Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanda-tanda Facebook Alihkan Fokus, dari Konten Berita ke Kreator dan Metaverse

Facebook News memungkinkan penerbit/outlet media dibayar oleh Facebook untuk berita yang ditayangkan di News Feed.

Sementara, Facebook Bulletin memungkinkan penulis untuk menerbitkan buletin gratis maupun berbayar di Facebook.

Namun, pada Juli 2022 ini, Facebook dilaporkan mulai mengurangi investasinya dalam konten berita dan buletin di jejaring sosialnya. Hal ini ditengarai karena fokus Facebook yang bergeser ke proyek Metaverse.

Kabar ini muncul setelah memo internal dari Campbell Brown selaku Eksekutif Senior di Facebook bocor.

Outlet media The Wall Street Journal melaporkan bahwa Brown mengatakan Facebook akan mengalihkan dukungan teknis dan produk dari kedua produk tersebut (Facebook News dan Facebook Bulletin).

Mengacu pada memo internal dari Brown pula, Facebook sekarang akan fokus pada konten berformat video pendek dan proyek Metaverse.

Hal dilakukan karena "tim tersebut meningkatkan fokus mereka untuk membangun ekonomi kreator yang lebih kuat".

Tidak dijelaskan apa proyek "ekonomi kreator" yang disebutkan Brown. Perubahan fokus ini kemungkinan besar membuat Facebook News dan Facebook Bulletin dalam sebuah "limbo" alias ketidakpastian.

Ketidakpastian ini juga berpotensi memberi dampak pada penulis dan penerbit, terutama yang bersakala kecil, yang bergantung dengan layanan Facebook News dan Facebook Bulletin.

Mereka diprediksi bisa kehilangan kesepakatan komersial yang selama ini didapatkan lewat Facebook News dan Facebook Bulletin.

Sebagaimana dihimpun dari laman Facebook, jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg ini setidaknya bekerja sama dengan lebih dari 500 penerbit.

Meta (induk Facebook) juga dilaporkan mendanai 25 jurnalis berita lokal sebagai kontributor proyek Facebook News, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari SocialMediaToday, Kamis (21/7/2022).

Gara-gara ada UU Media?

Perubahan fokus Facebook dari konten berita di jejaring sosialnya itu kemungkinan dilatarbelakangi oleh disahkannya Undang-Undang News Media Bergaining Code Law oleh pemerintah Australia.

Undang-undang baru ini mengharuskan perusahaan teknologi raksasa, seperti Google dan Facebook, membayar organisasi media yang beritanya dimuat di platform mereka masing-masing. Dalam kasus Facebook, berita dimuat di News Feed.

Tujuan dibuatnya UU Media ini adalah untuk mengatasi ketidakseimbangan antara penerbit berita Australia dan dua raksasa Silicon Valley tersebut.

Ketua Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC), Rod Sims, mengungkapkan selama ini Google dan Facebook membutuhkan konten berita dari organisasi media di platfrom mereka.

"Tetapi mereka tidak membutuhkan perusahaan media tertentu. Ini artinya perusahaan media yang ada ini tidak dapat melakukan kesepakatan komersial," ungkap Sims, yang ikut berperan dalam perumusan UU Media ini.

Dengan UU Media ini, Google dan Facebook diharuskan mencapai kesepakatan komersil dengan perusahaan media lokal Australia.

Ketika negosiasi mengalami kebuntuan, panel arbitrase akan membuat keputusan yang mengikat atas tawaran yang menang.

Dengan begitu, dua perusahaan teknologi raksasa itu diharapkan tidak akan menyalahgunakan posisi mereka untuk memberikan tawaran yang tidak adil kepada perusahaan media.

Sejak awal dirumuskan, UU ini memang sudah mendapat penolakan keras dari dua raksasa Silicon Valley, Facebook dan Google.

Keduanya tak ingin UU tersebut disahkan karena bisa menjadi preseden global untuk menarik bayaran dari mereka. Namun tahun lalu, Facebook dan Google akhirnya tunduk juga dengan aturan yang mengharuskan mereka membayar sejumlah uang ke penulis atau penerbit berita.

https://tekno.kompas.com/read/2022/07/21/14030007/tanda-tanda-facebook-alihkan-fokus-dari-konten-berita-ke-kreator-dan-metaverse

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke