Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati 'Bullying' Di Sekolah

Kompas.com - 17/05/2008, 15:19 WIB

MARAKNYA aksi bullying atau tindakan yg membuat seseorang merasa teraniaya di sekolah baik yang dilakukan sesama siswa, alumni atau bahkan guru merupakan lagu lama. Masalahnya, kasus-kasus ini jarang menguak ke permukaan karena guru, orang tua bahkan siswa belum memiliki kesadaran kapan terjadinya bullying dan kalaupun disadari, jarang yang mau membicarakannya.

Bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan. Menurut Andrew Mellor dari Antibullying Network University of Edinburgh, bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain baik yang berupa verbal, fisik maupun mental dan orang tersebut takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi.

Menurut Ketua Yayasan Sejiwa yang aktif memerangi bullying Diena Haryana, bullying menjadi momok menyeramkan karena dampaknya bukan hanya dapat dirasakan sekarang juga namun bisa muncul beberapa tahun kemudian. "Contohnya, dari salah satu anak SMA yang kami dampingi, dia ketika dibentak gurunya langsung pingsan dan meracau tidak jelas. Selidik punya selidik, dia ternyata pernah dibully dengan sangat keras oleh gurunya waktu SD. Sampai sekarang, dia masih perlu pendampingan," ujar Diena dalam konferensi pers mengenai upaya penanganan bullying, di Jakarta, Sabtu (17/5).

Sosok bullying sendiri juga makin marak didengar akhir-akhir ini ketika guru-guru salah satu SMA bergengsi di Jakarta justru yang melakukan bullying. Psikolog UI Ratna Juwita mengatakan bentuk bullying yang terjadi di setiap tingkatan umur berbeda. Makin muda umur anak, biasanya bullying lebih ke arah fisik "Makin bertambah usia, makin ke verbal dan psikologis. Contohnya, kalau ada murid yang vokal bertanya, gurunya bilang 'alah kamu belum bayar uang sekolah aja, pake tanya-tanya'. Begitu," ujar Ratna pada kesempatan yang sama.

Dalam bullying di sekolah sendiri, justru fenomena yang menarik, sudah diketahui bersama, namun kurang serius untuk diselesaikan adalah bullying yang dilakukan oleh alumni. Kepala sekolah SMUN 82 Jakarta Utar Muchtar mengatakan memang hal ini paling sulit diselesaikan sampai sekarang, namun semuanya harus kembali pada kerja sama antara stakeholder setiap sekolah serta melakukan berbagai upaya untuk mendekatkan diri kepada siswa.

"Kembali pada tata tertib sekolah yang dilakukan dengan tegas dan juga pembinaan dengan kasih sayang, mengajak anak-anak untuk enjoy belajar," ujar Utar. Menurut Utar, bullying yang terjadi di sekolah biasanya terjadi di dalam Masa Orientasi Siswa (MOS), perubahan pengurus lam dengan yang baru baik OSIS maupun ekskul, kegiatan ekskul Paskibra, cheerleaders atau latihan dasar kepemimpinan. Biasanya alumni yang menjadi kompornya.

Bentuknya bisa berupa permintaan kakak kelas yang sering menekan perasaan atau bahkan menyiksa fisik agar adik kelasnya memperoleh tanda tangan serta terjadinya pelecehan atau tindakan yang mempermalukan, menyinggung dan mengintimidasi. "Kalau yang sangat keras, itu dulu. Sekarang ya masih ada beberapa kasus, seperti anak-anak kelas 10 nggak boleh lewat di depan ruangan kelas 11 atau 12," tandas Utar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com