Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Gambaran Uniknya Hubungan Manusia dan AI di Film "Her"

Selain mampu menjawab sejumlah pertanyaan sesuai konteks dan punya gaya bahasa yang luwes, teknologi AI juga mampu menganalisis dan mengolah data, menciptakan teks dan membuat kode, hingga meniru suara tokoh-tokoh penting yang nyaris sama dengan aslinya.

Melihat kehebatan teknologi AI, muncul berbagai spekulasi tentang masa depan manusia dengan teknologi tersebut. Salah satu prediksinya adalah kegiatan dan pekerjaan sehari-hari manusia bakal makin melekat dengan AI.

Nah, hubungan antara manusia dan teknologi AI sudah diangkat dalam beberapa film. Salah satunya film berjudul "Her".

Film tersebut sudah diproduksi pada 2013, tetapi kisah yang disampaikan justru tampak semakin relevan dengan kehidupan di zaman sekarang. Sebab, film tersebut menceritakan tentang rutinitas orang-orang yang kerap memanfaatkan AI untuk melakukan pekerjaan.

Kendati begitu, film ini dibawakan dengan gaya yang berbeda dan unik. Film Her diangkat dari sudut pandang yang menarik, dibawa dengan genre drama dan dibalut kisah romansa antara seorang pria dan sistem operasi komputernya.

Kisah ini bermula dari tokoh utama pria bernama Theodore/Theo (Joaquin Phoenix). Ia mempunyai karakter yang cukup melankolis, introvert, tidak terlalu suka bersosialisasi dengan orang lain.

Theo juga diceritakan baru saja mengurus surat perceraian dengan istrinya sehingga membuatnya harus berusaha menata kembali kehidupannya sendiri. Secara keseluruhan, film ini berfokus pada pergulatan emosi dan pikiran yang dialami Theo, serta lingkungan di sekitarnya.

Hingga suatu saat ia mengunduh (download) sebuah sistem operasi bernama OS1. Teknologi AI tersebut melakukan wawancara secara lisan untuk menyesuaikan asisten virtual yang nantinya akan menemani Theo.

Usai wawancara, Theo pun diperkenalkan oleh asisten virtual bernama Samantha (Scarlett Johansson). Samantha-lah yang menemani dan membantu Theo melakukan sejumlah pekerjaan.

Seiring berjalannya waktu, hubungan Theo dan Samantha, sang asisten virtual, berubah. Bukan lagi sekadar pengguna dan tools, melainkan melibatkan perasaan seperti hubungan antar-manusia.

Namun, terlepas dari kisah romansa tersebut, film garapan Spike Jonze ini mampu menggambarkan absurd dan majunya kehidupan manusia di masa depan.

Romansa manusia dan AI sebetulnya memang terjadi di dunia nyata, seperti yang terjadi baru-baru ini, di mana seorang pria asal Amerika Serikat menikah dengan chatbot AI. Kisahnya bisa disimak di artikel "Pria Ini Jatuh Cinta dan Nikahi AI".

Ada berbagai macam hal yang bisa menggambarkan hubungan manusia dengan AI di film ini. Perlu digarisbawahi penjelasan di bawah akan mengandung sejumlah bocoran dari beberapa adegan di film Her.

Di menit pertama film Her, penonton bakal disuguhkan rutinitas dari Theo yang bekerja di sebuah perusahaan yang menawarkan jasa menulis surat.

Perusahaan menulis surat itu ditujukan untuk mewadahi orang-orang yang tidak percaya diri menulis suratnya kepada orang yang dicintai. Surat yang kerap ditulis Theodore adalah surat kepada pasangan suami-istri atau sepasangan kekasih.

Namun, gambaran teknologi AI dalam film Her hampir mirip dengan realita saat ini. Manusia tidak perlu mengetik karena sistem komputer dapat langsung menyalin kata-kata yang disampaikan secara lisan oleh pengguna. Hal ini mirip dengan futur speech-to-text yang sudah diadopsi beberapa perangkat dan layanan.

Selain itu, para karyawan juga dapat memerintah beberapa perangkatnya melakukan pekerjaan. Misalnya, mencetak (print) surat, membuka e-mail, menulis pesan dan mengirimnya, hingga membacakan berita terkini di hari itu. Hal ini mirip dengan asisten virtual Google, di mana pengguna bisa memanfaatkannya untuk mengirim pesan atau membacakan hasil pencarian.

Dalam sebuah adegan, tampak pula gambaran betapa manusia akan asyik dengan teknologi dalam perangkat genggam masing-masing.

Theo yang pulang naik kereta, menggunakan earbuds di telinganya untuk meminta bantuan dari asisten virtual, seperti mengecek e-mail, memantau apakah ada notifikasi atau informasi penting, hingga membacakan isu terkini.

Semua orang yang di kereta pun melakukan hal yang serupa seperti Theo. Yang mana, mereka asik berbicara dengan diri sendiri sambil memakai earbuds. Entah berbicara dengan orang asli atau asisten virtualnya.

Dalam adegan lain, Theo mengunungi sebuah pameran teknologi sistem operasi komputer baru bernama OS1. Tertarik melihat iklan tersebut, Theo pun ikutan membeli OS1 seperti kebanyakan orang di film tersebut.

Seperti yang disebut di atas, Theo tengah melakukan proses perceraian dengan istrinya. Dengan karakternya yang melankolis, tampaknya ia juga ingin melupakan sang istri. Ia butuh suasana dan rutinitas yang baru untuk mengisi kekosongan hatinya.

Alhasil, Theo pun mulai menginstal OS1 ke komputernya. Teknologi AI mencocokan karakter Theodore dengan asisten virtual bernama Samantha. Samantha merupakan program komputer yang dirancang untuk membantu dan menemani Theodore melakukan sejumlah pekerjaan.

Kecerdasan AI yang ada di Her mampu memrepresentasikan dirinya sama seperti manusia. AI tersebut “seolah” memiliki perasaan dan emosi. Teknologi AI itu tampak sangat maju ketimbang sekarang.

Samantha digambarkan sebagai sosok AI yang canggih karena mampu menunjukkan emosi marah, senang, sedih, kecewa, dan masih banyak lagi. Keluwesan itulah yang membuat Theodore merasa dekat dengan Samantha dan memunculkan perasaan "nyaman".

Asisten Virtual Samantha digambarkan mampu menjawab pertanyaan dengan intonasi suara dan perasaan. Jika Theo terdengar sedih atau banyak pikiran, AI "seolah" tahu apa yang tengah dirasakan penggunanya. Jawaban yang diberikan bakal memberi semangat, perhatian, dan sebagainya.

Sebagaimana tools berbasis AI saat ini, asisten virtual Samantha juga memiliki keterbatasan. Termasuk dalam hubungan "asmara" Theo dan Smaantha.

Walaupun sistem itu dapat mengerjakan pekerjaan atau mengolah data dalam satu jentikan jari, Samantha tidak memiliki wujud nyata seperti manusia.

Kehadiran Samantha hanya bisa dirasakan lewat suara saja. Tidak ada bentuk aslinya. Mengingat Samantha adalah program di komputer, ketika ada bug, asisten virtual tersebut juga tidak dapat digunakan. Hal yang sama juga terjadi ketika sistem sedang melakukan pembaruan (update).

Samantha yang tidak memiliki wujud fisik ini kerap membuat Theodore dilema dan mempertanyakan kembali perasaannya terhadap komputernya.

Hingga akhirnya ia tersadar bahwa Samantha adalah sistem operasi yang juga digunakan jutaan orang di dunia. Artinya, perhatian dan cinta yang diberikan Samantha selama ini juga diberikan kepada penggunanya di seluruh dunia. Theo tidak seistimewa yang ia kira selama ini.

Secara keseluruhan, kisah Her di sini ingin menggambarkan betapa absurd-nya hubungan manusia dengan teknologi AI. Di tengah perkembangan teknologi yang makin canggih, pekerjaan yang makin dipermudah, ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan sosial manusia.

Hal tersebut tergambarkan dari keseharian Theodore. Walau ia merasa ditemani oleh Samantha melalui suara, nyatanya ia tetap saja berpergian kemanapun secara sendiri. Ada kebutuhan sosial dan biologis yang tidak bisa terpenuhi di sana, Theo tetap sendirian.

Her juga secara tidak langsung menyadarkan bahwa hubungan yang dapat dijalin secara nyatalah yang lebih dibutuhkan oleh manusia, ketimbang teknologi AI yang dibuat sedemikian rupa untuk menjadi "manusia".

Saat pertama kali dirilis, film berdurasi 2 jam 6 menit ini cukup mendapat antusias dan respons positif dari kalangan kritikus film. Her juga meraih sejumlah penghargaan, salah satunya penghargaan “Naskah Asli Terbaik”.

Bagi yang penasaran, Her bisa ditonton di platform streaming Netflix. Cuplikan singkat film ini juga bisa ditonton di YouTube melalui tautan berikut ini.

https://tekno.kompas.com/read/2023/05/09/18020097/melihat-gambaran-uniknya-hubungan-manusia-dan-ai-di-film-her-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke