Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu TV Analog dan Mengapa Harus Pindah ke TV Digital?

Artinya, warga Jabodetabek sudah tidak lagi bisa menikmati siaran TV Analog lantaran hanya akan muncul "semut" di layar televisi. Masyarakat hanya akan bisa menikmati konten siaran TV Digital. Tapi, sebenarnya apa itu TV analog? Apakah TV Analog dan apa alasan beralih ke TV Digital?

Apa itu TV Analog?

Banyak asumsi bahwa TV Analog adalah televisi tabung semata. Namun, perbedaan TV Analog dan TV Digital terletak pada teknologi transmisi yang digunakan, bukan pada bentuk televisi.

TV Analog adalah teknologi televisi yang memanfaatkan sinyal analog untuk mentransmisikan video dan audio. Dalam siaran TV analog, video ditransmisikan menggunakan amplitudo modulation (AM) dan suara ditransmisi via frequency modulation (FM).

Dihimpun dari Lifewire, transmisi siaran TV analog bisa mengalami gangguan, seperti gambar yang berbayang dan muncul noise alias "semut". Namun, hal itu bergantung pada jarak dan lokasi geografis TV yang menerima sinyal. Selain itu, resolusi video dan rentang warna TV Analog juga sangat terbatas.

Jadi, TV Analog tidak harus berbentuk tabung, TV layar datar yang masih menggunakan teknologi sinyal analog, juga disebut sebagai TV analog.

Apa itu TV Digital?

Berbeda dengan TV Analog, TV Digital atau DTV adalah teknologi televisi yang menggunakan transmisi digital untuk menyiarkan video dan audio. TV digital ditransmisikan sebagai bit data informasi, seperti halnya data komputer pada CD atau DVD.

Adapun sinyal digital terdiri dari 1s dan 0s yang berarti hidup atau mati. Artinya, apabila TV berjarak terlalu jauh dari pemancar, siaran TV tidak dapat diakses.

TV Digital juga sudah mendukung format layar 16:9 sehingga bisa menampilkan gambar tanpa menyisakan banyak ruang pada layar yang biasanya diisi oleh bilah hitam di atas dan di bawah.

Selain itu, dibanding TV Analog, TV digital mampu menampilkan audio dan visual dengan kualitas yang lebih baik, sebagaimana dihimpun dari laman Siaran Digital Kominfo. Untuk melihat perbedaan TV Analog dan TV Digital secara rinci, bisa menyimak artikel berikut.

Alasan ganti ke TV digital

Banyak masyarakat yang bertanya-tanya, apa alasan berganti ke TV Digital dari TV Analog?
Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa masyarakat didorong untk beralih ke TV Digital.

1. Video dan audio lebih berkualitas

Seperti disebutkan sebelumnya, video dan audio TV Digital lebih baik dibanding TV Analog.
Di TV Digital, masyarakat tidak akan menemui gangguan sebagaimana ketika menonton siaran TV Analog, seperti gambar berbayang atau layar "menyemut".

2. Gratis

Sama seperti siaran TV analog, siaran TV digital juga bisa didapatkan atau ditonton secara gratis oleh masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat tetap dapat menonton tayangan TV seperti sebelum beralih ke TV digital tanpa biaya khusus.

Sebab, menurut Direktur Penyiaran Kementerian Komunikasi dan Informatika, Geryantika Kurnia, migrasi TV analog ke TV digital sama-sama menggunakan pemancar sinyal yang Free to Air (FTA). Yang membedakan adalah kualitas gambar siaran digital yang lebih jernih serta jumlah channel yang lebih banyak.

3. Jumlah channel lebih banyak

TV Digital menawarkan program siaran yang lebih banyak dan berkualitas. Masyarakat bisa mendapatkan hingga puluhan channel di TV Digital.

Menurut Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo, Usman Kansong, setiap frekuensi bisa memuat 6-12 siaran TV digital. Saat ini sendiri, sudah ada 40 lembaga penyiaran TV yang menyediakan siaran TV digital. Menurut Usman, dengan banyaknya pilihan lembaga penyiaran, kemungkinan program yang ditawarkan juga lebih berkualitas.

4. Tidak perlu beli TV baru

Masyarakat tidak perlu membeli televisi baru untuk menikmati siaran TV Digital. Televisi lama yang digunakan untuk menikmati siaran TV Analog, masih bisa digunakan dengan tambahan perangkat set top box (STB).

STB adalah dekoder yang mampu menangkap sinyal TV digital agar bisa tampil di TV analog.
Beberapa smart TV yang beredar memang secara langsung mendukung siaran TV digital tanpa alat tambahan. Namun, masih ada smart TV yang belum mendukung siaran digital.

Dengan demikian, masyarakat perlu memeriksa dukungan tersebut. Untuk memeriksa apakah smart TV Anda masih analog atau sudah digital, simak cara dalam tautan ini.

Kemenkominfo sendiri sudah menyediakan bantuan STB gratis untuk masyarakat miskin. Sementara itu masyarakat non-miskin dapat melakukan pembelian STB secara mandiri.

Bagi masyarakat yang masuk kategori Rumah Tangga Miskin tapi belum mendapat STB, bisa mengecek di tautan berikut untuk pengajuan mandiri.

5. Internet Indonesia berpotensi lebih cepat

Siaran TV Analog selama ini menggunakan frekuensi 700 MHz. Apabila siaran TV Analog dipadamkan sepenuhnya, frekuensi itu bisa dialihfungsikan untuk menggelar jaringan 5G. Walhasil, internet di Indonesia berpeluang lebih cepat ke depannya.

Menurut Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi, penggunaan frekuensi 700 MHz untuk menggelar layanan 5G di Indonesia ini bukan tanpa alasan.

"Sebab, pita frekuensi 700 MHz ini memiliki karakteristik yang dibutuhkan untuk pemerataan internet di area rural (desa) atau remote area karena jangkauannya yang relatif luas," kata Dedy.

Selain itu, jangkauan pita frekuensi 700 MHz juga dinilai cocok untuk memperbaiki kualitas sinyal indoor (di dalam gedung) di daerah perkotaan yang memiliki banyak gedung bertingkat.

Pita frekuensi 700 MHz memang menjadi salah satu dari tiga layer spektrum yang disiapkan pemerintah untuk menggelar 5G di Indonesia.

Pita frekuensi ini sendiri masuk ke dalam kategori Coverage Layer (low band). Sementara dua layer lain yang disiapkan pemerintah untuk menggelar 5G adalah Super Data Layer (high band) di spektrum 26/28 GHz dan Capacity Layer (middle band) di frekuensi 2.3/2.6/3.3/3.5 GHz.

https://tekno.kompas.com/read/2022/11/03/15300017/apa-itu-tv-analog-dan-mengapa-harus-pindah-ke-tv-digital

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke