Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Pedagang ATK Jagoan Fisika

Kompas.com - 03/05/2008, 07:53 WIB

TIM Olimpiade Fisika Indonesia menjadi juara 2 Asian Physics Olympiad ke-9 yang berlangsung di Mongolia, China, 20-28 April 2008. Mereka memboyong tiga medali emas, satu perak, satu perunggu, dan empat honorable mention. Indonesia berada di bawah China yang meraih 8 medali emas, tapi lebih baik dibanding 16 negera lainnya, seperti Taiwan, Thailand, dan Singapura.

Salah satu pelajar dari Jakarta yang meraih medali emas adalah Kevin Winata (16). Kevin adalah siswa kelas I SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta. Berkat prestasinya itu, pada Juli 2008 dia akan diikutkan dalam kejuaraan dunia International Physics Olympiad (IPhO)  ke-39 di Vietnam. Ia akan bersaing dengan pelajar dari 83 negara di dunia.

Meraih medali emas tentu merupakan kebanggaan bagi Kevin Winata. Apalagi, ia membawa nama bangsa di kancah internasional. Sebelum ke Mongolia, Kevin berjuang meraih medali emas di tingkat provinsi dan nasional dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN). Berbagai hadiah diraihnya, seperti piagam penghargaan, piala, dan uang.

Untuk hadiah uang, anak pedagang alat tulis dan kantor (ATK) di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, itu tidak menghambur-hamburkannya. Hadiah Rp 6 juta dari OSN lalu ia tabung. Begitu juga dengan uang Rp 15 juta hadiah peraih emas di APhO dari Depdiknas, ia simpan di bank. ”Untuk biaya kuliah,” ujarnya setelah mendapat ucapan selamat dari Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo di Restoran Ahyat, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/4).

Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Wong Tjan Fie dan Oen Lilianawati ini ingin bersekolah di luar negeri sehingga harus mengumpulkan biaya. ”Belum tentu nanti dapat beasiswa sekolah di luar negeri. Jadi uang harus ditabung. Kalau bisa dapat universitas yang bagus di luar negeri,” katanya.

Ia meraih emas di Mongolia berkat bimbingan dari alumnus TOFI, yaitu Hendra Kwee dan Yudistira Virgus. Edy Gunanto, Yoseph, dan Rachmat Widodo Adi (alm) yang meninggal sebelum keberangkatan TOFI ke Mongolia juga menggembleng Kevin selama enam bulan.

Menurut Kevin, fisika adalah mata pelajaran yang mudah dipahami. ”Fisika itu menyenangkan,” kata penyuka novel ini. Ia bilang, belajar fisika berarti belajar tentang kehidupan di sekitar. Belajar tentang alam berarti belajar tentang fisika tanpa harus dengan rumus berbelit, melainkan berlandaskan konsep yang kuat.

Tapi, jangan meminta Kevin untuk menyenangi pelajaran yang mengharuskannya menghafal. Dia ”alergi”. ”Menghapal itu pelajaran yang paling susah. IPS itu banyak menghapalnya, seperti sejarah, belajarnya harus ekstra keras,” tuturnya.

Walaupun enam bulan terakhir ini setiap hari harus bergelut dengan soal-soal fisika, Kevin belum menentukan apakah nanti dia akan menjadi seorang fisikawan atau saintis. ”Masih dipikir-pikir, masih banyak pilihan,” tuturnya. (Intan Ungaling Dian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com