Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pupus, Ambisi Google Membesarkan Cloud Gaming Stadia

Google Stadia ditutup per 18 Januari 2023 waktu Amerika Serikat atau 19 Januari 2023 waktu Indonesia.

Dengan ditutupnya layanan ini, pengguna otomatis tak bisa lagi menikmati dan memainkan game secara streaming via internet lewat platform atau aplikasi Stadia. Hal ini juga diumumkan oleh akun Twitter resmi Stadia.

"Kepada para pemain dan mitra kami, tim kami, komunitas, dan penggemar, terima kasih untuk semuanya. Mulai pukul 23:59 PT hari ini, kami keluar dari cloud," tulis Stadia.

Stadia sendiri diluncurkan pada Maret 2019 lalu dalam ajang Game Developer Conference (GDC), dan diramalkan bakal membawa "cara baru dalam bermain game". Namun, ambisi Google ini tak berjalan lancar dan hanya bertahan tiga tahun. 

Pada saat pengumuman penutupan layanan September lalu, Vice President and General Manager Stadia, Phil Harrison, mengatakan bahwa layanan ini terpaksa harus ditutup karena kurang diminati oleh pengguna.

"Meski Stadia dibekali dengan teknologi mumpuni, layanan gaming tersebut ternyata belum mampu menggaet jumlah pengguna yang kami harapkan. Sehingga, kami memutuskan untuk mulai menghentikan layanan tersebut," ujar Phil kala itu.

Setelah layanan berhenti, Phil menjelaskan bahwa beragam teknologi yang berkaitan dengan Stadia nantinya bakal bisa dipakai untuk mengembangkan layanan Google lainnya supaya tidak mubazir.

“Kami melihat peluang yang cukup baik untuk menerapkan teknologi Stadia di sejumlah layanan Google lain macam YouTube, Google Play, hingga segmen Augmented Reality (AR) kami," jelas Phil.

"Kami juga bisa membuat teknologi-teknologi tersebut tersedia bagi sejumlah mitra kami, supaya mereka bisa fokus ke industri game," imbuh Phil.

Layanan streaming game berbanderol Rp 150.000/bulan

Google Stadia merupakan layanan streaming game yang bisa menikmati dengan berlangganan, yaitu dengan biaya langganan termurah 10 dollar AS atau sekitar Rp 150.000/bulan.

Dengan merogoh kocek sebesar itu, pengguna bisa memainkan game-game favorit mereka secara streaming di layanan Stadia dari berbagai perangkat yang didukung, tanpa harus memasang (install) game di perangkat tersebut.

Google menganjurkan pemain membutuhkan koneksi internet dengan kecepatan minimal 10 Mbps untuk memainkan game-game yang ada di Stadia dengan lancar.

Meski demikian, layanan ini tampaknya belum bisa menjangkau banyak pengguna. Sebab, Stadia hanya tersedia secara terbatas di Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan sebagian besar Eropa.

Artinya, layanan ini belum bisa dimainkan oleh pengguna di Asia, termasuk Indonesia. Keterbatasan ini mungkin saja bisa jadi penyebab mengapa Stadia kurang populer di kalangan gamers.

Selain itu, niat pengguna berlangganan Stadia juga mungkin dipengaruhi oleh jumlah game di Stadia, yang bisa dibilang cukup terbatas.

Ketersediaan layanan dan jumlah game bisa dibilang merupakan dua hal yang menjadi faktor pemicu pengguna untuk berlangganan, tentunya selain harga langganan per bulan. 

Boleh jadi, layanan Stadia juga tidak dilirik pengguna dan terpaksa harus ditutup karena kalah saing atau tidak sepopuler layanan cloud gaming lain yang ditawarkan sejumlah perusahaan besar. 

Sebut saja Microsoft dengan Xbox Live, Sony dengan PlayStation Now (PSNow), hingga Nvidia dengan GeForce Now.

Ketiga perusahaan ini memang sudah terjun ke industri gaming lebih lama dibanding Google, sehingga sangat masuk akal apabila pengguna lebih memilih salah satu dari ketiga perusahaan ini dibanding Google untuk menikmati layanan cloud gaming sempurna.

https://tekno.kompas.com/read/2023/01/19/12030037/pupus-ambisi-google-membesarkan-cloud-gaming-stadia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke