Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Google Tampilkan Angklung Hari Ini?

Jika Anda mengakses URL Google.com atau Google.co.id, Anda akan langsung melihat bahwa logo "Google" diganti dengan ilustrasi enam sosok orang yang masing-masing merepresentasikan huruf atau karakter Google.

Apabila dilihat seksama, masing-masing dari keenam orang tersebut memakai baju dengan desain dan warna berbeda, namun memiliki satu kesamaan, yaitu memegang dan memainkan sebuah angklung.

Keenam orang yang memainkan angklung ini merupakan sebuah doodle baru yang dirilis Google.

Doodle tersebut, yang memiliki tema "Merayakan Angklung", ditampilkan dalam rangka merayakan hari di mana angklung dianggap sebagai salah instrumen musik tradisional penting yang ada di dunia.

Seperti diketahui, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) resmi menjadikan angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan asal Indonesia pada 16 November 2010 lalu.

Artinya, sudah sekitar 12 tahun alat musik angklung sudah diakui dunia sebagai sebuah warisan yang unik dan harus dilestarikan.

Nah, seluk-beluk angklung akan bisa diketahui pengguna apabila mereka mengeklik Google Doodle yang menampilkan angklung tadi.

Ketika doodle tersebut diklik, halaman Google akan menampilkan hasil pencarian dengan kata kunci "Angklung", yang menampilkan sejarah, berita, gambar, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan angklung.

Angklung adalah salah satu alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik tradisional ini dikenal sebagai alat musik yang berasal dari tanah Sunda yaitu Jawa Barat.

Berbeda dengan alat musik tradisional lainnya yang cara memainkannya dipukul atau ditiup. Cara memainkan angklung terbilang sangat unik, karena dilakukan dengan cara digetarkan atau digoyangkan.

Alat musik tradisional angklung ini terdiri dari dua, tiga, atau empat bambu yang memiliki susunan dua, tiga, dan empat nada.

Adapun alat musik bernada ganda ini sudah dikenal di Indonesia sejak ratusan tahun lalu.

Kala itu, bunyi angklung digunakan sebagai pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci, yang merupakan lambang dari Dewi Sri atau biasa disebut dewi kesuburan atau dewi padi.

Selain untuk pemujaan, kisah yang tercatat dalam Kidung Sunda mengatakan bahwa alat musik ini juga dimainkan untuk memacu semangat para prajurit saat berperang.

Seiring perkembangan zaman, angklung masih digunakan sebagai alat musik untuk berbagai pertunjukan.

Setelah Proklamasi, pertunjukan angklung ini dilakukan oleh tokoh angklung nasional, yaitu Daeng Soetigna dalam Perundingan Linggarjati 1946.

Daeng Soetigna juga dikenal dengan julukan Bapak Angklung Indonesia. Sebab, ia berhasil menciptakan angklung dengan tangga nada diatonik, sehingga alat musik tersebut dapat dimainkan secara harmonis bersamaan dengan alat musik lainnya.

Usaha dalam melestarikan angklung sebagai alat musik tradisional ini dilanjutkan oleh sang murid, yaitu Udjo Ngalagena.

Seiring dengan kepopulerannya di mancanegara, maka akhirnya di tahun 2010, UNESCO menetapkan bahwa angklung sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan.

https://tekno.kompas.com/read/2022/11/16/07150067/mengapa-google-tampilkan-angklung-hari-ini-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke