Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Twitter Diam-diam Cabut Aturan Informasi Sesat Covid-19

Twitter pertama kali mengembangkan seperangkat aturan untuk meredam beredarnya informasi keliru mengenai virus dan vaksin Covid-19 sejak April 2020. Dengan aturan ini, Twitter telah menangguhkan (suspend) ribuan akun dan menghapus ribuan twit.

Setelah dua tahun lebih berjalan, kebijakan itu dicabut dan tak lagi berlaku. Langkah ini disebut-sebut merupakan upaya Elon Musk sebagai pemimpin baru untuk merombak Twitter, khususnya soal moderasi konten.

Twitter tampaknya tidak secara resmi mengumumkan perubahan aturan tersebut. Informasi pencabutan kebijakan tersebut hanya tertera di halaman transparansi Twitter.

"Efektif 23 November 2022, Twitter tidak lagi memberlakukan kebijakan informasi menyesatkan COVID-19," tulis Twitter di laman Transparency Twitter.

Pengumuman itu muncul di bawah kalimat yang masih berbunyi: "Saat komunitas global menghadapi pandemi COVID-19 bersama-sama, Twitter membantu orang menemukan informasi yang dapat dipercaya, terhubung dengan orang lain, dan mengikuti apa yang terjadi secara real-time".

Penelusuran KompasTekno, aturan soal misinformasi Covid-19 bertajuk "Kebijakan informasi COVID-19 yang menyesatkan" di Twitter masih bisa dibaca dengan lengkap lewat laman peraturan dan kebijakan Twitter di Pusat Bantuan dalam Bahasa Indonesia di tautan berikut ini.

Laman tersebut secara rinci memaparkan tiga kriteria suatu twit dinilai menyebarkan informasi Covid-19 yang menyesatkan.

Di halaman itu, Twitter juga merinci kebijakan soal penghapusan twit, label untuk twit yang berpotensi menyesatkan, hingga sanksi penangguhan akun bagi pengguna yang melanggar kebijakan misinformasi Covid-19 ini.

Meski masih bisa dibaca lengkap dalam Bahasa Indonesia, rincian aturan misinformasi Covid-19 ini sudah menghilang dari laman Help Center Twitter dalam Bahasa Inggris.

Ketika laman "COVID-19 misleading information policy" diklik, kami hanya dialihkan ke halaman muka Help Center Twitter, tidak diarahkan ke rincian misinformasi Covid-19 seperti dalam bahasa Indonesia.

Twitter sendiri belum memberikan komentar resmi soal pencabutan kebijakan Covid-19 ini.

Ribuan akun kena suspend gara-gara melanggar

Berdasarkan, statistik yang dipublikasi Twitter, antara Januari 2020 hingga September 2022, jejaring sosial berlogo burung Larry Bird ini telah menangguhkan lebih dari 11.000 akun karena melanggar aturan misinformasi Covid-19 ini.

Di samping itu, Twitter juga telah menghapus hampir 100.000 konten yang melanggar aturan tersebut.

Nah, sekarang, setelah kebijakannya dicabut, Twitter tampaknya mulai memulihkan sejumlah akun yang sempat di-suspend karena dinilai menyebarkan informasi menyesatkan soal virus dan vaksin Covid-19 dalam twitnya.

Misalnya, seperti akun pribadi Anggota Kongres Marjorie Taylor Greene yang tadinya diblokir sejak Januari 2022 karena dinilai menyebarkan informasi yang salah soal Covid-19. Namun, kini akun Greene sudah dipulihkan.

Selepas kebijakan misinformasi Covid-19 dicabut, tak menutup kemungkinan Twitter juga memulihkan akun-akun lainnya dari 11.000 akun yang diblokir sejak Januari 2020, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Gizmodo, Rabu (30/11/2022).

Kebijakan moderasi Twitter jadi longgar?

Elon Musk sendiri mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai "free speech absolutist" atau pemegang teguh prinsip kebebasan berbicara. Makanya, Musk ingin membeli Twitter guna mengatur moderasi konten dan memprioritaskan kebebasan berbicara.

Salah satu "bukti" yang diambil Elon Musk soal kebebasan berbicara adalah dengan membuka blokir akun Twitter pribadi mantan Presiden AS Donald Trump.

Padahal, di era kepemimpinan Jack Dorsey dan Parag Agrawal, Twitter tidak memberi ampun bagi akun @realdonaldtrump yang diblokir permanen sejak Januari 2021.

Akun Trump diblokir selama-lamanya setelah dua kicauannya dinilai melanggar kebijakan Twitter dan berisiko melanggengkan kekerasan dan ujaran kebencian, terkait peristiwa kerusuhan di gedung DPR/MPR Amerika Serikat (AS) yang menelan korban jiwa.

Kini, Musk juga mencabut kebijakan soal misinformasi Covid-19 dan memulihkan sejumlah akun yang sempat diblokir karena kebijakan itu. Ini semakin mengindikasikan bahwa Musk mulai melonggarkan aturan moderasi konten di Twitter.

Bila aturan moderasi menjadi longgar, Twitter terancam dihapus dari toko aplikasi Apple App Store. Baru-baru ini, dalam sebuah twit, Elon Musk menyebut bahwa Apple mengancam akan menghapus Twitter dari toko aplikasi App Store tanpa alasan.

Hal ini tampaknya berkaitan dengan moderasi konten Twitter. Apple memang memiliki aturan yang ketat untuk memperbolehkan aplikasi muncul di toko aplikasi App Store, termasuk soal moderasi. Apple tak segan-segan menghapus aplikasi dari App Store bila dinilai tak melakukan moderasi konten yang cukup.

Misalnya seperti yang dialami "Parler", aplikasi media sosial yang digunakan para konservatif dan ekstremis sayap kanan pendukung Donald Trump tahun lalu.

Musababnya, Parler memiliki aturan moderasi konten yang longgar sehingga membuat aplikasi menjadi sarang unggahan yang mendorong kekerasan dan perbuatan kriminal.

Aplikasi Parler baru bisa kembali muncul di App Store setelah mengimplementasikan sistem moderasi konten berbasis kecerdasan buatan (arificial intelligence/AI) di platformnya.

Pada 2018, Apple juga sempat menghapus Tumblr gara-gara konten dewasa di mikroblog tersebut, sebagaimana dihimpun dari Engadget.

Bila moderasi konten di Twitter menjadi longgar, tak menutup kemungkinan Apple juga bakal menghapus Twitter dari App Store. Namun, Apple memberikan komentar terkait masalah Twitter ini.

https://tekno.kompas.com/read/2022/11/30/15040097/twitter-diam-diam-cabut-aturan-informasi-sesat-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke