mencoba sedang mengalami masalah. Pasalnya, restoran yang kami incar sebetulnya tutup.

Tapi, informasi itu tidak muncul di aplikasi AirAsia Food. Resto yang kami incar terpajang tetap beroperasi dan pengguna bisa melakukan pemesanan.

Informasi tutupnya resto kami dapatkan dari mitra pengemudi (driver) yang mendatangi restoran tersebut untuk mengambil pesanan makanan kami. Dia mengatakan bahwa restoran tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sedang beroperasi alias buka.

"Saya sudah mengetok pintu restoran berkali-kali tetapi tidak ada jawaban. Tidak jelas ini restorannya," ujar seorang mitra pengemudi yang hendak mengantar pesanan makanan kami.

Akhirnya, mitra pengemudi meminta kami untuk membatalkan pesanan makanan tersebut dan beralih ke restoran lain.

Ketika hendak membatalkan pesanan, kami justru tambah bingung. Sebab, biasanya platform food delivery lain menyediakan tombol pembatalan pesanan jika ada kendala di pihak restoran dan hal mendesak lainnya.

Namun di aplikasi AirAsia Food, kami tidak menemukan tombol tersebut. Sebagai jalan keluarnya, kami memanfaatkan fitur Chat yang tersedia di dalam aplikasi. Fitur tersebut merupakan layanan keluhan pelanggan yang mengandalkan chatbot bernama "Ava".

Melalui Ava, kami memasukkan nomor pesanan dan meminta pihak AirAsia Food membatalkan pesanan makanan kami.

Cara ini bisa dibiliang merepotkan dan tidak praktis karena kami harus menunggu kepastian dari pihak AirAsia Food untuk mekanisme pembatalan pesanan.

Apalagi, mitra driver juga ikutan menunggu kejelasan dari kami untuk pembatalan pesanan. Sebab, layanan AirAsia Food masih menggunakan mitra driver Gojek, sehingga proses pembatalan tentunya harus melibatkan pihak AirAsia Food.

Sekitar kurang lebih 10 menit dari keluhan yang dikirimkan ke Ava, pihak AirAsia Food menginformasikan dalam sebuah e-mail bahwa pesanan kami akhirnya dibatalkan.

Namun, masalah rupanya tidak berhenti sampai di situ.

Pasalnya, dana kami yang bernilai Rp 104.000 tadi masih tertahan di pihak AirAsia Food. Dalam e-mail yang sama, mereka mengatakan bahwa uang itu akan dikembalikan (refund) ke rekening bank, dalam hal ini dompet elektronik (e-wallet) Ovo kami dalam 7-14 hari kerja.

Ketentuan ini mirip dengan mekanisme refund kebanyakan platform online secara umum.

Hal itu berbeda dengan mekanisme refund dari platform food delivery lain yang ada saat ini. Biasanya, dana akan dikembelikan seketika pesanan dibatalkan.

Karena dana baru dikembalikan 7-14 hari, walhasil kami tidak dapat menggunakan uang tersebut untuk melakukan pesanan baru.

Mungkin, akan lebih praktis apabila dana refund dialihkan ke Credit Account alias saldo di aplikasi AirAsia, untuk memudahkan pengguna kembali memesan makanan di aplikasi AirAsia Food.

Masalah lain yang kami temui adalah lamanya proses pengantaran. Pada awalnya, kami memesan dan menyelesaikan transaksi di aplikasi AirAsia Food sekitar pukul 11.00 WIB.

Di aplikasi, kami diinformasikan bahwa pesanan kemungkinan diantar ke rumah kami sekitar pukul 11.30 - 12.00 WIB.

Namun hingga pukul 12.00 WIB, pesanan kami belum diantar dan berujung pada pembatalan karena informasi yang kami dapatkan tadi, bahwa restoran ternyata tutup.

Sebelum mitra driver mengabari resto tutup, kami juga sempat mengalami pengalihan mitra driver sebanyak lebih dari lima kali, entah karena restoran tutup dan mitra driver membatalkan secara sepihak atau kendala sistem.

Terkait sistem, aplikasi AirAsia Food tampaknya saat ini masih mengandalkan Gojek, dalam hal ini Gosend, untuk sistem pengantaran makanan dari restoran ke rumah pengguna, setidaknya begitu menurut pengalaman kami.

Pengguna sebenarnya bisa melacak pesanan mereka melalui tombol "Track Order" di dalam aplikasi. Namun, tombol tersebut akan mengarah ke UI Gosend dan informasi mengenai status pesanan, alih-alih UI AirAsia Food.

Di samping mekanisme dan sistem pengantaran, ada beberapa hal lainnya juga mungkin berpengaruh bagi pengalaman pengguna memakai aplikasi AirAsia Food, terlebih bagi mereka yang menggunakannya dalam tahap-tahap awal seperti ini.

Beberapa diantaranya seperti metode pembayaran yang terbatas dan tidak melayani uang tunai (cash), tidak adanya fitur chat di dalam aplikasi (harus melalui telepon atau WhatsApp driver), hingga tidak adanya tombol pembatalan di dalam aplikasi tadi.

Selain tidak bisa membayar secara cash, metode pembayaran juga terbatas dan yang saat ini tersedia adalah kartu kredit/debit, Ovo, dan Doku.

Nah, terlepas dari masalah ini, kami sebenarnya ingin kembali mencoba memesan makanan lagi via aplikasi AirAsia Food dalam beberapa waktu ke depan, ketika sistem AirAsia Food sudah semakin siap digunakan.

Sebab, sudah menjadi hal wajar bahwa berbagai layanan online yang pertama kali beroperasi kemungkinan besar masih memiliki sejumlah masalah operasional dan kendalam sistem, yang membuat pengguna mungkin menyimpulkan bahwa sistem mereka belum siap.

Dengan pengalaman pertama ini, kami bisa menyimpulkan bahwa sistem AirAsia Food tampaknya memang belum matang sepenuhnya.

Selain itu, kami juga bisa mengatakan bahwa tampilan alias UI AirAsia Food yang ramah pengguna tidak sebagus dengan layanan yang ditawarkan, setidaknya untuk tahap awal operasional di wilayah Jakarta dan sekitarnya ini.

https://tekno.kompas.com/read/2022/07/09/16030077/pengalaman-pesan-makanan-via-airasia-food-masih-ribet-dan-banyak-kendala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke