Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misi Developer Game Tanah Air: Edukasi Kesehatan Mental dan Kenalkan Budaya Indonesia

Lucky dan Shafiq merupakan developer game asal Indonesia yang menjadi peserta Indie Game Accelerator (IGA) 2022 yang diselenggarakan Google, sebuah program bimbingan, pelatihan, dan saran tentang produk, desain, dan monetisasi bagi pengembang-pengembang game independen atau indie.

Lucky, pendiri sekaligus CEO Eternal Dreams Studio, menyatakan bahwa perusahaan yang dipimpinnya ingin mengedukasi publik soal kesehatan mental lewat game yang diproduksi.

"Itu core value perusahaan kita ke depan sih, kita mau bikin game-game yang heavy narrative, dengan pesan-pesan yanh disampaikan atau seenggaknya kasih player sudut pandang baru," kata Lucky di kantor Google Asia Pasifik, Singapura, Selasa (13/12/2022).

Lucky menuturkan, awalnya ia berniat membuat game bergenre otome atau novel visual yang mengisahkan kisah cinta perempuan dengan beberapa orang lelaki.

Namun, ia menyadari genre tersebut sulit bersaing dengan game buatan Jepang yang memiliki visual jauh lebih bagus. Pada akhirnya, Eternal Game Studio beralih untuk memproduksi game yang fokus mengangkat isu kesehatan mental sejak 2019 lalu.

"Itu tahun 2019 akhir di mana mungkin mental health belum se-speak up sekarang di mana orang masih kayak belum meramaikan, sekarang malah orang-orang semua mengaku mental health," kata Lucky.

"Jadi kita coba angkat isu yang lebih deep, isu yang lebih dalam, yang bisa ngasih awareness tentang itu," ujar dia.

Salah satu game yang diproduksi Eternal Game Studio, The Sun Shines Over Us, misalnya bercerita tentang seorang murid SMA yang berusaha melawan traumanya setelah menjadi korban perundungan atau bullying.

Lucky menyebutkan, proses penulisan game itu sampai melibatkan ahli psikologi agar jalan cerita yang disajikan tidak berlebihan.

"Kita mau menyampaikan kalau kamu nge-bully orang akibatnya bisa sampai kayak gini lho," kata Lucky.

Selain itu, Lucky menyebutkan bahwa game tersebut juga ingin memberi semangat dan pesan kepada korban bully bahwa mereka tidak sendirian.

Niat Lucky dan kawan-kawan mengangkat isu kesehatan mental rupanya membuahkan hasil. Ia menyebutkan, banyak pemain The Sun Shines Over Us yang merasa terbantu oleh game tersebut.

"Banyak beberapa player kita yang mengirim e-mail untuk sekadar say thank you karena sudah bikin game ini karena mereka merasa relate banget dan mereka merasa enggak sendirian sih," kata dia.

Kenalkan Budaya Tanah Air

Jika Lucky ingin mengangkat isu kesehatan mental, Shafiq yang merupakan CEO Gambir Studio ingin membuat game yang memperkenalkan budaya Indonesia ke pasar global.

Hal ini tercermin dari beberapa game yang diproduksi Gambir Studio, antara lain Bubur Ayam Express yang bercerita soal tukang bubur ayam, Selera Nusantara tentang makanan khas Indonesia, serta TTS Lontong yang menantang pemainnya bermain tebak-tebakan lucu khas Cak Lontong.

"Waktu itu kita mikirinya banyak developer luar mau masuk Indonesia, tapi mereka cuma localized bahasa doang, ternyata kan enggak works kan buat mereka," kata Shafiq.

"Tapi buat kita itu localized itu bukan sekadar bahasa tapi culture, tren, apapun yang lagi happening di sini itu tuh yang paling lokal dan yang paling tahu market kita kan orang Indonesia sendiri," imbuh Shafiq.

Ia menuturkan, memang tidak mudah mengenalkan budaya yang sangat khas Indonesia secara terang-terangan seperti yang ada di game Selera Nusantara atau ke luar negeri.

Oleh karena itu, Gambir Studio juga memutar otak dengan mengembangkan game lain bertajuk Knight vs Giant yang menyelipkan unsur budaya Indonesia yakni buto ijo dan pakaian tradisional daerah.

"Kita enggak mau terlalu harsh karena akan beda kan (penerimaan) semua orang, kita akan masuk dari yang halusnya dulu," ujar Shafiq.

Ia pun berharap agar usahanya mengenalkan budaya Indonesia mendapatkan dukungan yang lebih besar dari pemerintah. Sebagai developer game lokal, Gambir Studio merasa butuh dukungan untuk mendapat akses ke perusahaan publisher maupun riset untuk mengembangkan bisnis.

Sayangnya, menurut Shafiq, pemerintah cenderung memprioritaskan game-game yang 'berat' ketimbang game-game kasual yang terkesan lebih ringan.

"Jatuhnya itu kayak jualan Ferrari, padahal masyarakatanya masih butuh Avanza doang. Ya why not kan, casual gamer itu masih paling banyak, non-gamer itu masih lebih banyak dari market gamer itu sendiri," kata dia.

Terlebih, Gambir Studio membawa niat mulia yakni mengenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional, sehingga semestinya mendapat perhatian yang lebih besar.

"(Game) yang memang local content banget yang membawa bendera Indonesa kalau seandainya lebih didukung akan lebih gampang buat kita ngebawa misi ini berhasil," kata Shafiq.

https://tekno.kompas.com/read/2022/12/14/10300027/misi-developer-game-tanah-air--edukasi-kesehatan-mental-dan-kenalkan-budaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke